32 C
Semarang
Kamis, 16 Oktober 2025

Bongkar Habis Sisi Gelap Kluivert

Psywar Media Arab Saudi

JATENGPOS.CO.ID, JEDDAH – Pelatih Timnas Indonesia, Patrick Kluivert, memberikan tiga instruksi khusus kepada skuad Garuda jelang menghadapi Timnas Arab Saudi. Ia menyebut jika tiga instruksi ini dijalankan dengan baik, maka Timnas Indonesia berpeluang mengalahkan The Green Falcons.

Kamis (09/10/2025) dini hari WIB, Timnas Indonesia akan menjalani laga hidup dan mati. Skuad Garuda harus berhadapan dengan Timnas Arab Saudi dalam pertandingan babak keempat Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia.

Pertandingan yang digelar di King Abdullah Sport City Stadium ini diprediksi akan menjadi laga yang intens. Pasalnya, untuk memperbesar peluang lolos ke Piala Dunia 2026, kedua tim sama-sama harus meraih tiga poin pada laga ini.

Kluivert juga membenarkan bahwa pertandingan ini akan menjadi pertandingan yang sulit. Namun, ia tetap yakin peluang Skuad Garuda untuk meraih kemenangan masih terbuka.

Dalam konferensi pers sebelum pertandingan, Kluivert mengingatkan bahwa pertandingan ini akan berlangsung dengan tensi tinggi. Terutama karena laga ini digelar di kandang lawan.

Itulah sebabnya Kluivert menginginkan timnya dapat mengontrol emosi dengan baik dan tidak terpancing provokasi lawan. Sembari itu, mereka juga harus tetap fokus pada taktik yang sudah disiapkan.

“Kami tahu betul kekuatan Arab Saudi, apalagi mereka akan bermain di kandang mereka sendiri. Namun kami hanya perlu fokus, dan kami harus tetap tenang ketika situasi memanas,” ujar Kluivert.

Lebih lanjut, Kluivert meminta timnya untuk tidak terintimidasi oleh Arab Saudi. Ia ingin anak asuhnya tampil berani dalam pertandingan ini.

Ia menyatakan jika Timnas Indonesia sudah merasa takut dari awal, maka mereka akan kalah. Karena itu, ia meminta Jay Idzes dan kawan-kawan tampil dengan kepercayaan diri yang tinggi.

“Saya tidak takut, karena ketika anda merasa takut maka anda akan menunjukkan kelemahan anda. Jika kami menunjukkan kelemahan kami kepada lawan, maka itu akan jadi kekuatan mereka,” tandas legenda Timnas Belanda itu.

Timnas Indonesia sendiri memiliki kenangan manis saat berhadapan dengan Arab Saudi. Skuad Garuda tidak terkalahkan dalam dua pertemuan terakhir melawan The Green Falcons.

Pada pertemuan terakhir, anak asuh Patrick Kluivert berhasil meraih kemenangan dengan skor 2-0 atas Arab Saudi saat kedua tim bertanding di SUGBK.

Jelang laga Timnas Indonesia vs Arab Saudi, media Arab, Al-Arabiya, tidak hanya menyoroti taktik, tetapi juga membongkar habis sisi gelap Patrick Kluivert. Kisah hidup pelatih Timnas Indonesia itu mereka kupas tuntas dengan narasi yang sangat dramatis.

Baca juga:  Mainoo Menikmati Posisi Baru

Dalam ulasannya, mereka fokus pada dua episode paling kelam dalam kehidupan sang legenda. Momen-momen tersebut adalah tragedi kecelakaan maut di masa muda dan skandal utang judi saat ia merintis karier kepelatihan.

Langkah yang diambil oleh media di Arab Saudi ini tampak jelas sebagai bentuk psywar atau perang urat syaraf. Tujuannya adalah untuk menggoyahkan konsentrasi dan membangun narasi negatif terhadap sosok pelatih lawan.

Kisah yang mereka angkat adalah perjalanan seorang bintang yang kariernya di luar lapangan disebut “penuh kebingungan dan kesalahan”. Sebuah cerita yang sangat kontras dengan kemegahan namanya sebagai seorang pemain.

Kisah kelam yang diangkat media Arab Saudi dimulai pada tahun 1995. Saat itu, Kluivert adalah seorang superstar berusia 19 tahun yang baru saja menjadi pahlawan Ajax Amsterdam.

Hanya empat bulan setelah mencetak gol tunggal kemenangan di final Liga Champions, hidupnya berubah total. Ia terlibat dalam sebuah kecelakaan lalu lintas yang merenggut nyawa seseorang.

Saat itu, Kluivert mengendarai mobil BMW pinjaman tanpa asuransi dengan kecepatan 100 km/jam di zona 50 km/jam. Mobilnya menabrak sebuah mobil Ford yang dikendarai oleh Martin Putman, seorang direktur teater berusia 56 tahun.

Nahas, nyawa Putman tidak tertolong dalam insiden tersebut. Tragedi ini menjadi titik balik kelam dalam kehidupan sang “anak emas” kota Amsterdam.

Media Arab Saudi menggarisbawahi betapa dalamnya luka yang ditinggalkan dari tragedi tersebut. Ironisnya, Martin Putman yang menjadi korban adalah seorang penggemar berat Ajax, klub yang dibela Kluivert.

Mereka mengutip pernyataan istri mendiang, Hanny, yang menggambarkan kengerian saat kejadian. Ia menyebut Kluivert mengendarai mobilnya dengan “kecepatan gila”.

Kisah pilu juga datang dari putra mendiang Putman. Anak laki-lakinya itu dikabarkan berhenti datang ke stadion dan akan mempercepat rekaman video setiap kali wajah Kluivert muncul di layar.

“Suami saya adalah penggemar Ajax. Putra saya berhenti mendukung dari stadion, dan ketika dia melihat Kluivert di layar, dia mempercepat video agar tidak melihatnya dan teringat almarhum ayahnya,” demikian kutipan pernyataan Hanny 29 tahun lalu.

Proses hukum yang dijalani Kluivert juga tak luput dari sorotan. Jaksa penuntut umum saat itu menuntut hukuman penjara atas dakwaan pembunuhan tidak berencana.

Namun, hakim memberikan vonis yang jauh lebih ringan. Kluivert hanya dijatuhi hukuman 240 jam pelayanan sosial, yaitu mengajar anak-anak berkebutuhan khusus.

Vonis ringan ini, menurut laporan tersebut, membuat istri korban sangat terpukul. “Kluivert menghancurkan hidup saya, dan hakim memberinya hukuman ringan,” kata Hanny.

Baca juga:  Dragan Djukanovic Tinggalkan PSIS Semarang Jelang Dimulainya Liga 1

Di luar pengadilan, Kluivert harus menjalani “hukuman sosial” yang lebih berat. Ia kerap diteriaki “pembunuh” oleh suporter lawan dan keluarganya menerima surat ancaman bernada rasial.

Di tengah semua tekanan itu, Kluivert muda disebut hidup dalam penyesalan yang mendalam. Media Arab Saudi mengutip pernyataan publiknya yang menggambarkan kehancuran mentalnya saat itu.

Ia merasa bahwa tragedi tersebut telah membunuh sisi kanak-kanak dalam dirinya. Sebuah beban yang akan ia pikul selamanya.

“Anak kecil di dalam diri saya telah mati. Saya tidak akan pernah merasa bahagia sepenuhnya seumur hidup saya, karena setiap kali saya merasa baik, saya teringat Putman dan kematiannya,” kata Kluivert saat itu.

Trauma dan tekanan publik yang begitu hebat akhirnya membuatnya tak punya pilihan. Setahun setelah insiden, ia memutuskan meninggalkan tanah kelahirannya, Belanda, dan pindah ke AC Milan.

Episode kelam kedua yang diangkat media lawan terjadi jauh setelahnya. Kali ini, Kluivert sudah beralih profesi menjadi seorang pelatih di tim U-21 FC Twente.

Pada usia 36 tahun, ia terjerumus ke dalam dunia taruhan sepak bola. Ia bertaruh dalam jumlah besar hingga terlilit utang lebih dari satu juta euro kepada sebuah geng kriminal terorganisir.

Situasi menjadi semakin buruk ketika geng tersebut memerasnya. Mereka mengancam akan menyebarkan rekaman pengakuan utangnya jika ia tidak segera membayar.

Skandal ini meledak ke publik pada tahun 2017 saat Kluivert menjabat sebagai Direktur Olahraga di PSG. Tak lama setelah berita itu tersebar, ia meninggalkan posisinya di klub raksasa Prancis tersebut.

Menurut ulasan media Arab Saudi, karier Kluivert di Eropa mulai meredup pasca-skandal judi tersebut. Ia kemudian mengambil pekerjaan-pekerjaan yang jauh dari sorotan utama.

Ia sempat menjadi asisten pelatih di Timnas Kamerun, lalu bekerja di akademi Barcelona. Ia juga pernah menjadi pelatih interim Timnas Curacao dan melatih sebentar di Turki.

Akhirnya, pada Januari lalu, perjalanannya membawanya ke Jakarta untuk menukangi Timnas Indonesia. Sebuah peran yang mereka sebut sebagai kesempatan untuk meraih sukses setelah karier di luar lapangan yang “penuh kebingungan dan kesalahan”.

Kini, di hadapan Arab Saudi, Kluivert disebut tidak hanya bertarung untuk tiket Piala Dunia. Ia juga bertarung untuk membuktikan diri dan menebus semua catatan kelam di masa lalunya. (bol/riz)


TERKINI


Rekomendasi

...

Merambah Dunia Iklan

Duel Kuda Hitam

Inter Kunci Scudetto

PSIS Bekuk Persik

Akhirnya di Chelsea

Ngarep Ballon d’Or 2024