Komitmen Ciptakan Iklim Damai

MODERATOR : Ketua IJTI Jateng DR Teguh Hadi Prayitno MM, MHum tengah memandu jalanya seminar nasional Prospek Demokrasi Elektoral Indonesia dalam Penyelenggaraan Pemilu 2019 di gedung balaikota Semarang.
MODERATOR : Ketua IJTI Jateng DR Teguh Hadi Prayitno MM, MHum tengah memandu jalanya seminar nasional Prospek Demokrasi Elektoral Indonesia dalam Penyelenggaraan Pemilu 2019 di gedung balaikota Semarang.

JATENGPOS.CO.ID, SEMARANG – Seminar Nasional bertajuk ‘Prospek Demokrasi Elektoral Indonesia Dalam Penyelenggara Pemilu Tahun 2019 ‘ yang dihelat oleh Pengurus Cabang Asosiasi Ilmu Politik Indonesia (AIPI) Semarang. Seminar tersebut mampu menarik minat generasi milenial khususnya dari kalangan kampus. Dipandu moderator, DR Teguh Hadi Prayitno M.M, M.hum dengan dua nara sumber yakni Widjayanto, PhD Dosen Ilmu Politik Fisip Universitas Diponegoro dan Mada Sukarmajati PhD staf pengajar Fisip UGM.

Seminar tersebut, memberikan edukasi praktik demokrasi dalam penyelanggaraan Pemilu 2019. Dikatakan Widjayanto, suhu politik panas jelang pemilu April mendatang itu biasa terjadi setiap lima tahun sekali.

“Sebagai pelaku politik harus dapat meredam suhu panas tersebut, kompetisi untuk mencuri perhatian masyarakat dapat dilakukan dengan positif, tidak saling menjelekan atau saling nyinyir istilah bahasa kekinian,”ujarnya, saat memberikan materi seminar di balaikota Semarang.

Peran partai politik juga harus bisa mengarahkan kadernya yang tengah merebut usara rakyat sebagai calon anggota legislative baik tingkat daerah maupun nasional.

“Sebagai wadah atau jembatan orang untuk bisa menjadi wakil rakyat, partai politik harus bisa mengedepankan dan memberi arahan kadernya untuk tetap mematuhi aturan dalam terjun kedunia politik. Terpilih atau tidak terpilih kader yang diusung harus bisa menunjukan sikap profesionalisme dalam berpolitik,” imbuhnya. Senada, Mada mengatakan, pemilu 2019 April nanti merupakan pesta demokrasi tidak saja memilih wakil rakyat, tetapi juga dibarengi pemilihan capres.

“Diperlukan perhatian ekstra, dalam pesta demokrasi dua pemilihan sekaligus wakil rakyat dan capres. Elit politik dan lembaga penyelenggara pemilu atau KPU baik tingkat daerah maupun nasional dituntut untuk profesional menjalankan kewajiban sebagai peserta pemilu,” terangnya.

Lanjutnya, Iklim damai dalam suhu panas politik tetap menjadi terdepan, dalam arti meski apapun bentuknya pesta demokrasi merupakan kegiatan kebebasan masyarkat untuk menentukan pilihanya secara langsung, umum, bebas dan rahasia.

“Generasi muda kaum milenial harus diberikan edukasi dan pengetahuan, bagaimana menyikapi politik santun untuk menciptakan iklim damai. Beda pilihan tidak menjadi soal, satu pandangan untuk persatuan dan kesatuan bangsa adalah tujuan utama pesta demokrasi,” pungkasnya. (biz/ucl/sgt)