spot_img
32.6 C
Semarang
Kamis, 26 Juni 2025
spot_img

Cerita Tim Pemakaman Covid: Berpakaian Hazmat Berjam-jam, Banjir Keringat

JATENGPOS.CO.ID. UNGARAN- Prosesi pemakaman jenazah yang terkonfirmasi COVID-19 membutuhkan kesabaran. Saat relawan Tim Pemakaman sudah siap berpakaian APD lengkap mereka masih menunggu jenazah datang kadang hingga berjam-jam.

Salah satu relawan Tim Pitu Kabupaten Semarang, Bagong menuturkan, APD atau hazmat dipakai selama pemakaman hanya digunakan sekali pakai. Perasaan gerah dan pengap dalam hazmat terpaksa ditahan sampai pemakaman selesai.

“Butuh kesabaran dan ketahanan fisik selama memakai hazmat. Kita tetap bertahaN meski pengap dan gerah, meski harus menunggu sampai jenazah datang,” tuturnya kepada Jateng Pos.

Menurutnya, kondisi dirasa lebih berkurang jika memakai hazmat sekali pakai. Lebih tipis dan tidak terlalu pengap. Berbeda dengan jenis mantol yang tebal. Saking pengap dan panas sampai-sampai begitu dicopot penuh air keringat.

“Hazmat mantol memang efektif bisa dipakai berkali-kali setelah dicuci. Tapi tebal terbuat dari bahan sintetis, kita kepanasan di dalamnya, terlebih lagi saat pemakaman siang hari,” ungkapnya.

Tentang hazmat menurut Bagong merupakan benteng utama bagi relawan melindungi dari penularan virus Corona. Begitu juga keluarga jenazah Covid bisa mendampingi pemakaman dengan syarat harus memakai hazmat.

Kehadiran keluarga bagi Bagong cukup membantu prosesi pemakaman, kadang turut membantu menggotong peti jenazah dan ikut mengubur sekaligus mendoakan.

“Keluarga boleh ikut pemakaman asalkan mau mengenakan hazmat tertutup sesuai prokes. Kami berharap keluarga bisa asalkan prokes,” tandasnya.

Kesabaran lain dirasakan relawan, lanjut Bagong, ketika pemakaman saat hujan tetap harus melanjutkan pemakaman. Sesuai ketentuan jenazah tidak boleh terlalu lama ditahan, harus segera dimakamkan.

“Kejadian saat hujan sering kali liang lahat ambrol, terpaksa menggeluarkan tanah longsoran yang masuk. Selain membutuhkan tenaga ekstra kami harus lebih hati-hati karena tanah sekitarnya licin,” tambahnya.

Setelah saat ini diberlakukan pemakaman mandiri oleh warga di masing-masing kecamatan dan kelurahan/desa, kerja relawan lebih ringan. Tenaga mereka tidak lagi terforsir setiap hari harus pontang-panting melakukan pemakaman di banyak tempat.

“Pernah dalam sehari melakukan pemakaman 10 kali lebih, lokasinya terpencar dan jauh-jauh. Seperti dari Tuntang balik ke Ungaran lanjut di Getasan dan Tengaran. Sampai-sampai tidur sehari hanya 2 jam, itupun tidur di ambulan dan kuburan,” pungkasnya. (muz)

spot_img

TERKINI