Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan melalui pembelajaran dan pelatihan. Dunia pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dalam menunjang pembangunan suatu bangsa. Dalam pendidikan haruslah diimbangi dengan proses pembelajaran yang tepat agar dapat mencapai tujuan pendidikan di Indonesia (Bona, et.al., 2022).
Pembelajaran akan berjalan dengan baik jika dalam prosesnya menggunakan alat bantu atau alat peraga berupa media pembelajaran. Media pembelajaran adalah salah satu alat bantu mengajar bagi pendidik untuk menyampaikan materi pembelajaran, meningkatkan kreatifitas siswa dan meningkatkan motivasi atau semangat belajar siswa dalam proses pembelajaran.
Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan bagian dari materi yang diajarkan di jenjang sekolah khususnya pada sekolah dasar (Hidayati, 2015). Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial (IPAS) berhubungan dengan mencari tahu tentang alam disekitar. Sehingga IPAS bukan hanya penguasaan pengetahuan berupa fakta-fakta, konsep-konsep, maupun prinsip-prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan (Rahayuni, 2016). Oleh karena itu, IPAS merupakan mata pelajaran yang sangat penting untuk dipelajari di tingkat SD sebab membahas tentang peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan alam dan kehidupan peserta didik. Untuk mempermudah dalam menyampaikan pesan hendaknya seorang guru haruslah menggunakan media pembelajaran dalam setiap pembelajarannya didalam kelas.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di SDN 12 Karanggondang Jepara, permasalahan yang kerap terjadi adalah rendahnya hasil belajar siswa khususnya pada mata pelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya kelas V. Banyak siswa yang kurang memahami materi, sebab siswa tidak fokus dan merasa bosan terhadap metode yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran yaitu metode ceramah. Sehingga hasil belajar di bawah KKM karena cara mengajar guru yang kurang menarik. Guru hanya menjelaskan tanpa diimbangi dengan media alat peraga, guru juga tidak memberikan contoh secara nyata terkait sifat cahaya tersebut. Ketika menggunakan alat peraga dalam pembelajaran, maka siswa memiliki keinginan yang lebih untuk belajar dan mampu memahami konsep dari materi yang diajarkan (Prasetya, 2022).
Dalam hal ini, alat peraga yang diterapkan oleh penulis adalah Media Kotak Cahaya. Media alat peraga kosica adalah seperangkat benda konkret yang berbentuk kotak, dirancang, disusun, atau dibuat secara sengaja untuk membantu guru dalam menanamkan dan mengambangkan konsep-konsep pembelajaran yang abstrak menjadi nyata. Pembuatan menggunakan bahan-bahan yang praktis dan mudah didapatkan. Media alat peraga terbuat dari bahan dasar kardus. Dengan media alat peraga kotak cahaya ini juga dapat menumbuhkan semangat belajar siswa menjadi lebih aktif dan kreatif dalam kegiatan pembelajaran dan mampu membuat peserta didik termotivasi dan aktif dalam proses pembelajaran, dikarenakan alat peraga ini mampu membawa materi yang abstrak kepengalaman hidup yang nyata. Kotak sifat cahaya (Kosica) memiliki tampilan yang menarik dan jelas sehingga peserta didik dapat lebih mudah dalam memahami materi Penggunakan alat peraga dalam pembelajaran, akan lebih interaktif dan menciptakan suasana kelas yang tidak membosankan.
Hasil dari pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan media alat peraga kosica (kotak sifat cahaya) dapat meningkatkan hasil belajar IPAS siswa kelas V SDN 12 Karanggondang Jepara. Dengan menggunakan kotak cahaya sebagai media pembelajaran siswa akan menjadi lebih tertarik dalam belajar IPAS.
Rusmiyati, S.Pd.SD
SD Negeri 12 Karanggondang Jepara