JATENGPOS.CO.ID, PATI – Seorang ustadz pondok pesantren dianiaya guru Madarasah Ibtidaiyah (MI) Negeri 1 Pati di Kecamatan Kayen.
Korban adalah Muhammad Sairozi yang keseharianya menjadi murobbi (pendidik) di Pondok Pesantren (Ponpes) Tahfidz Anak Al-Jamal Desa Slungkep, Kecamatan Kayen.
Menurut Sairozi, kejadian kekerasan yang dialaminya terjadi pada Jumat pagi (17/9). Saat itu dirinya dengan dua ustaz lainya sedang mengantar santri-santri pondok untuk mengikuti pembelajaran tatap muka (PTM) di MI yang jaraknya tidak jauh dari pondok.
” Setiap pagi kami para murobbi memang mempunyai tugas untuk mengantar santri-santri di pondok untuk masuk sekolah. Karena setiap hari Senin, Rabu, dan Jumat sekolah MI tempat santri-satri sekolah sudah mulai memberlakukan PTM,” kata Sairozi.
Waktu itu, lanjut Sairozi dirinya sedang mengarahkan santri-santri agar bisa tertib saat masuk ke dalam sekolah. Namun tiba-tiba dari arah dalam sekolah datang salah seorang guru yang diketahui bernama Rochimuzzaman
menghampirinya dan langsung melayangkan pukulan ke arahnya.
” Tiba-tiba tanpa alasan yang jelas, saya dipukul sampai 4 kali kena di kepala. Saya juga dimaki-maki dengan perkataan kasar, ” katanya.
Pada saat kejadian, korban sempat bertanya kepada pelaku kenapa dirinya dipukul. Namun, pelaku justru lanjut mengumpatnya.
“Saya tidak membalas memukul saat itu, dan memilih untuk kembali ke pondok agar amarah pelaku tidak semakin menjadi-jadi. Saat kejadian banyak saksi yang melihat,” ujarnya.
Usai mendapat pukulan itu, Sairoji merasakan pusing dan muntah. Dia pun langsung memeriksakan diri ke RSUD Kayen sekaligus untuk visum. Dan ke esokan harinya, Sabtu (19/9), Sairozi melaporkan kasus itu ke Polsek Kayen.
“ Sebenarnya, awalnya saya tidak mau membawa masalah ini ke jalur hukum. Tapi tidak ada itikad baik dari pelaku untuk tabayun mengenai masalah ini. Karena sehari setelah kejadian saya putuskan untuk melaporkan kejadian ini ke polisi,” ujar Sairozi.
Sampai saat ini, korban pun tidak mengetahui apa alasanya sehingga dirinya dipukuli oleh Rochimuzzaman, seorang guru yang berstatus ASN itu.
Sairozi mengatakan, terakhir kali bertemu dengan pelaku sebelum terjadinya aksi pemukulan itu pada hari Senin pagi (13/9). Waktu itu dirinya sedang mengantar santri untuk mengikut PTM di sekolah.
” Hari Senin, saya memang sempat bertemu dengan pelaku di depan gerbang sekolah. Waktu itu santri-santri dites suhu tubuhnya sebelum masuk ke dalam sekolah. Ada salah satu santri suhu badanya 37 derajat celcius. Oleh Pak Rochimuzzaman anak itu tidak boleh masuk,” ungkapnya.
Mengetahui soal itu, Sairozi lalu meminta kepada pihak guru untuk mengijinkan santrinya agar diperbolehkan masuk sekolah. Karena menurutnya suhu tubuh 37 derajat celsius masih dalam batas wajar suhu tubuh orang sehat. Setelah diprotes oleh Saerozi, anak itupun akhirnya diperbolehkan untuk mengkikuti PTM.
” Mungkin gara-gara masalah itu, tapi pada hari itu saya dan pelaku juga baik-baik saja, tidak ada masalah. Harusnya Pak Rochimuzzaman tabayun dulu kalau memang ada masalah, jangan langsung berbuat kekerasan seperti ini,” keluh Sairozi. (gus)
iklan