JATENGPOS.CO.ID, SOLO – Lebih dari 80 persen pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Muslim di Indonesia masih terjebak dalam pembiayaan konvensional berbasis riba. Hal ini menjadi sorotan utama Prof. Muhammad Sholahuddin, S.E., M.Si., Ph.D., satu-satunya guru besar kewirausahaan syariah di Indonesia yang berasal dari Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS).
Prof. Sholahuddin mengungkapkan kekhawatirannya tentang rendahnya literasi keuangan syariah di Tanah Air yang secara nasional hanya mencapai 30 persen. Angka ini bahkan lebih rendah di Provinsi Aceh, yang dikenal sebagai daerah syariah, hanya 20,21 persen.
“Banyak pelaku usaha merasa cashflow mereka lancar karena utang berbunga, padahal sebenarnya mereka sedang membayar kepastian dengan ketidakpastian,” jelas Sholahuddin, pada media Rabu (27/08).
Ia menambahkan, bisnis saat ini cenderung permisif dan kering dari nilai spiritual, di mana segala cara dihalalkan demi keuntungan semata.
Menurutnya, “Bisnis bukan sekadar untung rugi, tapi soal surga dan neraka.” Oleh karena itu, ia menekankan pentingnya membangun ekosistem bisnis yang adil, maslahat, dan memberdayakan umat.
Sebagai solusi, Prof. Sholahuddin memperkenalkan “Model Coaching dan Mentoring Rasulullah” dengan tiga strategi utama: Revitalisasi coaching spiritual untuk melahirkan wirausahawan Muslim yang amanah. Digitalisasi literasi muamalah syariah agar pemahaman UMKM lebih praktis dan inklusif. Inovasi pembiayaan syirkah berbasis teknologi sebagai alternatif anti-riba.
Prof. Sholahuddin menegaskan bahwa gelar guru besar yang ia sandang adalah amanah untuk memastikan wirausaha Muslim tumbuh dengan berkah, bukan terjerat riba.
“Tugas saya memastikan wirausaha Muslim tumbuh dengan berkah, bukan terjerat riba,” pungkasnya.(dea/rit)