Pembelajaran metematika seharusnya memberikan suasana belajar yang menarik, menyenangkan dan tidak membosankan sehingga diperoleh hasil yang maksimal. Berbagai upaya telah dilakukan, namun kenyataan masih ditemui siswa mengalami kesulitan dalam mempelajari matematika.
Penulis sebagai guru matematika di SMP N 2 Dukuhwaru memperoleh data tentang hasil belajar siswa kelas VIII G yang kurang memuaskan pada materi Pola Bilangan semester 1 Tahun pelajaran 2020/2021. Penulis mencari sebab kurang maksimalnya hasil belajar siswa. Salah satu penyebabnya adalah pemilihan model pembelajaran yang kurang tepat. Setelah berdiskusi dengan teman sejawat penulis memutuskan untuk menggunakan model pembelajaran Realistik.
Menurut Sumantri (2015), bahwa marematika realistik yang dimaksud adalah matematika sekolah dengan menempatkan realitas dan pengalaman siswa sebagai titik awal pembelajaran. Pembelajaran matematika realistik berorentasi pada siswa, matematika adalah aktifitas manusia dan harus dihubungkan secara nyata terhadap konteks sehari-hari siswa ke pengalaman belajar yang real atau nyata (Susanto,2013).
Menurut Aisyah, dkk.(2007), dunia nyata tersebut diartikan segala sesuatu yang berada di luar matematika, seperti kehidupan sehari-hari, lingkungan sekitar bahkan mapel lainpun dianggap dunia nyata.
Berdsarkan penjelasan di atas disimpulkan bahwa Pendidikan Matematika Realistik merupakan pembelajaran yang dalam kegiatannya dikaitkan dengan kehidupan nyata siswa, dan pengalaman siswa sebagai titik awal pembelajaran.
Karakteristik model pembelajaran realistik adalah siswa mengkonstruksi, membangun atau menemukan kembali konsep-konsep matematika formal. Salah satu karakteristik mendasar model pembelajaran ini, yang diperkenalkan oleh Fruendenthal adalah guided reinvention yaitu suatu proses yang dilakukan siswa secara aktif untuk menemukan kembali suatu konsep matematika dengan bimbingan guru (Muhamad Ali, 2007).
Langkah-langkah merupakan tahapan yang penting dalam pembelajaran, karena tahapan ini sangat menentukan keberhasilan suatu model pembelajaran. Adapun langkah-langkah model pembelajaran realistik yaitu: (1) diawali dengan memperkenalkan masalah realistik pada siswa yang terkait dengan materi pembelajaran, (2) siswa mengidentifikasi konsep matematika yang sesuai masalah, (3)secara bertahap siswa menterjemahkan masalah matematika realistik ke dalam abstrak (4) siswa menyelesaikan masalah dengan diskusi kelompok(5) dengan bimbingan guru menerjemahkan kembali masalah matematika ke dunia nyata.
Kelebihan model pembelajaran realistik adalah siswa dapat mengaitkan matematika dengan kehidupan sehari-hari sehingga pengetahuan yang dibangun oleh siswa akan mudah, dan diingat terus oleh siswa.
Pengamatan guru selama proses pembelajaran menunjukkan bahwa model pembelajaran ini dapat meningkatkan aktifitas, bekerja sama, menumbuhkan dan meningkatkan pehatian siswa dalam pembelajaran.
Rata-rata nilai hasil belajar siswa materi pola bilangan sebelum diterapankan model pembelajaran realistik dan setelah diterapkannya model pembelajaran realistik menunjukkan hasil yang memuaskan dari rata-rata 66,10 menjadi 73,35, meskipun hal tersebut masih di bawah target, tapi hal ini sudah menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran realistik dapat diterapkan pada materi pola bilangan kelas VIII SMP N 2 Dukuhwaru. Penulis menyarankan bagi guru mata pelajaran matematika yang mempunyai siswa dan lingkungan hamper sama dengan kami dapat menerapkan model pembelajaran ini dan untuk guru mata pelajaran yang lain penerapan model pembelajaran realistik dapat dijadikan pilihan untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
Labibatuz Zahro, S.Pd
SMP Negeri 2 Dukuhwaru
