Jaya Mitra Kemilau Jamu Nona Kalani, Generasi Keempat Nyonya Meneer Eksis Garap Jamu Kekinian

Stand PT Jaya Mitra Kemilau dalam acara pameran dan pencanangan jamu, OHT, fitofarmaka, dan sumber pangan lokal, di RSUD Bung Karno Surakarta, Kamis (9/6/2022). Foto : Ade Ujianingsih/Jateng Pos

JATENGPOS.CO.ID, SOLO – PT Jaya Mitra Kemilau bersama Nona Kalani, produsen jamu generasi keempat dari Jamu Nyonya Meneer saat ini masih eksis dan konsisten memproduksi jamu. Tentu saja dimodifikasi dengan berbagai teknologi modern, baik itu kemasan atau packaging, promosi, varian rasa yang mengikuti perkembangan jaman.

“Kami masih eksis mempertahankan dan melestarikan jamu. Meskipun kami dari generasi keempat, namun resep nenek moyang masih tetap terjaga, penjualan tetap laris bahkan meningkat, kita juga sudah ekspor ke Jepang, Malaysia dan Amerika Serikat,” kata Vanessa Kalani, cicit Lauw Ping Nio pendiri perusahaan jamu legendaris Nyonya Meneer, ditemui saat pencanangan jamu, OHT, fitofarmaka, dan sumber pangan lokal, di RSUD Bung Karno Surakarta, Kamis (9/6/2022).

Sebelum pandemi, Vanessa sempat membuka The Jamu Bar di Jakarta untuk memperkenalkan minuman tradisional ke anak-anak muda. Kini, Vanessa mulai merambah pasar daring.

Baca juga:  Dua Lagi

“Sekarang tingkat konsumsi jamu meningkat ke 70 persen. Jadi anak muda umur 20-40 tahun sudah mengenal jamu dan mengerti manfaatnya. Mereka memilih herbal daripada obat-obat farmasi,” jelas Vanessa.

iklan

Di tangan putri sulung Charles Saerang, jamu tradisional bisa diracik sesuai dengan selera lidah anak muda. Yakni dengan mencampur jamu dengan rasa coklat, kopi, dan matcha.

“Cowok itu sukanya STMJ (Susu Telur Madu Jahe) jadi enak karena ada rasa coklat atau kopi. Untuk wanita, perawatan kecantikan, itu kunyit asam, jahe wangi,” jelas Vanessa yang sukses membawa brand prduk jamu Nona Kalani.

Pada awal pandemi Covid-19, penjualan produk itu sempat laris manis. Bahkan, Vanessa menyebut peningkatan volume penjualannya bisa sampai 120 persen, khususnya pemasaran secara online.

Vanessa menyebut apa yang dilakukannya itu sebagai usaha untuk merawat budaya Tanah Air. Meskipun lahir dan sempat menghabiskan waktu di Luar Negeri, namun Vanessa merasa perlu untuk melestarikan tradisi minum jamu khususnya di wilayah Jawa.

Baca juga:  Pameran "The Primacy of Seeing", Pertemuan Mata Empat Pelukis

“Kita ingin meningkatkan kembali budaya Indonesia kita. Terutama dari Jawa Tengah, jamu kita dari Semarang, Solo, bagus untuk dilestarikan. Kita promosikan dan kembangkan lagi,” jelas Vanessa.

Selain mengurus penjualan produk dengan jenama Nona Kalani, Vanessa juga ikut menjalankan bisnis bapaknya. Di bawah bendera PT Jaya Mitra Kemilau (JMK), Vanessa berupaya untuk menjaga ramuan jamu leluhurnya agar bisa dinikmati masyarakat luas.

JMK sendiri masih mengandalkan minyak telon serta jamu bersalin sebagai dua produk unggulan. Meskipun demikian, perusahaan itu juga memproduksi berbagai jenis jamu dengan ragam manfaat kesehatan.

Sementara pada kesempatan pencanangan jamu, OHT, fitofarmaka, dan sumber pangan lokal, di RSUD Bung Karno Surakarta, hadir Sekda Pemerintah Provinsi Jateng Sumarno, Wakil Wali Kota Surakarta Teguh Prakosa, Direktur Pengelolaaan dan Pelayanan Kefarmasian Kementerian Kesehatan RI, Dina Sintia Pamela, Ninik Haryati ketua tim kerja seleksi fitoparmaka Pembina industri usaha obat tradisional dan sejumlah pelaku industry jamu.

Baca juga:  Polisi Surakarta Periksa 12 Warga Konsumsi Sabu-Sabu

“Kita sekarang ini terlalu banyak mengonsumsi obat-obat kimia dan didorong adanya program BPJS. Jadi masyarakat ketika merasa sakit, sedikit-sedikit langsung ke rumah sakit karena gratis. Kemudian obat-obatan yang didapat adalah obat kimia yang kebanyakan adalah produk impor. Saatnya kini kita kembali kealam, fitofarmaka harus dikembangkan lagi, mengganti bahan kimia menjadi bahan dari herbal,” kata Sumarno.

Pencanangan jamu, OHT, fitofarmaka, dan sumber pangan local, ditandai dengan minum jamu bersama dan pameran produsen jamu yang sudah kekinian. (dea/bis)

iklan