33.8 C
Semarang
Senin, 7 Juli 2025

FESTIVAL JOGJA KOTA TAHUN 2024

JATENGPOS. CO. ID, JOGJAKARATA – Kota Yogyakarta sebagai pusat kebudayaan mempunyai banyak sekali warisan budaya baik yang bersifat non fisik (intangible) dan fisik (tangible).

Warisan budaya yang bersifat fisik di Kota Yogyakarta cukup banyak. Bangunan-bangunan kuno yang menjadi warisan sejarah masa lampau tersebar diberbagai sudut kota. Sehingga sejumlah kawasan ditetapkan sebagai Kawasan Cagar Budaya.

Festival Jogja Kota diselenggarakan oleh Dinas kebudayaan Kota Yogyakarta bertujuan untuk memaksimalkan potensi keberadaan kebudayaan masyarakat perkotaan (urban culture) yang berkembang disekitarnya.

Perkembangan seni budaya di dalam masyarakat Kota Yogyakarta turut dipengaruhi oleh karakteristik Kawasan Cagar Budaya yang ada.

Kepala Dinas Kebudayaan Kota Jogja Yetti Martanti. Foto:ist/jatengpos

Empat Kawasan Cagar Budaya di Kota Yogyakarta yaitu, Kawasan Cagar Budaya Kotagede, Kawasan Cagar Budaya Kotabaru, Kawasan Cagar Budaya Pakualaman, serta Kawasan Cagar Budaya Tugu-Malioboro-Kraton, yang mempunyai ciri khas masing-masing.

Masyarakat Kota Yogyakarta memiliki karakteristik cukup terbuka dengan hal – hal baru. Budaya baru dan orang – orang baru yang datang dan menetap dengan membawa budaya dari daerah bahkan negara masing – masing. Budaya itu berbaur dengan budaya Jogja tumbuh dan berkembang bersama membentuk sebuah akulturasi yang harmonis tanpa meninggalkan identitas masing – masing. Jogja memjadi Kota ekspresi dan apresiasi dalam berbagai bidang sosial dan budaya.

Peserta Festival Jogja Kota Tahun 2024 diikuti oleh Masyarakat dan Pelaku Seni Budaya yang tersebar pada 14 Kemantren, Pelaku Seni Luar Daerah dan Pelaku Seni Professional. Festival Jogja Kota 2024 mengambil tema : “BALAD”, yang berarti Gugur Gunung, Gotong Royong, Kerja Bakti.

Baca juga:  Keren! Puskesmas Kampak Luncurkan Inovasi SATSET-ring 

Festival Jogja Kota 2024 dikemas dalam bentuk berbagai aktivitas baik pameran dan bursa lewat WARKOT tiap – tiap booth Kawasan Cagar Budaya yang melibatkan kemantren masing – masing dan sajian Seni Pertunjukan yang memadukan unsur gerak, musik, drama dan visual multimedia.

Festival Jogja Kota Tahun 2024 akan menampilkan seni pertunjukan beserta potensi wilayah kolaborasi masyarakat 14 Kemantren se-Kota Yogyakarta yang terklasterisasi dalam Kawasan Cagar Budaya (KCB). Seperti yang kita tahu bahwa di Kota Yogyakarta ada 4 Kawasan Cagar Budaya (KCB) yaitu KCB Gumaton (Tugu-Malioboro-Kraton), KCB Pakualaman, KCB Kotabaru, dan KCB Kotagede. Kolaborasi masyarakat antar Kemantren di Kawasan Cagar Budaya.

Festival Jogja Kota Tahun 2024, akan menampilkan “AYODYAKARTA” persembahan dari KCB Kraton yang merupakan kolaborasi kemantren Kraton, Ngampilan, Wirobrajan, Mantrijeron, Gedongtengen dan Tegalrejo. “”DANCE WITH RIVER”” persembahan KCB Kotabaru kolaborasi Kemantren Gondokusuman, Jetis dan Danurejan. “THE BALAD OF MACAPAT” persembahan KCB Pakualaman kolaborasi Kemantren Pakualaman,Gondomanan dan Mergangsan. “HAMEMETRI” persembahan KCB Kotagede kolaborasi Kemantren Umbulharjo dan Kotagede.

Selain menampilkan seni pertunjukan yang unik dan merepresentasikan potensipotensi di wilayah masing-masing, setiap KCB akan menyediakan Booth yang berisi produk-produk unggulan baik kuliner maupun produk kreatif yang bisa dibeli oleh pengunjung. Kemudian juga akan ada live cooking makanan khas Yogyakarta di lokasi Booth sehingga pengunjung bisa merasakan experience yang berbeda.

Baca juga:  Sambut Akhir Tahun, LG Luncurkan TV AI UR7500E

Pameran dan bursa beragam produk kuliner serta kerajinan tersebut bisa ditemukan pengunjung dalam booth-booth tiap KCB yang di desaign unik dengan istilah Warung Kota atau“WARKOT”.

HADEGING KUTHA YOGYAKARTA

Merupakan sejarah epic tanah jawa yang menjadi penanda lahirnya peradaban Yogyakarta. Pada tahun 1746 setelah kraton Mataram berpindah ke Surakarta dari Kartasura yang rusak karena Geger Pecinan, Sunan Pakubuwono ke-2 terlilit hutang budi pada Kumpeni.

VOC merasa sangat berjasa menyelamatkan Mataram sehingga memaksa Pakubuwono menyepakati perjanjian yang sangat merugikan Mataram. Mangkubumi sebagai pangeran Mataram secara tegas menolak campur tangan VOC yang menjajah kemerdekaan Mataram. Akhirnya Pangeran Mangkubumi melakukan perlawanan dengan mengobarkan perang selama 9 tahun lamanya.

Dan pada tahun 1755 berhasil mendirikan peradaban baru di tanah jawa yaitu peradaban Negari Ngayogyakarta Hadiningrat. Dan kutha Yogyakarta sebagai ibukotanya. Naskah ditulis oleh Bondan Nusantara. Disutradarai oleh RM Altiyanto Henryawan. Dan dimainkan oleh narapraja atau para pejabat di lingkungan pemerintah kota Yogyakarta beserta forkominda kota Yogyakarta. Inilah kethoprak Narapraja dengan judul Hadeging Kutha Yogyakarta. (*/has/jan)

TERKINI

Desa Mojo Adakan Sedekah Bumi

Rekomendasi

Lainnya