JATENGPOS.CO.ID, SEMARANG – Suasana poliklinik jantung terasa padat seperti hari-hari biasanya. Hilir mudik pasien yang banyak didampingi oleh keluarga saling bercengkrama sambil menunggu giliran pemeriksaan oleh dokter jantung.
Tak terkecuali Mukhayat (55), warga asli Kabupaten Pekalongan ini telah rutin mengunjungi Rumah Sakit dr. Kariadi Semarang, didampingi sang putra, Lamis (27/6/2024). Sebagai pengusaha konveksi daster di Kota Batik dan berpacu dengan berbagai orderan yang ada, Mukhayat selalu bersemangat mengelola bisnis usahanya tanpa mengenal lelah.
Meski memiliki riwayat penyakit gula, ia tak terlalu menghiraukan. Hingga, penyakit batu ginjal dan sesak napas menjadi rentetan awal Mukhayat memiliki rutinitas baru untuk berkunjung kerumah sakit.
Tunggang langgang keluarga membawanya ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Siti Khodijah Pekalongan. Namun cukup lega terdaftar sebagai peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) biaya berobat tidak perlu mengeluarkan uang sepeserpun.
“Saat itu bapak dilakukan rekam jantung, namun tidak ditemukan anomali. Sehingga bapak diperbolehkan pulang dan pengobatan difokuskan ke batu ginjal,” ucap Hanif, salah satu putra Mukhayat, yang selalu mendampinginya saat berobat.
Sekian hari kemudian, Hanif kembali bimbang karena kondisi sang bapak kembali sesak nafas selayaknya serangan jantung. Berbagai pemeriksaan dilakukan, bahkan sampai mendapatkan perawatan intensif di ruang Intensive Care Unit (ICU) di salah satu rumah sakit di Kota Semarang.
“Karena pada saat itu bapak kondisinya gawat darurat, untungnya dijamin semua biayanya oleh Program JKN, bahkan sampai kontrol pasca perawatan juga masih djamin oleh Program JKN dan selanjutnya sudah dirujuk balik,” ucap Hanif.
Terpikir oleh keluarganya ingin menjalani rawat jalan Mukhayat dengan biaya sendiri di Kota Semarang. Namun, hal tak terduga membuat keluarga Mukhayat hanya mampu memberikan pengobatan dengan biaya sendiri selama tiga bulan saja.
“Ya, waktu itu Bapak harus rutin kontrol ke empat dokter, penyakit dalam, jantung, syaraf, dan ginjal. Tapi setelah kami pikir-pikir dari transportasi, konsultasi, biaya obat cukup mahal bisa satu juta lebih, akhirnya kami memutuskan kembali ke Pekalongan agar biaya pelayanan kesehatan bapak bisa dijamin oleh Program JKN. Terlebih, bapak perlu tindakan kateterisasi,” tukas Hanif.
Menyadari kondisi orangtuanya belum kunjung membaik Hanif berinisiasi mengajak sang bapak untuk melakukan pengobatan sesuai prosedur dari Program JKN. Dengan indikasi medis dan riwayat pemeriksaan, Mukhayat dilakukan pemeriksaan pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) tempat ia terdaftar, yang selanjutnya dirujuk ke rumah sakit.
“Dokter di rumah sakit melakukan pemeriksaan dan penegakan diagnosa, melihat riwayat sebelumnya dokter merujuk ke rumah sakit dr. Kariadi Semarang. Tidak perlu menunggu lama dan sudah dilakukan pemasangan ring jantung, semuanya di cover full tanpa biaya tambahan,” ujarnya.
Hanif menyebut, seluruh pelayanan kesehatan yang diterima oleh bapaknya dijamin tanpa terkecuali oleh Program JKN, baik dari obat, pemeriksaan pendukung sampai tindakan pemasangan ring jantung.
“Pelayanan sejauh ini sangat nyaman, tidak dipersulit bahkan proses rujukan dari Pekalongan sampai RS. Dr. Kariadi tidak kendala. Bahkan informasi bahwa untuk pemeriksaan maupun tindakan di rumah sakit tipe A yang menunggu antrean cukup lama tidak dirasakan sama sekali,” katanya.
Hanif merasa, dengan adanya Program JKN selama sepuluh tahun ini, tentu ia dan sebagian besar masyarakat sangat bersyukur sekali, untuk biaya berobat apalagi berbagai tindakan medis terutama operasi yang berbiaya mahal.
“Apalagi dulu pengalaman dari keluarga bapak, yakni nenek saya, saat itu sakit liver dulu orang kenalnya beri-beri dan belum ada Program JKN. Untuk berobat keluarga sampe jual tanah, jual sawah habis semuanya hanya untuk berobat. Tentu hadirnya Program JKN sangat berarti bagi keluarga kami,” tambahnya.
Ditemui pada saat kontrol kelima pasca pemasangan ring jantung, Mukhayat mengaku setelah pemasangan ring jantung nafasnya sudah tidak sesak, dulunya hanya untuk jalan lima meter saja sudah ngos-ngosan. Namun saat ini ia merasa jauh lebih fit dan bugar.
“Saya sekeluarga sangat berterima kasih sekali, dengan adanya Program JKN bapak saya bisa menjalani pengobatan dengan cepat, nyaman dan tanpa kendala apapun,” pungkasnya.(aln)