JATENGPOS.CO.ID, UNGARAN- Akulturasi budaya dan pluralisme tersaji di Desa Wisata Kreatif Perdamaian (DWKP) Srumbung Gunung, Desa Poncoruso, Kecamatan Bawen, Kabupaten Semarang. Sebuah konsep digagas untuk menyatukan keberagaman budaya dan agama yang dianut warga setempat dalam bingkai toleransi.
Di lokasi wisata ini pengunjung dimanjakan pemandangan alam berupa hamparan areal persawahan menghijau dengan latarbelakang gunung Ungaran terlihat dari kejauhan. Kesan sejuk dan damai semakin mendalam saat memandang taman Iconik wisata tersebut. Terpancang enam tugu simbol-simbol agama dan kepercayaan seakan dalam satu bingkai yang menggambarkan kerukunan antar penganutnya.
Di atas masing-masing tugu icon itu terpasang simbol-simbol; Gamahira (Hindu), Salib (Nasrani), Bulan Bintang (Islam), Yin Yang (Khonghucu), Roda Dhamma (Budha), dan Semar (Kejawen). Enam simbol agama dan kepercayaan berjejer dalam taman, menjadi andalan daya tarik satu-satunya yang tidak ditemukan di tempat wisata lain.
Srumbung Gunung adalah sebuah Dusun terletak di kaki Gunung Ungaran. Wilayah teritorial masuk Desa Poncoruso, Kecamatan Bawen, Kabupaten Semarang. Lokasinya dapat ditempuh dari Jalan Raya-Semarang Solo masuk ke pertigaan Cimory ke arah jalan alternatif menuju kawasan wisata Bandungan.
Berjarak sekitar 5 Km dari pertigaan Cimory di sebelah kanan jalan terpampang papan petunjuk diantaranya bertuliskan Desa Wisata. Mengikuti arah petunjuk jalan belok kanan masuk ke perkampungan, dari situ sekitar 500 meter sudah sampai di lokasi DWKP.
Eko Widodo selaku Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) DWKP Srumbung Gunung Poncosuro menjelaskan konsep awal hingga terbentuk DWKP dari gagasan kreatif para pemuda Karang Taruna (Katar). Mereka bersemangat ingin memiliki desa wisata yang unik dan menarik.
“DWKP Srumbung Gunung mulai dikembangkan pada tahun 2019 awalnya dirintis dari kegiatan Katar. Kita ingin mengusung konsep wisata desa yang unik berbeda dengan desa-desa wisata lain. Kita lalui dari proses studi banding dan diskusi dengan pendamping dari kalangan akademika, kemudian muncul konsep Wisata Perdamaian,” jelasnya.
Konsep itu terbesit dan terus digaungkan saat mengikuti pembekalan dari Universitas Kristen Dasa Wacana (UKDW) Yogyakarta. Sebelum diwujudkan terlebih dahulu para remaja membentuk Komunitas Creatif Peace Srumbung Society (CPSS).
Perumusan konsep semakin matang setelah satu tim program pengabdian masyarakat dari Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga datang menawarkan kerja sama pendampingan pemberdayaan wisata Srumbung Gunung selama 3 tahun.
“Lahir kemudian DWKP Srumbung Gunung pada tahun 2020 bekerjasama dengan tim pengabdian UKSW Salatiga. Mengusung konsep pengembangan seni dan budaya masyarakat sebagai sarana untuk mempromosikan perdamaian dunia,” jelasnya kepada Jateng Pos.
Tujuan DWKP, lanjut Widodo, menjadi salah satu yang memfasilitasi perjumpaan orang-orang dari berbagai tempat dengan latar belakang yang berbeda-beda. Ada harmoni yang tercipta di antara penganut berbagai agama dan kepercayaan yang berbeda.
Khususnya masyarakat dusun setempat yang memiliki beragam keyakinan, termasuk Islam, Kristen, Katolik, Budha, Hindu, dan Kepercayaan Kejawen. Meskipun perbedaan agama dan kepercayaan, keragaman tidak menghasilkan konflik, melainkan masyarakat hidup berdampingan dalam harmoni dan saling tolong-menolong.
“Kita wujudkan konsep dan tujuan itu dengan membangun Taman Icon Perdamaian. Pelaksanaan secara bertahap mulai pertengahan tahun 2020 dan finishingnya hingga jadi seperti sekarang pada awal tahun 2022. Ada beberapa kali tambahan bangunan dan penyempurnaan,” tambahnya.
Keragaman tak kalah menarik di dusun seluas sekitar 127.010 hektar ini terdapat banyak kelompok kesenian seperti kuda lumping, reog, kesenian modern, karawitan, kasidahan, serta berbagai jenis musik religi lainnya. Terakulturasi dengan tradisi dan budaya lokal yang dilestarikan seperti nyadran, merti dusun, seni tradisional.
Selaras dengan pernyataan Organisasi Pariwisata Dunia (World Tourism Organization) bahwa pariwisata sebagai Agen Perdamaian, kehadiran DWKP Srumbung Gunung berhasil menarik perhatian dunia pariwisata nasional. Mengantarkannya terpilih sebagai “300 Besar Desa Wisata” penerima Anugerah Desa Wisata (ADW) tahun 2021 tingkat nasional.
DWKP Srumbung Gunung mengemas potensi tersaji sebagai daya tarik dengan menawarkan paket wisata dan edukasi. Disediakan Paket Wisata Pelatihan Batik Ciprat dan Ecoprinting, minimal diikuti 20 orang, biaya Rp 120 ribu/orang dengan fasilitas narasumber dan pendamping juga mendapatkan souvenir.
Paket Pelatihan Jamu, minimal diikuti 20 orang, biaya Rp 27 ribu/orang, fasilitas narasumber dan pendamping, juga mendapatkan makan, snack dan souvenir.
Paket Peace Camp selama 2 hari 1 malam, minimal diikuti 20 orang, biaya Rp 175 ribu/orang, mendapatkan 12 nilai dasar perdamaian, uutbound mini, makan 2 kali, snack 2 kali, fasilitator 7 orang, penginapan, sound system, proyektor, tikar, laptop.
Selain itu, Paket Outing Class minimal diikuti 20 orang, biaya Rp 20 ribu/orang, pilihan materi outing class; pelatihan menari, pelatihan gamelan, menaman dan panen padi. (muz)