JATENGPOS.CO.ID, KARANGANYAR – Badan Koordinasi (Badko) Lembaga Pendidikan Al-Quran (LPQ) Kabupaten Karanganyar menanggapi santai polemik 5 hari Sekolah dan Full day School yang dianggap mengganggu keberlangsungan Madrasah Diniyah (Madin).
Menurut Ketua Badko LPQ Karanganyar, Muhammad Azis Marnawi menyikapi lima hari Sekolah atau full day school itu tidak harus frontal. Ia berharap hal itu dapat disikapi secara fleksibel.
“Kalau saya kira itu tinggal bagaimana kita menyikapi, kalau one day school, misalnya, sekolah lima hari ada hari Sabtu, hari Ahad. Saya kira bisa diatur agar Badko memaksimalkan di hari Sabtu-Ahad,” kata Azis di sela rapat kerja dan pengukuhan pengurus Badko LPQ Karanganyar di Rumdin Bupati, Selasa (26/8).
Ia juga menyarankan agar belajar Al-Quran itu lebih fleksibel. Bagaimana diatur halaqah-halaqah atau kelompok-kelompok kecil yang mungkin baik langsung atau dalam jaringan (daring).
“Saya kira enggak masalah selama ada kemauan kita lebih fleksibel. Atau bahkan sinergi. Saya mencoba ini untuk kelas-kelas tahfidz itu, saya mencoba kerja sama dengan MTs Karanganyar. Di situ saya nyuwun, karena itu kerja sama resmi dengan Badko. Saya nyuwun, kalau sampean mau kerja sama dengan kami, coba Quran itu jangan nomor dua, tapi nomor satu. Masukkan jam pertama atau jam kedua. Ada tiga hari di sana yang jam pertamanya dikhususkan untuk tahfidzul Quran. Itu hasilnya luar biasa,” ujarnya.
Jadi, anak-anak yang sudah dalam setahun ini kerjasama, sudah ada yang hafal empat sampai tujuh juz. Anak-anak itu di bawah bimbingan menghafal Quran, yang memang ahli di bidang itu. “Alhamdulillah, mereka sudah bisa, dan anak-anak punya semangat luar biasa, terutama yang kelas-kelas khusus penghafal Al-Quran,” ungkapnya.
Ditanya adakah rencana menyebarkan spirit Quran ini ke sekolah-sekolah negeri? Ia menegaskan bahwa seiring dengan perjalanan waktu dan pihaknya juga mengukur kekuatan. Karena tenaga terbatas. Pada rintisan awal, Badko LPQ ini hanya mengurus TPQ di desa. Seiring dengan perkembangan karena namanya berubah menjadi LPQ, Lembaga Pendidikan Quran, berarti bisa masuk wilayah yang lebih luas.
“Ketika sekolah itu punya kelas khusus, kelas tahfidz misalnya, itu pasti muridnya akan berbondong-bondong. Ini animo masyarakat. Saya ambil contoh. Di MTs itu dulu muridnya berapa? Muridnya yang daftar paling itu harus promosi ke mana-mana. Sekarang ini sudah ambil 300 siswa. Itu sudah nolak 120 orang,” terang Azis.
Dengan potensi besar itu, pihaknya ingin membidik program itu. Dan gurunya harus punya standar, standar tahfidz. Ada anak-anak yang hanya sekadar ngejar setoran, hafal sekian juz, tapi begitu diuji, ini yang juz sudah dihafalkan sudah hilang.
“Kita ingin menjaga semuanya, makanya ini kita sering ada uji tasmi’. Uji tasmi’ itu, anak-anak berani menghafalkan apa yang sudah dihafal itu di depan seluruh orang, termasuk orang tuanya. Sekali duduk minimal satu juz. Itu yang kita, kita ujikan di MTS. Kemudian setelah diuji itu dapat sertifikat kelulusan. Sertifikat ini ditandatangani oleh ketua Badko dan Kepala Sekolah yang bersangkutan,” tandasnya. (yas/rit)