Warga Tegalrejo Sadranan ke Makam Kyai Shufi

Sadranan warga RW 4 Tegalrejo di makam Kyai Shufi. ( foto : dekan/ jateng pos). Warga Tegalrejo Sadranan ke Makam Kyai Shufi

JATENGPOS.CO.ID,  SALATIGA– Sudah menjadi tradisi turun temurun bagi warga RW 4 Kelurahan Tegalrejo Salatiga, Kecamatan Argomulyo menjelang datangnya bulan suci Ramadhan, yaitu sadranan atau berdoa dan bersih-bersih ke makam sesepuh setempat yaitu makam Kyai Sufi.

Acara sadranan yang dikemas dalam konsep budaya ini dilakukan selama tiga hari dan puncaknya dengan acara berdoa bersama di makam dan diakhiri dengan makan bersama nasi tumpeng yang dibawa oleh masing-masing warga. Diketahui, Kyai Shufi sendiri dikenal sebagai tokoh pendakwah Islam yang mendidikan Masjid Shufi tidak jauh dari makam.

Ketua RW 4 Kelurahan Tegalrejo Mugiharjono menjelaskan, tradisi sadranan ini sudah ada secara turun temurun sejak lama, namun dalam empat tahun terakhir ini, sadranan ini dikemas dengan konsep budaya dengan kearifan lokalnya.

Diawali dengan bersih-bersih makam yang dimulai pada Senin sampai Rabu ( 10-12/2), kemudian hari berikutnya di tanggal 13 Februari dilanjutkan dengan doa yasih dan tahlil. Dan pucaknya pada Jumat ( 14/2), yaitu dengan tumpengan dan tahlil. Sebelum tumpengan dibawa ke makam, terlebih dahulu diarak keliling kampung oleh warga.


Dikatakan Mugiharjono, sadranan di RW 4 Tegalrejo ini melibatkan ratusan warga dari 11 RT yang ada.Tujuannya adalah untuk ikut nguri-uri budaya yang sudah turun-temurun agar tetap lestari, yaitu acara sadranan menjelang datangnya bulan puasa. “ Namun ada yang lebih penting dari acara ini, yaitu mempererat tali silaturahmi diantara warga RW 4 Tegalrejo,” kata Mugiharjono sat ditemui di sela-sela acara, Jumat ( 14/2/2025).

Dikatakan Mugiharjono, makna dari tumpengan yang dibawa oleh warga untuk dimakan bersama di makam ini, sebagai ungkapan rasa syukur warga RW 4 Tegalrejo atas limpahan rahmat yang diberikan Tuhan YME. Setelah berdoa bersama kemudian tumpeng dimakan bersama-sama.“ Tumpengan ini sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan, juga sebagai penghormatan kepada para tokoh lelulur di Tegalrejo.

Sementara Camat Argomulyo Agus Wibowo memberikan apresiasi kepada warga RW 4 Tegalrejo yang rutin melakukan tradisi sadranan sebagai bentuk ikut meleastarikan budaya dan kearifan lokal. “ Kami juga mengajak generasi muda, agar tidak kehilangan jati dirinya di tengah arus moderninasi yang begitu deras dengan tetap ikut nguri-nguri budaya yang ada. Saya melihat banyak anak-anak muda terlibat dalam acara sadranan ini dan ini hal yang sangat bagus,” katanya. (deb)