JATENGPOS.CO.ID, Secara umum, tujuan utama pendidikan terbagi kepada dua hal, yaitu pembinaan daya intelektual dan pembinaan moral. Mengintegrasikan sains dan agama menjadi suatu hal yang begitu penting, bahkan keharusan, karena dengan mengabaikan nilai-nilai agama dalam perkembangan sains dan teknologi akan melahirkan dampak negatif yang luar biasa, tidak hanya pada sosial-kemanusiaan, tetapi juga pada alam semesta ini. Dampak negatif dari kecendurungan mengabaikan nilai-nilai ajaran agama dapat kita lihat secara empirik pada perilaku korupsi, pencurian, penipuan dan lain sebagaianya yang dilakukan oleh manusia dimuka bumi ini dengan menggunakan kekuatan sains dan teknologi. Awal mula munculnya ide tentang integrasi keilmuan dilatar belakangi oleh adanya dualisme atau dikotomi keilmuan antara ilmu-ilmu Agama dengan ilmu-ilmu umum. Secara sendiri-sendiri ilmu saja atau agama saja, memang telah banyak yang mengakui pentingnya agama, baik di barat maupun di timur. Agama dan Ilmu terlibat secara langsung dalam kehidupan manusia, dengan itu hubungan keduanya penting didudukkan dan harus jelas.
Banyak pemikir meyakini bahwa Agama tidak akan pernah bisa di damaikan dengan Sains. Alasan mereka menarik kesimpulan ini adalah Agama jelas-jelas tidak dapat membuktikan kebenaran ajarannya dengan tegas, padahal Sains bisa melakukan hal tersebut. Dibalik pendapat diatas sesungguhnya juga telah muncul sikap dan pandangan yang optimis akan adanya saling sapa, saling dialog dan integrasi antara Sains dan Agama. Saling kerja sama keduanya dalam mengupayakan sebuah pemahaman terhadap realitas yang dikaji tentunya bertujuan untuk pencapaian pemahaman yang lebih komprehensif sehingga misi ilmu pengetahuan dan Agama dapat memberi manfaat yang besar bagi kehidupan umat manusia yang diawali oleh keyakinan ontologis yang kuat akan pengakuan adanya Zat Yang Maha Pecipta dan Maha Kuasa. Pandangan epistemologis sains dalam pembelajaran IPA melibatkan pemahaman tentang sifat, tujuan, dan metode ilmiah. Epistemologi adalah cabang filsafat yang mempelajari sifat pengetahuan dan bagaimana pengetahuan itu diperoleh. Dalam konteks ini, epistemologi sains membahas tentang bagaimana pengetahuan ilmiah diperoleh dan bagaimana pengetahuan tersebut dianggap valid.
Pandangan epistemologis yang umum diterima dalam sains adalah empirisme dan rasionalisme. Empirisme menekankan pentingnya pengalaman dan observasi dalam memperoleh pengetahuan. Rasionalisme, di sisi lain, menekankan pemikiran rasional dan logika dalam memperoleh pengetahuan. Proses integrasi keilmuan merupakan suatu proses pengembalian ilmu yang ada saat ini pada konsep yang hakiki yaitu tauhid, kesatuan sumber dan kesatuan makna kebenaran. Ketiga proses inilah yang akan diturunkan kedalam tujuan (aksiologi), metodologi (epistemologi), dan obyek (ontologi) ilmu pengetahuan. Demikianlah, tampak sumber pengajaran dan ilmu pengetahuan bahwa sumbernya adalah Sang Pencipta. Dari-Nyalah manusia mengembangkan apa yang telah ada dan diketahuinya. Juga dari-Nyalah manusia mengembangkan apa yang dibukakan untuk-Nya tentang rahasia-rahasia semesta, kehidupan, dan dirinya sendiri. Semua itu adalah dari sana, dari sumber satu-satunya itu, yang tidak ada sumber lain di sana selain Dia. Anggapan kuat yang tumbuh dalam masyarakat luas mengatakan bahwa agama dan ilmu adalah dua entitas yang tidak dapat dipertemukan. Keduanya mempunyai wilayah masing-masing, terpisah antara satu dan lainnya, baik dari segi objek formal material, metode penelitian, kriteria kebenaran, peran yang dimainkan oleh ilmuwan. Ungkapan lain, ilmu tidak memperdulikan agama dan agama-pun tidak memperdulikan ilmu. Hal ini dikarenakan oleh anggapan bahwa sains dan agama memiliki cara yang berbeda baik dari pendekatan, pengalaman, dan perbedaan-perbedaan ini merupakan sumber perdebatan.
Saat pembelajaran sains, konsep-konsep sains hendaknya ditelaah menggunakan sudut pandang agama. Ajaran-ajaran agama yang disampaikan saat pembelajaran hendaknya juga ditelaah menggunakan akal dan dihubungkan dengan sains. Karena hanya dengan cara seperti inilah paradigma masyarakat tentang dikotomi keilmuan sains dan agama sedikit demi sedikit dapat diubah. Sistem pendidikan seperti ini juga sangat bermanfaat bagi perkembangan intelektualitas peserta didik. Misal satu contoh untuk pelajaran IPAS (Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial) di SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) kami tentang Tata Surya, maka guru bisa menjelaskan secara singkat tentang terjadinya alam semesta, adanya matahari, planet, satelit, meteor,dsb. kemudian dihubungkan dengan agama tentang kekuasaan Allah SWT mengatur dan mengendalikan segala hal mulai dari hal terkecil yang ada di bumi sampai yang berada di luar angkasa sana. Epistemologi pembelajaran IPAS di SMK mengacu pada pemahaman tentang cara siswa memperoleh pengetahuan dan pemahaman tentang ilmu pengetahuan alam dan sosial. Epistemologi berhubungan dengan sumber, validitas, dan keandalan pengetahuan. Pembelajaran IPAS di SMK didasarkan pada beberapa prinsip epistemologi berikut:
- Konstruktivisme: Pemahaman siswa dibangun melalui proses konstruktif di mana mereka aktif terlibat dalam membangun pengetahuan mereka sendiri. Guru bertindak sebagai fasilitator dalam membantu siswa membangun konsep dan pemahaman melalui pengalaman belajar yang relevan dan terkait dengan kehidupan nyata.
- Pendekatan saintifik: Pembelajaran IPAS berpusat pada metode ilmiah yang melibatkan pengamatan, eksperimen, dan penalaran. Siswa diajarkan untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis, analitis, dan kreatif dalam menghadapi masalah dan menguji hipotesis.
- Konteks nyata: Pembelajaran IPAS dihubungkan dengan konteks dunia nyata dan masalah-masalah yang relevan bagi siswa. Siswa diberikan kesempatan untuk menerapkan pengetahuan mereka dalam situasi nyata, seperti melalui studi kasus, kunjungan lapangan, atau proyek-proyek berbasis masalah.
- Kolaborasi: Pembelajaran kolaboratif mendorong siswa untuk bekerja secara tim dalam menyelesaikan tugas dan proyek. Ini mempromosikan pembagian pengetahuan, diskusi, dan pemecahan masalah secara bersama-sama, sehingga mengembangkan keterampilan kerjasama dan komunikasi.
- Pembelajaran reflektif: Siswa didorong untuk merefleksikan pemahaman mereka, mempertanyakan, dan menguji keyakinan mereka sendiri. Melalui refleksi, mereka dapat mengidentifikasi kelemahan, kesalahan, atau kekurangan dalam pemahaman mereka dan memperbaikinya.
- Penggunaan teknologi: Teknologi digunakan sebagai alat bantu dalam pembelajaran IPAS untuk meningkatkan akses ke informasi, memfasilitasi eksperimen virtual, dan memperluas sumber daya pembelajaran. Siswa dapat menggunakan perangkat digital, simulasi, atau perangkat lunak khusus untuk menjelajahi konsep dan menjalankan percobaan.
Melalui pendekatan ini, pembelajaran IPAS di SMK bertujuan untuk mengembangkan pemahaman yang mendalam dan kritis terkait dengan ilmu pengetahuan alam dan sosial, serta mengembangkan keterampilan siswa dalam berpikir logis, berkomunikasi, bekerja sama, dan memecahkan masalah. Pandangan epistemologis sains dalam pembelajaran IPA memberikan dasar bagi pendekatan yang berpusat pada eksplorasi, keterlibatan siswa secara aktif, berpikir kritis, dan penggunaan bukti empiris. Tujuan akhirnya adalah untuk mengembangkan pemahaman yang mendalam dan keterampilan ilmiah yang diperlukan untuk menghadapi tantangan dunia yang semakin kompleks, menambah pengetahuan tentang bagaimana upaya pengintegrasian sains dan agama di sekolah dan memberi gambarannya secara langsung.
Ilmu yang lahir dari induk Agama akan menjadi ilmu yang bersifat objektif. Maka, ilmu yang dihasilkan oleh orang beriman, adalah ilmu untuk seluruh umat, bukan untuk salah satu pengikut Agama. Agama dan sains tidak selamanya berada dalam pertentangan dan ketidaksesuaian. Masih banyak kalangan yang berusaha untuk mencari hubungan diantara keduanya. Mereka berpendapat bahwa agama tidak mengarahkan pada jalan yang dikehendaki dan agama juga tidak memaksakan sains untuk tunduk pada kehendaknya.
Oleh :
Enni Setyorini
Mahasiswa S2 Pendidikan Sains Pascasarjana FKIP UNS Surakarta