JATENGPOS.CO.ID, SEMARANG – Sejak diresmikan pada 10 Oktober 2018, Taman Indonesia Kaya senantiasa menjadi menjadi rumah dan wadah bagi para seniman dan masyarakat kota Semarang untuk mengenal dan mencintai budaya. Tepat di hari peringatan Sumpah Pemuda, Taman Indonesia Kaya mengajak masyarakat kota Semarang, untuk merayakan bahasa persatuan kita, yaitu Bahasa Indonesia melalui pertunjukan Musikalisasi Puisi “Seikat Kidung buat Negeri” yang dimeriahkan oleh RedaWibi (Reda Gaudiamo & Ganesha Wibisana) dan juga Teater Lingkar.
“Bertepatan dengan peringatan Hari Sumpah Pemuda, Taman Indonesia Kaya ingin mendekatkan masyarakat kota Semarang, terutama generasi muda dengan puisi, dan keindahan yang terkandung di dalam bahasa Indonesia. Seperti yang kita ketahui, Indonesia memiliki ratusan bahasa daerah dan bahasa Indonesia adalah bahasa persatuan yang dijunjung oleh segenap bangsa Indonesia, seperti yang tercermin pada ikrar ketiga Sumpah Pemuda 1928. Semoga selain dapat menyemarakkan peringatan Sumpah Pemuda, suguhan ini juga dapat meningkatkan minat masyarakat terhadap puisi dan juga Bahasa Indonesia,” ujar Renitasari Adrian, Program Director www.indonesiakaya.com.
Selama kurang lebih 60 menit, RedaWibi membawakan serangkaian puisi dari para penyair Indonesia seperti Sapardi Djoko Damono, Chairil Anwar dan masih banyak lagi. Menyanyikan puisi atau musikalisasi puisi merupakan sebuah upaya untuk lebih mendekatkan puisi kepada masyarakat melalui musik. Pertunjukan juga semakin meriah dengan penampilan dari kelompok seni teater di Kota Semarang, Teater Lingkar yang menampilkan visualisasi dari musikalisasi puisi yang ditampilkan melalui lima puisi diantaranya yaitu Serumpun Padi (R. Maladi), Doa (Chairil Anwar), Tentang Kemerdekaan (Toto Sudarto Bachtiar), Di Restoran dan Hujan Bulan Juni (Sapardi Djoko Damono).
Reda Gaudiamo dikenal melalui sejumlah karya pertunjukannya bersama Ari Malibu (almarhum) dalam bentuk musik puisi yang melahirkan beberapa album. Aku Ingin dan Hujan Bulan Juni adalah dua puisi karya Sapardi Djoko Damono yang dinyanyikannya. Selain bermusik, Reda Gaudiamo juga seorang penulis. Sedangkan, Ganesha Wibisana adalah seorang musisi dan pencipta lagu yang memulai karirnya di Bandung, dan menyanyikan lagu-lagu balada. Ia pernah membentuk grup Curly & Me, yang tampil berkeliling di Bandung dan Jakarta.
Pertemuannya dengan Reda terjadi pada tahun 2017, dan mereka baru sempat tampil dua tahun kemudian. Selain bergerak di dunia musik, Wibi adalah seorang seorang desainer interior yang juga mengajar penuh waktu di Fakultas Industri Kreatif di salah satu Universitas di Tanah Air.
Teater Lingkar adalah sebuah kelompok seni teater yang berkedudukan di Semarang, Jawa Tengah, Indonesia. Teater ini dirintis oleh Mas Ton, dan mulai mempertunjukkan karyanya 4 Maret 1980. Nama Teater Lingkar sendiri sarat dengan nilai-nilai filosofis yang menjadi dasar setiap anggotanya yaitu “Lingkar” mempunyai satu titik pusat dengan jari-jari yang sama yang dapat dijabarkan bahwa semua anggota mempunyai tujuan yang sama dengan hak serta kewajiban yang sama yaitu menjaga estetika.
Sejak berdiri sampai sekarang, Teater Lingkar telah memproduksi puluhan pertunjukan, baik naskah sendiri maupun naskah dari penulis luar negeri, dan memenangi sejumlah kompetisi.
“Kolaborasi bersama Teater Lingkar di malam hari ini merupakan perayaan atas kekayaan budaya Indonesia dan kekuatan dari bahasa Indonesia yang mempersatukan kita semua.
Pertunjukan ini juga menyajikan perpaduan inovatif antara puisi dan teater. Keahlian Teater Lingkar dalam bidangnya juga menambah kedinamisan dan memberikan pertunjukan ini warna tersendiri. Semoga pertunjukan ini dapat diterima dengan baik oleh masyarakat di Semarang dan sekitar,” ujar Reda Gaudiamo.
Maston dari Teater Lingkar menambahkan, “Sajian malam hari ini merupakan cara kami untuk merayakan semangat Sumpah Pemuda, hari dimana para pemuda berikrar untuk bersatu dalam satu bangsa, tanah air, dan bahasa yang sama, Indonesia. Semoga pesan persatuan dalam pertunjukan Musikalisasi Puisi ini, dapat mewarnai akhir pekan masyarakat kota Semarang.” (Prast.wd/biz/sgt)