JATENGPOS. CO. ID, KUDUS – Panen raya kopi di Lereng Muria telah dimulai. Para petani kopi di Desa Japan, Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus menyambut musim panen kopi dengan tradisi Wiwit Kopi, Rabu (7/8).
Tradisi ini diawali dengan doa bersama dan kirab mulai dari Makam Mbah Surigonjo menuju Bukit Guyangan. Setelah gunungan hasil bumi dikirab, ritual simbolis ngruwok (memetik, red) kopi dilakukan.
Kepala Desa Japan, Sigit Tri Harso mengungkapkan tradisi Wiwit Kopi di Desa Japan dilakukan serentak setelah lebih dari 15 tahun vakum.
Sigit menjelaskan, tradisi Wiwit Kopi ini sebagai bentuk rasa syukur petani kopi dan masyarakat Desa Japan atas melimpahnya panen kopi.
“Kami melangsungkan syukuran dan berdoa dengan tradisi Wiwit Kopi ini supaya panen yang dihasilkan lebih banyak dan melimpah,” ujar Sigit usai acara, Rabu (7/8).
Lebih lanjut, dia mengungkapkan bahwa musim panen kopi tahun ini berlangsung sejak bulan Juli hingga September mendatang.
Dengan adanya tradisi ini, pihaknya berharap petani kopi di Lereng Muria khususnya Desa Japan dapat lebih makmur dan sejahtera.
“Ini huga sebagai cara untuk mensyukuri nikmat Tuhan, semoga masyarakat diberikan keselamatan dan kemakmuran atas panen raya ini,” harapnya.
Selain ritual simbolik Wiwit Kopi, Kirab Ambeng juga membawa hasil bumi seperti jeruk pamelo, alpukat, cengkeh, pisang, ganyong, hingga parijoto.
“Tanah di Japan termasuk subur sehingga bisa ditanam ala saja, dengan haeapan hasil bumi di Japan kedepan semakin berkembang,” ujarnya.
Tradisi Wiwit Kopi ini juga diwarnai dengan penampilan Tari Wiwit Kopi dan diakhiri dengan pembagian gunungan hasil bumi.
Salah satu warga Japan, Syaroful Anam mengungkapkan bahwa wiwit kopi tahun sebelumnya dilakukan secara sederhana di kebun-kebun warga.
“Biasanya dilakukan sederhana, petani selametan wiwit kopi di kebun, terpisah-pisah. Kalau tahun ini alhamdulillah dibarengkan jadi tradisi,” ungkap Anam.(*/ida/jan)