JATENGPOS.CO.ID, SEMARANG – Heboh sopir truk disesatkan dua wanita gaib di kuburan Bulu, Dusun Bogosari, kecamatan Pringapus, Kab Semarang, 14 September 2022 lalu, memang menggegerkan dunia maya.
Tetapi tidak banyak yang tahu, jika kejadian horor yang menimpa sopir truk bernama Edi Subroto, warga Dusun Nrapah RT 01/RW02, kecamatan Banyubiru Kab Semarang tersebut, sudah yang ke-4 kalinya.
Pertama tahun 2071 lalu. Kala itu Edi yang ditemani adiknya bernama Angga mendapat order mengantar pasir ke kabupaten Kendal. Tetapi tiba-tiba truknya nyasar ke makam di desa Suropadan Magelang. Padahal antara jalan utama dengan makam jaraknya 4 kilo meter.
“Saat itu saya mau ngantar pasir jam 10 malam, pas malam Jumat hujan deras. Perasaan saya pas nyampe lampu merah Secang, ada orang minta dibelikan pasir satu truk bayar Rp 1,5 juta. Lalu saya disuruh ngikuti orang itu menuju lokasi ambil pasir, saya ikuti, tahu-tahu truk saya sudah ambles ke kebun warga. Begitu sadar sudah di pinggir makam di Suropadan, padahal jalan menuju makam itu sempit lewat kampung dan kebun-kebun, kok tidak nabrak apa-apa,”kata Edi, saat ditemui JatengPosTV, di rumahnya Banyubiru, 17 September 2022.
Kejadian horor kedua saat Edi mengambil pasir di Wonosobo juga malam hari. Di perjalanan sepi di kebun teh, dia melihat ada pocong besar di bawah tower di samping jalan. Karena ketakutan dia turun mobil kabur ke perkampungan.
“Kejadian ke-3 saat mengantar pasir ke Boja Kendal juga malam hari. Di jalan daerah Boja saya melihat wanita nyebrang jalan mendadak. Saya banting setir hingga mobil menabrak rumah warga. Bos saya benerin rumah sampe habis Rp 3,5 juta,”tambah pria kerempeng berambut panjang berkalung emas itu.
Kejadian horor ke-4 adalah yang truknya tersesat ke makam di Pringapus 14 September lalu. Kala itu Edi mendapat order pasir dari Muntilan Magelang ke bendungan Jragung di. Pringapus pagi hari. Setelah menurunkan pasir jam 06.00 pagi dia berniat balik ke garasi truk di Pringsurat Temanggung, rumah bosnya. Namun di perjalanan dekat lampu merah Polses Bergas di pasar Karangjati, ada dua wanita nyegat dirinya minta menumpang ke arah terminal Bawen. Karena kasihan, dua wanita dipersilahkan naik truknya. Keduanya duduk disamping sopir. Membawa dua koper dan satu kardus. Koper dan dusnya ditaruh bawah dekat kaki.
“Keduanya seperti kakak-adik, satunya usia sekitar 23 tahun duduk disamping saya, satunya umur 27 tahunan duduk mepet pintu,”kata pria yang sudah belajar nyopir sejak kelas 5 SD ini.
WAWANCARA SOPIR: Sudah 4 Kali Tersesat ke Kuburan!!!
Yang membuat Edi masih sangat terkesan, keduanya cantik-cantik. Bahunya wangi sekali. Tapi Edi tidak mengajak bicara lebih banyak karena tidak enak.
Dari penampilanya, satu wanita dekat pintu memakai baju putih celanan panjang dengan rambut sebahu. Satunya memakai baju kotak-kotak lengan panjang celana panjang. Kulitnya putih bersih parfumnya wangi sekali.
Nah, saat truknya melaju arah Bawen sampai tanjakan Tegal Panas atau Gudek Merak Mati, salah satu wanita yang dekat pintu nawari rokok. Lantas minta turun membeli rokok di pinggir jalan.
“Karena ditawari, saya minta rokok Mallboro, lalu dia belikan satu bungkus trus naik lagi, truk berjalan menuju Bawen,”kata pria satu anak ini.
Sesampainya turun sebelum SPBU terminal Bawen, keduanya minta turun. Sebelum turun memberi uang Rp 150 ribu sebagai ongkos tumpangan. Tetapi Edi menolak karena niatnya hanya menolong.
Setelah dua wanita itu turun, Edi pengin melanjutkan perjalanan ke Temanggung sambil mau mencoba rokok yang dibelikan. Tiba-tiba kepalanya terasa berat.
“Tahu-tahu truk saya sudah berada disamping kuburan di Pringapus. Saya sadar setelah pintu truk digedor-gedor banyak warga yang meminta saya turun. Mereka mau mengeroyok saya karena saya dikira mabuk membawa truk masuk kampung dengan kecepatan tinggi. Padabal saya sendiri tidak sadar truk saya sampai kuburan. Padahal saya mau ke Temanggung,”tambah Edi Subroto.
Setelah dia cerita apa yang terjadi, warga akhirnya memahami. Hebohlah masyarakat sekitar. Mereka berduyun-duyun menuju lokasi. Edi diungsikan ke masjid untuk istirahat. Warga dan polisi berusaha mengevakuasi truk hingga jam 3 sore.
TERIAKAN MINTA TOLONG
Yang aneh, kata Edi, saat truk dievakuasi dan ditarik dari lokasi makam, ada suara anak kecil teriak teriak minta tolong. Suara itu terdengar dari rekaman video warga.
“Saya sendiri heran, ternyata ada suara anak kecil minta tolong setelah direkam, tapi di lokasi warga tidak mendengar apa-apa,”kata anak pertama dari empat bersaudara asli Pringsurat Temanggung ini.
Dari empat kejadian yang dia alami itu, Edi merasa heran. Karena dia sendiri dalam keseharian biasa saja. Setiap mau nyopir juga selalu berdoa membaca bismillah. Tapi dia akui memang kadang melamun. Kadang juga mengantuk saat perjalanan. Tapi dia tidak mabuk saat kejadian di Pringapus tersebut.
“Namanya sopir, kadang miras juga tapi saya kalau minum pas tidak berkerja,”kata Edi.
Karena itu, Edi berpesan kepada teman sesama sopir, jika berjalan malam hari harus hati-hati. Baca doa sebelum berjalan supaya tidak diganggu makluk halus di jalan.
Pria yang sebagain tubuhya penuh tatto ini mengelak jika keseharianya ibarat pepatah, sopir kalau ngaso (istirahat) mampir di tempat wanita nakal. Jangankan mampir, untuk makan saja gaji sopir sudah mepet.
“Gaji sopir itu sekali angkut pasir paling Rp 100-150 ribu Mas, apa mungkin buat foya-foya sama wanita lain. Lha buat anak istri di rumah apa,”tanyanya. (jan)