JATENGPOS. CO. ID, SEMARANG – Selama menjabat wakil gubernur Jateng 2018-2023, dan sekarang maju lagi, Taj Yasin Maimoen (Gus Yasin) mengajak teman-temanya waktu mondok untuk menjadi sopir dan penderek (ajudan).
Ada sekitar 8 santri yang istilahnya jadi penderek (pengikut). Merekalah yang membersamai Gus Yasin sebagai teman sekaligus orang yang disuruh membantu ini dan itu. Sehingga setiap kegiatan akan tampak rombongan para santri bersarung dan berpeci, termasuk Gus Yasin sendiri.
Para santri inilah yang mengetahui sosok pribadi Gus Yasin. Sejak kecil waktu sama-sama mondok hingga menjabat. Salah satu santri, yang sekaligus teman mondok, yang diajak jadi penderek adalah Gus Naqieb.
Pria asal Pekalongan ini bersama Gus Yasin sejak kecil, waktu sama-sama mondok di Al Anwar Sarang Rembang. Waktu mondok tidur bersama satu kamar, belajar, dan makan barsama. Menurutnya, meski putra Mbah Maimoen (yang punya pondok), Gus Yasin juga mondok seperti santri lainya.
“Ya mondok seperti lainya, sekamar 40 anak, tidur di sembarang tempat pake sajadah,” kata Gus Naqieb.
Sejak mondok, katanya, Gus Yasin anaknya humble (rendah hati). Sebagai putra Mbah Maimoen, harusnya berkasta tinggi. Tidak ada santri yang berani melihat wajahnya. Dia mewarisi kasta Gus. Putra Kyai besar kharismatik yang disegani. Yang barokahnya diharap banyak santri.
“Tetapi Gus Yasin santai aja orangnya. Ya tidur dlosoran di teras sama saya, gak pakai baju juga kadang karena panas, makan seadanya kayak lainya,” kenang Gus Naqieb.
Dia dekat Gus Yasin sejak mondok di Al Anwar Sarang Rembang. Bahkan satu kelas di Madrasah Ghozaliah Safiiyah atau lebih di kenal MGS.
Sejak itu dia mendampingi terus sampai Gus Yasin menjabat Ketua DEMU (Ketua OSIS). Mulailah Gus Naqieb menjadi penderek mengantarkan kemana-mana jadi sopir, ya jadi teman. Sejak dulu katanya, Gus Yasin memang kelihatan cerdas. Ngaji kitabnya diatas rata-rata. Target-target hafalan kitab purna semua. Padahal banyak santri yang gagal dan harus mengulang.
“Ngaji kitab niku, otaknya harus cerdas, kedua, otaknya harus cukup untuk menampung ilmu, sebab isi kitab harus dihafal semua,” jelas pria yang orang tua dan keluarganya juga punya pondok pesantren besar di Pekalongan itu.
Meski Gus Naqieb sekarang sudah punya keluarga dan mengurus pondok pesantren sendiri, tetap saja memposisikan sebagai santri yang ta’dhim kepada Gus Yasin. Meski dulunya teman, Gus Yasin adalah putra Kyai besar Mbah Maimoen Zubaer. Maka Gus Naqieb harus terus berkhidmath kepada putra dan dzuriyahnya (keturunannya).
“Saya membersamai beliau sejak di DEMU, lalu beliau menjadi wagub 2018 sampe 2024. Dan sekarang mencalonkan lagi di 2024 -2029. Alhamdulillah masih dereaken beliau berkhidmat karna di dalam kehidupan santri tidak ada kata mantan santri. Yang ada santri sak lawase atau selamanya berkhidmath kepada guru dan dzuriyahnya,”kata Gus Naqieb.
Sehingga, meski sudah ngurus pondok sendiri, kalau dipanggil Gus Yasin untuk nyopiri, ya tetap wajib berangkat ke Semarang. Tetap berkhidmath untuk selamanya.
Kata Gus Naqieb, rumah tangga Gus Yasin juga sangat harmonis. Dalam mendidik putra- putrinya sangat sabar.
“Dengan kesibukan selama menjabat wagub periode 2018 – 2024, beliau sempatkan tiap hari ngabsen putra-putrinya lewat HP, di telpuni satu persatu, karena beliau di rumah dinas Semarang, putra- putrinya tinggal di kampungnya di pondok Sarang Rembang,”imbuhnya.
“Saya menyukai beliau karna humblenya itu, terus beliau itu putra guru saya (Mbah Maimoen), sekaligus teman satu sekolah di pondok, beliau guru saya juga sampai sekarang, karena perilaku beliau sering saya perhatikan dan saya tiru untuk kehidupan saya,”tuturnya.(*)