Dampak GLS bagi Siswa Sekolah Dasar

Puji Purwati, S.Pd SD Negeri 1 Miricinde, Kecamatan Purwantoro, Kabupaten Wonogiri
Puji Purwati, S.Pd SD Negeri 1 Miricinde, Kecamatan Purwantoro, Kabupaten Wonogiri

JATENGPOS.CO.ID, Gerakan Literasi Sekolah (GLS) telah dicanangkan pemerintah beberapa tahun terakhir, yang tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 23 tahun 2015. Salah satu program pada gerakan tersebut adalah kegiatan 15 menit membaca buku non pelajaran sebelum waktu belajar dimulai. Kegiatan ini dilaksanakan untuk menumbuhkan minat baca siswa agar keterampilan membaca dapat meningkat, sehingga pengetahuan dapat dikuasai dengan lebih baik. Membaca merupakan salah satu usaha yang sangat penting dalam kegiatan pembelajaran dan dapat menentukan berhasil atau tidaknya proses pembelajaran yang diharapkan. Semua pengetahuan yang diperoleh tidak akan didapat tanpa adanya kegiatan membaca, oleh karena itu minat baca pada anak harus dikembangkan sejak dini. Sasaran utama Gerakan Literasi Sekolahadalah siswa di sekolah pada jenjang sekolah dasar.Siswa di sekolah dasar masih mudah untukdikembangkan, yaitu pada usia 6-12 tahun.

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan mengembangkan Gerakan Literasi Sekolah (GLS). Berdasarkan buku panduan Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah Dasar menurut Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pelaksanaan program Gerakan Literasi Sekolah pada tahap pertama yaitu tahap pembiasaan. Pada tahap ini bertujuan untuk menumbuhkan minat siswa terhadap bacaan dan kegiatan membaca. Kegiatan yang dilakukan pada tahap pembiasaan disesuaikan dengan jenjang pendidikan yaitu SD kelas rendah dan SD kelas tinggi, dengan kegiatan seperti menyimak dan membaca buku bacaan/pengayaan. Tahap kedua adalah tahap pengembangan yang bertujuan untuk mempertahankan minat terhadap bacaan dan kegiatan membaca, serta meningkatkan kelancaran dan pemahaman membaca siswa. Kegiatan yang dilakukan meliputi menyimak, membaca, berbicara, menulis, dan memilah informasi. Tahap ketigayaitu tahap pembelajaran yang bertujuan untuk mempertahankan minat peserta didik terhadap bacaan dan membaca, sertameningkatkan kecakapan literasi peserta didik melalui buku-buku pengayaan dan buku tekspelajaran. Kegiatan literasi pada tahap pembelajaran meningkatkan kemampuan berbahasa reseptif (membaca dan menyimak) dan aktif (berbicara dan menulis) yang sudah dilakukan pada tahap pengembangan.

Gerakan Literasi Sekolah (GLS)merupakan upaya menyeluruh yang melibatkan semua warga sekolah (guru, peserta didik, orangtua/wali murid) dan masyarakat, sebagai bagian dari ekosistem.Pelibatan orangtuapesertadidikdanmasyarakatmenjadi komponen penting dalam GLS. Kerja sama semua pemangku kepentingan di bidang pendidikan sangat diperlukan untuk melaksanakan gerakan literasi bersama yang terintegrasi dan efektif. Literasi dapat dibangun dengan beberapa strategi, diantaranya yaitu: (1) mengkondisikan lingkungan fisik ramah literasi, (2) mengupayakan lingkungan sosial dan afektif, (3) mengupayakan sekolah sebagai lingkungan akademik yang literat.Strategi tersebut diharapkan mampu meningkatkan literasi di Indonesia, namun fakta di lapangan belum menunjukkan adanya keseriusan pihak sekolah-sekolah dalam merespon program tersebut. Masih banyak sekolah yang belum melaksanakan kegiatan GLS.

Literasi bukan hanya aktivitas membaca dan menulis saja, akan tetapi juga kegiatan dalam menganalisa informasi yang telah dibacanya. Namun, kemampuan siswa sekolah dasar dalam berliterasi masih didominasi kegiatan membaca dan menulis. Literasi akan memberi banyak dampak positif bagi siswa. Dampak literasi bagi siswa sekolah dasar diantaranya, yaitu: (1)Meningkatnya nilai mata pelajaran khususnya pelajaran Bahasa Indonesia, (2) Menambah kosakata siswa dalam berbahasa, (3) Menambah wawasan dan informasi baru, (4) Meningkatnya kemampuan siswa dalam menulis dan merangkai kata-kata, (5) Menumbuhkan kreatifitas siswa dalam berpikir dan menganalisa. Selain itu, literasi juga membawa dampak yang baik bagi kesehatan, yaitu: dapat mengurangi stres, memperlambat kepikunan, dan menormalkan detak jantung. Semoga dengan mengetahui dampak positif literasi yang luar biasa ini, sekolah-sekolah yang belum melaksanakan literasi akan segera mempersiapkan untuk memulai GLS, sehingga akan diperoleh dampak baiknya bagi insan pendidikan di Indonesia.

Puji Purwati, S.Pd

SD Negeri 1 Miricinde, Kecamatan Purwantoro, Kabupaten Wonogiri