Tingkatkan Hasil Belajar IPS dengan Role Playing

UMI SULASTRI, S. Pd.SD Guru SD Negeri 2 Klapagading

Pendidikan menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Sedangkan menurut Syaiful Bahri Djamarah (2005: 51) adalah unsur manusiawi yang penting dalam kegiatan interaksi edukatif.

Siswa akan bosan dan tidak berminat jika pembelajaran monoton. Hal ini ditunjukkan dengan siswa yang cenderung pasif, diam, mendengarkan penjelasan guru dan mencatat. Dalam belajar mengajar siswa kurang terlibat. Hal ini ditunjukan sedikitnya siswa yang mengajukan pertanyaan, sehingga suasana kelas tenang dan tegang. Sikap siswa dalam pembelajaran yang pasif dan diam menandakan siswa tidak menerima atau tidak menyukai pembelajaran termasuk dalam pembelajaran IPS.

Baca juga:  Tanamkan Tata Nilai Norma melalui PPKn

Sikap siswa yang tidak menerima pembelajaran membuat siswa merasa sulit memahami pelajaran IPS. Selain itu, kurangnya penggunaan model pembelajaran dan siswa yang pasif berdampak pada hasil belajar yang rendah. Hasil belajar IPS kelas V SD Negeri 2 Klapagading Tahun Pelajaran 2019/2020 menunjukkan hanya 5 dari 18 siswa (27%) yang tuntas belajar pada KD 3.2 Menganalisis bentuk bentuk interaksi manusia dengan lingkungan dan pengaruhnya terhadap pembangunan sosial,budaya, dan ekonomi  masyarakat Indonesia.

Memperhatikan rendahnya hasil belajar IPS terutama materi interaksi sosial budaya Sosialisasi/ enkulturasi, maka guru menerapkan pembelajaran dengan model Role Playing bagi siswa kelas V SDN 2 Klapagading. Tujuannya untuk meningkatkan hasil belajar IPS.

iklan

Role playing adalah berakting sesuai dengan peran yang telah ditentukan terlebih dahulu untuk tujuan-tujuan tertentu seperti menghidupkan kembali suasana historis (Abdul Azis Wahab, 2012: 109). Sedangkan Langkah-langkah Role Playing menurut Hidayati (2002: 94) yaitu (1) pemanasan (pengantar serta pembahasan cerita dari guru), (2) memilih siswa yang akan berperan, (3) menyiapkan penonton yang akan mengobservasi, (4) mengatur panggung, (5) permainan, (6) diskusi dan evaluasi, (7) permainan berikutnya, (8) diskusi lebih lanjut, dan (9) generalisasi.

Baca juga:  Tingkatkan keaktifan Siswa dengan Permainan Tradisional Gobak Sodor

Keunggulan Role Playing menurut Sudjana (2005: 136) yaitu 1) peran yang ditampilkan siswa dengan menarik akan segera mendapat perhatian siswa lain. 2) role playing dapat digunakan baik dalam kelompok besar maupun dalam kelompok kecil. 3) role playing dapat membantu siswa untuk memahami pengalaman orang lain yang melakukan peran. 4) role playing membantu siswa untuk menganalisis dan memahami situasi serta memikirkan masalah yang terjadi dalam role playing. 5) menumbuhkan rasa kemampuan dan kepercayaan diri peserta didik untuk berperan dalam menghadapi masalah.

Penerapan pembelajaran role playing pada siswa kelas V SDN 2 Klapagading dengan langkah menyampaikan cerita pengantar, pemilihan penonton dan pemain, menata panggung, permainan, diskusi, permainan berikutnya, diskusi lebih lanjut dan generalisasi. Kegiatan ini terbukti meningkatkan hasil belajar siswa. Data prestasi belajar rmenunjukkan 14 dari 18 siswa (77%) telah tuntas belajar. Hal tersebut sejalan dengan ungkapan Abdul Hadis (2006: 16-17) yang mengatakan bahwa proses pembelajaran merupakan penentu proses pendidikan. Proses pembelajaran yang digunakan mendorong siswa untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. Model pembelajaran role playing dapat dijadikan pilihan bagi guru untuk membelajarkan siswa yang menyenangkan dan meningkatkan prestasi belajar.

Baca juga:  Google Meet Tingkatkan Pemahaman Materi Perpajakan di Masa Pandemi

UMI SULASTRI, S. Pd.SD

Guru SD Negeri 2 Klapagading

Korwilcam Dindik Wangon

Kabupaten Banyumas

iklan