JATENGPOS.CO.ID SALATIGA- Belum lengkap rasanya kalau mampir di Salatiga tidak mencicipi makanan yang satu ini. Meski identik dengan makanan khas Jogja, namun di Salatiga gudeg yang satu ini memiliki kekhasan yaitu adanya koyor atau daging muda yang menggugah selera.
Warung gudeg ini namanya Gudeg Koyor Miroso Hajah Sukini yang berada samping barang Pasar Rejosari (Pasar Sapi) Jalan Hasanudin, Salatiga. Kelezatan gudeg koyor yang satu ini sudah kondang di masyarakat sejak puluhan tahun lalu. Sehingga tak heran jika memiliki banyak pelanggan yang tak hanya berasal dari Salatiga saja tapi juga luar kota.
Sepintas gudeg yang dijual warung makan yang telah berdiri sejak 1950 silam itu tidak berbeda jauh dengan gudeg Yogyakarta maupun Solo. Hanya saja gudeg Hajah Sukini memiliki ciri khas tersendiri. Pada umumnya, lauk nasi gudeg hanya sebatas opor ayam, telur, tahu dan sambal goreng krecek (kulit sapi).
Namun di Gudeg Sukini ada lauk yang khas yaitu koyor ( daging muda, urat muda) yang menambah kelezatan dan selera. Harganya pun juga ramah di kantong, seporsi makanan dibandrol dengan harga antara Rp 20 ribu hingga Rp 30 ribu.
Selain koyor yang menggoyang lidah, gudegnya juga tidak sembarang nangka muda. Nangka muda yang dimasak merupakan nangka pilihan, sehingga cita rasanya tetap terjaga. Ini yang membuat warung makan yang buka pukul 08.00 hingga 17.00 WIB ini sejak dulu hingga sekarang ramai pembeli.
“Untuk menjaga cita rasa, kami tidak sembarangan dalam memasak. Kami selalu memilih bahan baku yang baik dan segar. Sehingga setelah matang, rasanya tidak berubah-rubah,” kata Sulistiyanik puteri dari Hajah Sukini.
Dikatakannya, sebagian besar besar pelanggan menilai gudeg masakannya berbeda dengan gudeg lainnya karena dilengkapi sambal goreng koyor. Kelezatan sambal goreng koyor inilah yang menjadikan konsumen baik warga Salatiga maupun dari luar daerah yang ketagihan.
“Biasanya, sebelum memasan pelanggan dari luar kota menanyakan dulu sambal goreng koyornya masih atau sudah habis. Kalau masih ada mereka baru memasan makanan. Jika habis kadang mereka sering tidak jadi makan di sini. Jadi mereka terkesan dengan gudeg sambal goreng koyor,” ujarnya

Setiap hari, warung Gudeg Koyor Miroso Hajah Sukini rata-rata memasak koyor sebanyak 30 kilogram. Sedangkan ayam kampunya sebanyak 25 ekor. Biasanya, sambal goreng koyor siang hari sudah habis.
Dikatakan, ada resep masakan turun temurun dari Hajah Sukini yang sampai sekarang tetap dipegang teguh, sehingga gudeg koyor Hajah Sukini cita rasanya bisa terjaga dan banyak pelanggannya. Ada rahasia dalam memasaknya diantaranya setelah gudeg dan sayur lain seperti opor dan sambal goreng matang, tidak langsung disajikan arau dijual. Masakan tersebut disimpan selama satu hari terlebih dahulu baru dijual dengan tujuan bumbunya merasuk.
Namun selama disimpan, masakan dipanasi agar bumbunya benar-benar meresap ke gudeg, daging, telor. “Jika langsung disajikan rasanya kurang nendang. Harus disimpan sehari agar bumbunya merasuk ke bahan, baik itu gudeg, daging ayam, tahu maupun koyornya,” katanya.
Mengenai resep, Sulistiyanik mengaku bumbu gudeg itu sudah turun temuran dan dia tinggal meneruskan saja resepnya. Ia pun sudah sangat hafal dengan resep itu karena memang sudah lama membantu ibunya.
Salah seorang pelanggan Siswo (60) warga Kutowinangun Salatiga ini mengaku menjadi salah satu pelanggan Gudeg Sukini sejak dari dulu. Ia merasa masakan dan menunya cocok di lidah.” Ada gudeg koyor, opor dan sebagainya, tinggal pilih. Kebetulan ini koyornya pas habis, ini ganti opor ayam,” katanya. (deb/sgt)