33 C
Semarang
Rabu, 15 Oktober 2025

Guru SMA 2 Karanganyar Rancang Aplikasi ‘Save Eat Smandakara’, Bantu Deteksi Kelayakan Makanan

JATENGPOS.CO.ID, KARANGANYAR – Keprihatinan mendalam terkait banyaknya siswa keracunan makanan. Membuat seorang guru di Karanganyar ini melakukan inovasi berbasis aplikasi android.

Aplikasi bernama Save Eat Smandakara ini dirancang sebagai pendeteksi makanan layak makan apa tidak berdasarkan gambar dan ulasannya.

Menurut Guru ekonomi SMA Negeri 2 Karanganyar, Taufik Mulyadi, dirinya terdorong membuat aplikasi Save Eat Smandakara ini untuk menghindari siswa agar tak terdampak keracunan terhadap makanan. Disebutkan Taufik, aplikasi ini berfungsi untuk mendeteksi kelayakan makanan secara visual. Sehingga, harapannya peristiwa keracunan makanan dapat dihindari.

“Saya prihatin, banyak terjadi kasus keracunan pada siswa, termasuk di Karanganyar, dari itu saya mencoba membuat aplikasi sederhana ini untuk membantu mendeteksi makanan layak atau tidak dikonsumsi,” terang Taufik pada wartawan, Selasa (14/10).

Lebih lanjut, Taufik menjelaskan bahwa cara kerja aplikasi ini mengidentifikasi dari foto makanan yang dimasukkan ke aplikasi tersebut. Selanjutnya, akan ada ulasan seperti apakah makanan atau botol makanan atau minuman berlendir dan lain sebagainya. Hasil akhirnya, aplikasi akan memberikan rekomendasi apakah makanan tersebut layak makan atau tidak. Sehingga, makanan tidak perlu disentuh atau diicipi lebih dahulu.

Baca juga:  Tanpa Skripsi, Kampus SCU Menggantinya dengan ALTA

“Kalau rekomendasi aplikasi tidak layak makan. Maka tim akan berkoordinasi apakah program makan itu dilanjutkan apa tidak baiknya,” tandasnya.

Aplikasi Save Eat Smandakara memanfaatkan teknologi pengamatan visual. Petugas MBG hanya perlu memotret makanan yang akan disajikan, lalu mengisi sejumlah indikator yang tersedia di aplikasi. Indikator tersebut meliputi kondisi makanan, apakah ada perubahan warna, lendir, jamur, bau tengik, hingga keberadaan belatung, tanpa perlu menyentuh atau mencicipinya. Lalu mengisi indikator aroma.

Bukan hanya makanan, aplikasi ini juga menyasar produk dengan kemasan seperti susu. Ada indikator khusus untuk mendeteksi apakah kemasan mengembung, bocor, berlendir, atau mengeluarkan gas saat dibuka.

“Setelah semua indikator diisi, sistem akan menganalisis data dan menampilkan persentase kelayakan makanan. Jika 100 persen dinyatakan layak konsumsi, maka makanan bisa langsung didistribusikan ke siswa,” kata dia.

Baca juga:  Penerapan Sistem Fertigasi Gravitasi Sebagai Upaya Meningkatkan Efisiensi Biaya Usaha Tani Cabai di Lahan Kering

Jika indikator nilai menunjukkan angka kurang dari 70 persen, maka  panitia akan melakukan diskusi untuk mengambil keputusan untuk tidak didistribusikan.

Saat ini, Taufik mengatakan telah melakukan uji coba langsung bersama tim MBG di SMA Negeri 2 Karanganyar. Dalam demo yang dilakukan Selasa pagi, ia menunjukkan proses kerja aplikasi mulai dari pengambilan foto makanan hingga proses input dan analisis hasil yang menunjukkan angka 100 persen makanan layak konsumsi. Artinya aman untuk dibagikan ke siswa. (yas/rit)


TERKINI


Rekomendasi

...