spot_img
28.8 C
Semarang
Sabtu, 28 Juni 2025
spot_img

Airlangga Mundur Ketum Golkar, Disinggung Kasus Ekspor Minyak Sawit

JATENGPOS.CO.ID, JAKARTA– Airlangga Hartarto menyatakan resmi mundur dari Ketua Umum (Ketum) Partai Golkar. Airlangga menyampaikan salah satu pertimbangannya yakni dalam rangka memastikan stabilitas transisi pemerintahan.

“Saya Airlangga Hartarto, setelah mempertimbangkan dan untuk menjaga keutuhan Partai Golkar dalam rangka memastikan stabilitas transisi pemerintahan yang akan terjadi dalam waktu dekat, maka dengan mengucapkan bismillahirahmanirrahim serta atas petunjuk Tuhan Yang Maha Besar maka dengan ini saya menyatakan pengunduran diri sebagai Ketua Umum DPP Golkar,” kata Airlangga dalam video pernyataan beredar, Minggu (11/8/2024).

Airlangga menyebut pengunduran dirinya terhitung sejak Sabtu (10/8/2024) malam. Disebutkan, sebagai partai besar yang matang dan dewasa, DPP Partai Golkar akan segera menyiapkan mekanisme organisasi sesuai dengan ketentuan AD/ART organisasi yang berlaku.

Ada apa di balik pengunduran diri Airlangga? Direktur Eksekutif Institute for Democracy and Strategic Affairs (Indostrategic), Ahmad Khoirul Umam, menilai langkah mundurnya Airlangga terkait benturan kekuatan di internal Golkar.

“Langkah mundurnya Airlangga Hartarto dari posisi Ketum Partai Golkar tak lepas dari kuatnya benturan antar kekuatan di internal Partai Golkar, di mana faksi-faksi besar mulai berbenturan satu sama lain sejak jelang Pilpres 2024 lalu,” kata Khoirul dalam keterangannya, Minggu (11/8).

Khoirul menyebut internal Golkar sendiri memiliki kepentingan masing-masing. Hal tersebut, kata dia, terlihat ketika Golkar masih ke sana-sini dalam koalisi pilpres sebelum bergabung di KIM.

“Benturan ini sempat terlihat ketika Golkar tengah utak-atik koalisi Pilpres, di mana saat itu Golkar sempat hampir mendekat dengan PDIP,” kata dia.

“Hal itu diyakini sejumlah kalangan sebagai alasan mengapa akhirnya Airlangga sempat diperiksa lembaga penegak hukum terkait kasus minyak goreng,” tambahnya.

Untuk itu, Khoirul menyebut ada kekuatan tersembunyi atau ‘the invisible hand’ yang bergerak di balik keputusan Airlangga tersebut. Dia juga memprediksi Agus Gumiwang yang akan menggantikan Airlangga.

Baca juga:  Pemekaran Kabupaten Sukabumi, Uu Ruzhanul: Persyaratan Sudah Terpenuhi

“Kali ini, ‘the invisible hand’ tampaknya kembali bergerak karena langkah dan keputusan Airlangga di sejumlah Pilkada dianggap kurang tegas dan sering memunculkan ketidakpastian,” katanya, seperti dilansir dari detikcom.

Menurut sumber dihimpun dari infobanknews, Airlangga sejatinya berat melepas jabatan prestisius itu. Sebagai partai terbesar kedua setelah PDIP, posisi Ketum Partai Golkar sangatlah strategis.

“Tapi, dia harus merelakan itu, daripada masuk penjara,” tuturnya.

Selama ini beredar isu, Airlangga diduga terlibat kasus ekspor minyak sawit dan nikel ke China. Kasus inilah yang dijadikan “senjata” untuk menekan dirinya mundur dari Ketum Partai Golkar.

Jika kabar ini benar, bisa dibilang Airlangga “dikudeta halus” untuk melepaskan jabatannya.

Namun, di kalangan internal elite Partai Beringin tersebut, Airlangga dianggap gagal memimpin Partai Golkar. Selain gagal menjadi kontestan di Pilpres 2024, Partai Golkar di bawah kepemimpinannya menjadi partai yang lemah.

“Saking lemahnya, muncul joke jika Airlangga adalah Ketua Umum Golkar paling disayang partai-partai lain. Karena di masa kepemimpinannya, Golkar lemah saat berhadapan dengan partai lain. Hal yang tidak pernah terjadi sebelumnya di Golkar,” selorohnya.

Kabar masuknya Jokowi ke Partai Golkar dan menjadi Ketua Dewan Pembina belum mendapat konfirmasi dari Istana. Menteri Sekretaris Negara Pratikno dan Stafsus Presiden yang dihubungi sampai saat ini belum memberikan konfirmasi.

Kasak-kusuk pengganti Airlangga sebagai Ketum Partai Golkar pun menyeruak seiring langkah mendadak Airlangga tersebut. Disebut-sebut, Bahlil Lahadalia, Menteri Investasi, bakal menggantikan Airlangga.

Ñama Gibran Rakabuming Raka juga mencuat seiring lengsernya Airlangga dari Ketum Partai Golkar. Beberapa flyer bergambar Gibran dengan narasi sebagai Ketum Golkar bersèliweran di grup-grup WA.

Namun, sebelum diputuskan dalam Munaslub yang dipercepat pada akhir Agustus ini, Pejabat Sementara (Pjs) Ketum Partai Golkar akan diserahkan ke Agus Gumiwang Kartasasmita.

Dilansir dari Infobanknews mengungkapkan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) dikabarkan bakal masuk Partai Golkar dan didapuk jadi Ketua Dewan Pembina.

Baca juga:  Tahan Arab Saudi 1-1: Paes Tepis Penalti hingga Rekor 40 Tahun

“Inilah hebatnya Jokowi,” ujar salah satu sumber yang tak bersedia disebutkan namanya itu.

Katanya, masuknya Jokowi sebagai Ketua Dewan Pembina dan Bahlil sebagai Ketum, adalah skenario Istana menjelang lengsernya Jokowi dari kursi Presiden.

“Untuk memastikan dia masih bisa mengontrol pemerintahan Prabowo – Gibran, dia harus mempunyai partai besar. Golkar adalah pilihan paling rasional,” tuturnya.

Diketahui, Airlangga menjabat Ketum Partai Golkar sejak 13 Desember 2017 itu seharusnya mengakhir masa jabatannya sampai akhir tahun ini.

Pada Pemilu 2024, di bawah kepemimpinannya, Partai Golkar memenangkan 102 kursi DPR dan ratusan bahkan ribuan kursi parlemen di berbagai tingkat daerah dari Sabang sampai Merauke.

Dalam Pilpres 2024, Golkar juga memberikan kontribusi besar dalam kemenangan Prabowo-Gibran sebagai Presiden dan Wakil Presiden 2024-2029.

Ketua Dewan Pakar DPP Partai Golkar Agung Laksono menegaskan bahwa Airlangga Hartarto mengundurkan diri sebagai Ketum Partai Golkar bukan karena ada tekanan dari internal partai. Agung menyebut keputusan Airlangga itu, yang diumumkan murni keputusan dia pribadi.

“Tidak ada tekanan, partai tidak menekan dia. Jadi, dari keinginan dia sendiri,” kata Agung Laksono saat dihubungi di Jakarta, Minggu (11/8).

Agung juga menyebut keputusan Airlangga mundur tidak dibahas atau didiskusikan terlebih dahulu di internal partai, termasuk ke kalangan politikus senior Partai Golkar sebelum dia menetapkan sikapnya itu.

“Tidak ada, tidak ada komunikasi atau konsultasi, konsultasi dia (Airlangga) mengundurkan diri, seperti itu, tidak ada,” kata Agung Laksono.

Ketua Dewan Pakar Golkar itu menyebut sebagaimana yang diumumkan Airlangga, dia memilih mundur karena ingin fokus pada pekerjaannya, terutama selama masa transisi pemerintahan Presiden RI Joko Widodo ke pemerintahan Prabowo Subianto yang memenangi Pilpres 2024 bersama Gibran Rakabuming Raka selaku calon wakil presiden terpilih. (dbs/ant/muz)

spot_img

TERKINI