spot_img
27.4 C
Semarang
Sabtu, 28 Juni 2025
spot_img

Senopati Johar Manik Minta Makamnya tak Dicungkup

JATENGPOS.CO.ID,  SALATIGA – Sebagai senopati perang kepercayaan Pangeran Diponegoro, Johar Manik yang ditugaskan di wilayah Salatiga dan sekitarnya  memiliki  kemampuan dan keistimewaan. Dikenal sebagai ahli strategi perang juga memiliki kesaktian.

Hal itu tidak berlebihan karena ketika masih muda, Johar Manik gemar tirakat, baik itu puasa maupun melek ( tidak tidur). Kemampuan yang diasah sejak muda ini menjadikan Johar Manik memiliki kemampuan lebih.

Sebagai salah satu senopati andalan Pangeran Diponegoro, berbagai medan pertempuran sengit  melawan Belanda dilakukannya. Baik ketika bisa mengalahkan pasukan musuh atau terpaksa mundur karena terdesak musuh.

Ketika terdesak, ia bersama laskarnya sering dikejar-kejar Belanda dan antek-anteknya  warga pribumi atau londo ireng (Belanda hitam).

Kesetiaan Johar Manik terhadap pimpinannya yaitu Pangeran Diponegoro menjadikannya begitu sangat dekat dan akrab dengan Sang Pangeran. Kadangkala Pangeran Diponegoro yang tinggal di Tegalrejo, Kabupaten Magelang secara diam-diam berkunjung ke Blondo, Salatiga untuk sekedar ngobrol atau mengatur strategi perang.

Karena jabatannya sebagai senopati perang, Johar Manik pun mendapat semacam ‘mobil dinas’ berupa seekor kuda berwarna putih dari Sang Pangeran agar bisa dipakai untuk mobilitas dalam peperangan. Kuda putih itu diberi nama Kyai Bangkol.

Baca juga:  Bupati Dorong Komunitas Relawan Kabupaten Semarang Berbadan Hukum

Menurut  Agustina Sri Kuntarsih, cucu canggah Johar Manik,  dalam sebuah penyergapan di Salatiga  yang dilakukan oleh Belanda dan antek-anteknya dari prajurit keraton yang memihak Belanda, Johar Manik yang saat itu terkepung tetap melakukan perlawanan sengit.

Dalam peperangan itu, Johar Manik yang saat itu naik kuda, tertusuk tombak di badannya hingga menderita luka parah.

Meski demikian, ia masih tetap bisa mengendalikan kuda tunggangannya menuju tempat persembunyiannya di daerah Sumogawe, Kecamatan Getasan, atau sekitar 7 km dari arah kota Salatiga.

“ Kudanya sudah sangat terlatih dan ketika Mbah Johar Manik terluka parah,langsung menuju tempat persembunyiannya di Sumogawe,” kata Sri Kuntrasih.

Di Sumogawe itu ada Pangeran Sumonegoro yang merupakan saudara Pangeran Diponegoro yang ikut berjuang melawan penjajah. Johar Manik yang terluka parah kemudian dirawat, namun nyawanya akhirnya tidak tertolong.

Sebelum meninggal, Johar Manik yang asli Bantul tersebut berpesan kepada anaknya Karmin Karyodino agar dimakamkan di dekat rumahnya, yaitu di sekitaran Blondo.

Baca juga:  Relawan Sragen Evakuasi 2 Mayat di Lokasi Berbeda

Jenasah Johar Manik pun akhirnya dimakamkan di daeah Tanggulayu tak jauh dari Blondo. “ Mbah Johar juga berpesan kepada anaknya agar makamnya jangan diberi cungkup atau rumah-rumahan dan tdak boleh dibuat permanen seperti diberi nisan,” kata Kuntrasih.

Pesan dari Mbah Johar Manik itu pun dipegang teguh oleh anak cucunya hingga sekarang. Hanya pernah suatu kali salah seorang cucunya membuatkan cungkup makam. Namun tak lama kemudian cungkup itu tersapu angin kencang yang entah datangnya dari mana.

“Bapak saya pernah membuatkan cungkup, namun tak lama cungkup itu tersapu angin. Sejak saat itu sudah tidak ada lagi yang mencoba membuatkan cungkup Mbah Johar,” kata Sri Kuntarsih.

Dikatakan Kuntarsih, pernah suatu kali ada orang tak dikenal yang mecoba memperindah makam Johar Manik yang sebelumnya hanya gundukan tanah yang dikelilingi bata dengan memberi semen.

”Niatnya baik, memperindah dan merapikan makam yang hanya tumpukan bata, namun setelah disemen, bebera hari kemudian semennya lepas. Sekarang dibiarkan apa adanya. Hanya bata yang ditumpuk saja,” pungkasnya. (deb/muz)

spot_img

TERKINI