Dunia pendidikan kita sedang diuji. Sebagai seorang guru harus tidak serta merta menyalahkan siswa ketika mereka menjadi korban gawai yang aksesnya tak terkontrol ini. Maka pendidikan di sekolah harus adaptif dengan masuk lebih dalam mengatasi masalah-masalah siswa untuk mencapai cita-cita pendidikan.
Untuk mengatasi masalah tersebut, guru dituntut benar-benar jeli memilih dan memilah metode pembelajaran. Apalagi saat ini pembelajaran harus dilakukan secara daring dengan protocol kesehatan yang diharuskan oleh pemerintah. Hal itu sesuai Surat Edaran (SE) Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nomor 36962/MPK.A/2020 terkait pembelajaran daring dan bekerja dari rumah dalam rangka pencegahan penyebaran Covid 19. Sebagai guru abad-21, sikap adaptif ini harus tertanam, dengan melihat peserta didik sebagai objek. Guru abad-21 harus mampu menjadi role model yang menarik perhatian siswa dalam belajar. Tidak melulu pemberian materi yang bersifat normatif, namun mereka harus memanfaatkan berbagai platform digital pendidikan yang bisa dirasakan untuk kebutuhan siswa.
Di antara metode pembelajaran yang cukup bisa menjawab persoalan ini adalah metode pembelajaran Project Based Learning. Metode project based learning ini diprakarsai oleh hasil implikasi dari Surat Edaran Mendikbud no.4 tahun 2020. Project based learning ini memiliki tujuan utama untuk memberikan pelatihan kepada pelajar untuk lebih bisa berkolaborasi, gotong royong, dan empati dengan sesama. Metode ini penulis rasa cukup adaptif di saat pemerintah menurubkan level pemberlakuan Pembatasan Sosial Kegiatan Masyarakat (PPKM). Di mana pergeseran 100 persen pembelajaran daring kini telah berubah pola menjadi pembelajaran tatap muka (PTM) kembali, namun dengan pembatasan jumlah siswa yang masuk sekolah. Sejumlah sekolah telah menerapkan 50 persen siswa bisa belajar tatap muka, sementara separuhnya lagi tetap belajar di rumah.
Metode project based learning ini sangat efektif diterapkan untuk para pelajar dengan membentuk kelompok belajar kecil dalam mengerjakan projek, eksperimen, dan inovasi. Metode pembelajaran ini sangatlah cocok bagi pelajar yang berada pada zona kuning atau hijau. Dengan menjalankan metode pembelajaran yang satu ini, tentunya juga harus memerhatikan protokol kesehatan yang berlaku. Project based learning atau pembelajaran berbasis proyek ini berpusat pada siswa untuk melakukan suatu investigasi yang mendalam terhadap suatu topik. Siswa secara konstruktif melakukan pendalaman pembelajaran dengan pendekatan berbasis riset terhadap permasalahan dan pertanyaan yang berbobot, nyata, dan relevan.
Tujuan project based learning ini antara lain: Meningkatkan kemampuan peserta didik dalam pemecahan masalah proyek, Memperoleh pengetahuan dan keterampilan baru dalam pembelajaran, Membuat peserta didik lebih aktif dalam memecahkan masalah proyek yang kompleks dengan hasil produk nyata, Mengembangkan dan meningkatkan keterampilan peserta didik dalam mengelola bahan atau alat untuk menyelesaikan tugas atau proyek: serta Meningkatkan kolaborasi peserta didik khususnya pada PjBL yang bersifat kelompok.
Jika melihat fenomena siswa; ketergantungan siswa terhadap game, kecanduan media sosial serta perilaku menyimpang lain dalam memanfaatkan platform teknologi informasi disebabkan oleh kurangnya motivasi mereka menggunakan gawai sebagai media belajar. Nah, metode project based learning ini memberikan keleluasaan siswa untuk bebas berinovasi, tantangan berkespeimen dalam project mata pelajaran tertentu. Keleluasaan itu tentu harus tetap mengakomodasi ketergantungan mereka terhadap gawai. Namun, pemilihan project yang mendidik tetap mendapat porsi lebih. Maka alat gawai tetap bisa dipakai dalam setiap project. Misalnya dalam proyek tertentu siswa harus memvideokan proyeknya dengan detail, mengedit, hingga memanfaatkan platform digital seperti mengunggah proyeknya dalam Youtube, dijadikan Podcast, atau bisa menjadi unggahan Tik Tok pendidikan.
Manfaat lain metode ini adalah mengasah skill peserta didik. Di mana saat ini skill dan critical-thinking peserta didik sangat dituntut untuk mewujudkan Profil Pelajar Pancasila. Di mana Profil Pelajar Pancasila terdiri enam indikator, yaitu beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, berkebinekaan global, gotong royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif. Indikator-indikator Profil Pelajar Pancasila yang bisa mewujudkan SDM unggul Indonesia maju. (*)
Oleh: Untari Asih,S.Pd.I
SD N Tambakaji 04