JATENGPOS.CO.ID, UNGARAN– Warga lingkungan Pundung Putih, Kelurahan Gedanganak, Kecamatan Ungaran Timur, dibuat heboh oleh kemunculan puluhan orang berkostum ala Mak Lampir. Gerombolan tokoh jahat yang pernah populer dalam sinetron Misteri dari Gunung Merapi itu ternyata juga membawa pengikutnya, yakni Gerandong.
Pemandangan itu terlihat saat arak-arakan peserta Kirab Budaya dalam rangka memperingati Merti Dusun Pundung Putih. Meski terlihat seram penampilan gerombolan Mak Lampir justru menghibur warga yang menyaksikan pawai. Pasalnya, mereka ternyata juga pandai menari dan berjoget mengikuti alunan musik yang menyertainya.
Sepanjang rute yang dilalui peserta kirab ini pun menjadi berbeda ketika giliran gerombolan Mak Lampir yang melintas. Tingkah mereka berulang kali bikin warga tertawa, meski berwajah seram tapi tidak menakut-nakuti, berjoget kocak sambil mengurut rambutnya yang panjang memperagakan orang sedang mencari kutu.
Tak jarang warga yang melihatnya langsung menghentikan dan minta foto selfie. Tokoh yang ditampilkan seperti dalam sintron legendaris tersebut cukup banyak. Selain Mak Lampir ada tokoh Gerandong, Sembara, dan Datuk panglima Kumbang. Warga jadi heboh memilih tokoh yang digandrungi.
“Gerombolan Mak Lampir ikut kirab bikin heboh warga. Biasanya kita melihat di sinetron ini bisa melihat langsung. Jumlahnya banyak berbaris rapi dan berjoget dengan kompak. Kita jadi terhibur, tidak bikin takut penonton,” ujar Mintarsih (32) warga setempat yang menyaksikan kirab.
Kreatifitas peserta kirab ini patut diacungi jempol. Kelompok peserta yang tampil mencapai puluhan, membawakan keunikan dari RT masing-masing. Ada yang menampilkan kesenian tari tradisional, pakaian adat, musik tradisional, rebana, dan lain-lain.
Endria Shanti (45) salah satu peserta ‘Gerombolan Mak Lampir’ mengatakan awal munculnya ide tampil mengenakan kostum tokoh jahat itu digagas seorang perias Dina Sidauruk. Begitu mendengar RT 01 RW 03 Pundung Putih, tempat tinggalnya, diminta partisipasi meramaikan Kirab Budaya langsung ditanggapi dengan menawarkan kostum Mak Lampir.
“Kebetulan bu Dina seorang perias jadi spontan muncul idenya merias peserta menjadi Mak Lampir. Beliau jadi perias sekaligus koreografer. Dipilih kostum ini karena biayanya lebih murah. Baju Mak Lampir memanfaatkan trash bag (plastik sampah) ukuran besar. Rambut palsu kita paling murah, tinggal merias dikit sudah jadi Mak Lampir,” ungkap Mak’e –panggilan akrabnya– yang juga relawan Komunitas Lensa (Lentera Kasih untuk Sesama) ini.
Menurut Endria, menghadirkan tokoh Mak Lampir di tengah-tengah warga ini cukup simpel. Tidak perlu biaya besar cukup memanfaatkan apa saja yang sudah dipunyai RT. Beberapa kostum kethoprak yang dibeli dari dana hibah juga turut diikutsertakan.
“Pokoknya ramai dan heboh. Cukup modal kantong plastik sampah kita bisa menghadirkan Mak Lampir. Jumlah peserta yang mau jadi Mak Lampir juga terus bertambah, terakhir ada 27 orang. Kreatifitas ibu-ibu RT 01 memang luar biasa,” pungkasnya.
Diberitakan sebelumnya, acara Merti Dusun Pundung Putih, Kelurahan Gedanganak, Kecamatan Ungaran Timur, Kabupaten Semarang, diadakan beberapa hari. Diawali bersih-bersih lingkungan, makan dan doa bersama, dilanjutkan Kirab Budaya dan puncaknya diadakan pentas wayang kulit.
Calon Bupati Petahana Semarang H Ngesti Nugraha yang hadir dalam acara pagelaran wayang kulit menyampaikan apresiasi atas kepedulian warga melestarikan tradisi budaya yang diwarisi dari para leluhur.
“Sebagai penerus leluhur bijak jika tradisi Merti Dusun tetap diuri-uri agar generasi mendatang tidak kehilangan tonggak kearifan dari tradisi budaya warisan pendahulu kita,” ujar Ngesti Nugraha. (muz)