Terpaksa Jual Sound System di Pinggir Jalan untuk Bertahan Hidup

Bertahan Hidup : Pelaku usaha persewaan sound system yang terpaksa menjual peralatannya di JLS demi bertahan hidup akibat pandemi yang berkepanjangan. ( foto : dekan bawono/ jateng pos).

JATENGPOS.CO.ID, SALATIGA – Pandemi Covid-19 yang sudah berlangsung satu setengah tahun memberi dampak yang besar terhadap para pelaku usaha. Tidak terkecuali para pelaku usaha persewaan alat-alat elektronik yang biasa dipakai untuk acara hajatan, hiburan dan sebagainya.

Karena lama tidak mendapat tanggapan, pemiliknya pun terpaksa menjual peralatan yang sebelumnya menjadi mata pencahariannya.

Sebagaimana yang dilakukan sejumlah pemilik sound system Budi alias Modot (45) warga Desa Sraten, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang dan Gunarman (43) warga Waturumpuk Salatiga ini terpaksa menjual peralatan sound systemnya di pinggir Jalan Lingkar Selatan ( JLS) Salatiga, Selasa (3/8). Budi dan Gunarman pun menaruh dagangan itu di bak mobil pikap dengan ditulisi Dijual Alat-alat Sound.”

Baca juga:  Pager Mangkok, Wujud Gotong Royong Hadapi Pandemi

“Sudah hampir dua tahun ini sejak ada Corona tidak operasi, tidak ada tanggapan karena semua kegiatan dilarang. Tapi, angsuran kami di bank tidak berhenti, jadi kami harus putar otak. Mau tidak mau ya menjual yang kami punya,” kata Budi kepada wartawan di pinggir JLS, Selasa ( 3/8). Aksi jual ini katanya tidak meniru yang dilakukan orang Boyolali yang sempat viral itu, karena ini murni untuk kebutuhan hidup.

iklan

Selain menawarkan sound system bekas, ia juga menyediakan yang baru mulai jenis toa, speaker portable, dan sound bekas lengkap dengan amplifier. Untuk toa bekas dijual mulai Rp 200-300 ribu per item. Hasil penjualan barang elektronik tersebut nantinya akan dipakai untuk membeli sejumlah kebutuhan pokok.

Baca juga:  Magelang Tekankan Penggunaan Kearifan Lokal Strategi Tangani Pandemi

“Untuk membeli sembako dan membayar hutang di bank yang jelas mas. Saya setiap bulan harus mengangsur hutang sebesar Rp 1,5 juta,” kata Budi yang dibenarkan Gunarman dan dua teman lain seprofesi.

Dikatakannya, sebelum pandemi Covid-19 para pengusaha sound system mendapat pemasukan sedikitnya Rp 1 juta perbulan. Kondisi sulit mulai dirasakan pada Mei 2020 sampai sekarang.

“Sebelum pandemi, biasanya di bulan Agustus ini ramai permintaan atau sewa baik untuk kegiatan peringatan kemerdekaan maupun acara pribadi, “ imbuhnya.

Budi berharap kepada pemerintah mengijinkan kegiatan keramaian, seperti hajatan, hiburan meski harus dengan protokol kesehatan yang ketat.

“ Minimal untuk hajatan nikahan lah ada kelonggaran dengan prokes yang ketat sehingga persewaan sound system bisa hidup kembali,” pungkasnya. (deb/sgt)

Baca juga:  Pemkot Magelang Jadikan Kearifan Lokal Kekuatan Melawan Pandemi COVID-19
iklan