28.6 C
Semarang
Minggu, 6 Juli 2025

Pak Untung, Pria Tak Punya Tangan Penjaga Rel Kereta di RanduBlatung (Part 3/3)

Anak Ajaib, Saat Disuntik Jarumnya Melengkung

JATENGPOS.CO.ID,  BLORA – Sejak lahir 1970, Pak Untung sudah dijuluki bayi ajaib. Selain tanpa kedua tangan, pas lahir di kamar banjir besar. Tetapi lantai kamarnya tiba-tiba terangkat sehingga tidak kebanjiran. Kok bisa?

Meski sekarang di Randu Blatung Grobogan, Pak Untung lahir di Purwodadi. Sejak tahun 80-an pindah bersama orang tuanya. Menempati rumah sederhana di dusun Nguleng Desa Sambungwangan, kecamatan Randu Blatung Blora.
Sejak bayi, warga sekitar menyebutnya bayi ajaib. Lahir tidak normal. Pas lahir tidak kebanjiran. Padahal kampung dan rumah orang tuanya dilanda air bah.

 

“Waktu itu banjir bandang Mas. Tapi entah kenapa lantai kamar tempat lairan tidak kemasukan air. Tiba-tiba tanah itu seperti terangkat naik,”kata Juwarti, ibu kandung pak Untung.

Peristiwa itu tersebar dari mulut ke mulut. Apa lagi saat lahir bayinya kebuntel. Tertutup ari-ari sehingga tidak kelihatan. Pas dibuka baru tampak sosok bayinya. Juga tidak ada tangisan cenger laiknya bayi lahir ke dunia.

“Pas lahir ya tidak menangis Mas, wong bayinya kebuntel (tertutup). Baru setelah kita buka buntelnya, kami baru tahu kalau bayinya tidak normal. Tidak ada kedua tangan dan badanya kerdil. Tapi kedua kakinya normal,”imbuh Bu Juwarti.

Baca juga:  Kunjungi Jateng Pos, Bidhumas Polda Jateng Tingkatkan Kerjasama Profesional

Karena menjadi perbincangan masyarakat, bayi ajaib ini sempat juga menyita perhatian pak camat dan bupati. Keduanya datang melihat bayi aneh ini. Bahkan pak camat dan bupati juga ikut memberi nama.

“Nama lengkapnya Untung Joko Priyono. Untung yang memberi nama saya, Joko pak camat, dan Priyono yang ngasih nama pak bupati,”kenang Nyamidin, ayah pak Untung bangga.

Kisah keajaiban pak Untung tidak hanya di situ. Saat sakit usia 9 tahun, dokter dibuat geleng-geleng kepala. Dua kali disuntik, jarum suntiknya tidak bisa menancab. Bahkan sampai melengkung. Kejadian ini membuat keanehan pak Untung kian menyebar kemana-mana. Banyak orang datang ke rumahnya. Ingin melihat dari dekat.

“Waktu itu heboh Mas. Termasuk bu dokter juga heran. Pas disuntik jarumnya tidak nancep sampai dua kali, bahkan jarum suntik itu melengkung Mas,”tambah Bu Juwarti.
Akhirnya dokter tidak mau melanjutkan. Pak Untung kecil hanya diberi obat untuk diminum. Sejak saat itu pak Untung tidak pernah lagi sakit hingga dewasa.

Pak Untung kecil juga bisa naik sepeda. Padahal tidak punya tangan. Untuk mengendalikan setir hanya menggunakan lehernya. Tapi orang tuanya tidak mengijinkanya karena sering menabrak orang.

Baca juga:  Kontes Pelapak Indonesia, Bentuk Dukungan Bukalapak untuk UMKM di Masa Pandemi

“Keajaibane ya hanya itu. Tapi itu dulu. Sekarang ya biasa saja,”tambah Pak Untung, difabel yang sehari-hari menjaga palang kereta di lampu merah Wulung, Randu Blatung itu.

Pak Untung sekarang, adalah pria usia 50 tahun. Yang sehari-hari menjaga rel kereta sukarela. Dia mendapat uang pemberian para pengendara yang lewat. Sehari kadang 30 ribu hingga seratus ribu. Uangya untuk tambahan hidup keluarga orang tuanya yang hidup pas-pasan. Juga untuk keperluan sendiri. Karena tidak bisa naik motor sendiri, untuk pulang dan pergi sering dibonceng orang yang lewat.

Meski dalam keterbatasan, Pak Untung bisa mandi dan ke belakang sendiri. Dia juga bisa memakai baju dan melepasnya sendiri. Caranya? Kaos yang sudah ditaruh di kepala lalu diselipkan paku di pintu. Lalu ditarik-tarik dengan kepalanya sehingga kaos masuk ke badan. Bagitupun saat melalepas. Ujung kaos dijepit jari kaki lalu ditarik dan lepas. Pak Untung juga bisa menyulut rokok. Korek dijepit dan dinyalakan pakai jari kaki. Rokok di mulut. Kepala menyorongkan rokok ke kakinya. Begitulah kehidupan difabel. Tidak semudah kita. Bersukurlah jika kita terlahir normal. Sehingga bisa beraktifias sendiri dengan bebas. Alhamdulilah. (tamat)

TERKINI

Pelajaran Duet Luthfi-Yasin

Rekomendasi

Lainnya