JATENGPOS.CO.ID, KALTENG – Karnaval Budaya pada Festival Isen Mulang 2019 berlangsung meriah, Selasa (18/6). Seluruh kontingen menampilkan beragam budaya dan juga kekayaan alam Provinsi Kalimantan Tengah. Tak hanya warga lokal, wisatawan mancanegara pun mengaku terpukau pada gelaran tersebut.
Turis asal Wales, Abi Gwinn mengaku kagum dengan warna-warni budaya yang dipertunjukkan. Apalagi, ia baru pertama kali melihat karnaval semacam ini di Indonesia. Menurutnya, seni budaya yang tersaji dapat menjadi kekuatan pariwisata yang harus terus dijaga dan dilestarikan.
“Ini luar biasa. Saya benar-benar terhibur dan excited melihat penampilan seluruh peserta. Semua menarik. Mulai dari kostum yang dikenakan, aksesoris, hingga gerakan-gerakan yang diperagakan,” ujarnya.
Salah satu yang ditampilkan adalah Tari Balean Dadas dari Kabupaten Barito Selatan. Tarian ini menyita perhatian pengunjung karena mempertontonkan atraksi yang tak biasa. Beberapa penari tampak ‘bersahabat’ dengan pelepah pohon salak penuh dengan duri-duri tajam. Seperti berada di alam bawah sadar, mereka memeluk, menginjak dan bergulingan di atasnya tanpa takut terluka.
Tari Balean Dadas sendiri adalah salah satu tari tradisional masyarakat Dayak Man’nyan di Kecamatan Dusun Timur, Kabupaten Barito Selatan, Kalimantan Tengah. Biasanya, tarian ini dilakukan untuk meminta kesembuhan kepada Sang Pencipta (Ranying Hatala langit) bagi mereka yang menderita sakit.
Seiring berjalannya waktu, perkembangannya tidak lagi sebagai sarana pengobatan. Namun lebih untuk sarana hiburan oleh masyarakat. Tari ini dipertunjukan oleh 6 penari wanita, dan 2 penari pria. Pertunjukan awalnya dibuka oleh 2 penari wanita yang berperan menjadi dayang-dayang sang dukun.
Selanjutnya di pertunjukan kedua, munculah 2 penari pria yang berperan sebagai dukun. Rangkaian tari ini berupa gerakan melingkar dan berputar-putar yang menggambarkan mereka sedang melaksanakan ritual pengobatan dengan diiringi oleh lirik-lirik lagu seperti mantra.
Menurut Ketua Pelaksana Calendar of Event Kemenpar Esthy Reko Astuty, Tari Balean Dadas kini kerap digunakan dalam acara penyambutan, peresmian, dan juga festival budaya.
“Karena difungsikan sebagai sarana hiburan, maka tarian ini sudah banyak di modifikasi dari bentuk aslinya. Termasuk dengan atraksi duri salak seperti yang tersebut di atas,” katanya.
Asisten Deputi Pengembangan Pemasaran I Regional II Kemenpar Adella Raung mengatakan, Festival Isen Mulang selalu menampilkan beragam ‘warna’ budaya dari suku Dayak. Keunikan yang tersaji jelas memiliki daya tarik bagi wisatawan.
“Atraksi yang ditampilkan sangat menarik dan membuat event ini berlangsung meriah. Dalam bahasa lokal, Isen Mulang berarti tidak pernah mundur. Ini merupakan moto Palangkaraya yang menggambarkan keberanian masyarakat setempat,” jelas, Adella Raung.
Menteri Pariwisata Arief Yahya menuturkan, Festival Isen Mulang menjadi momentum yang pas untuk membangkitkan industri pariwisata di Kalimantan Tengah. Kegiatan ini kental dengan nuansa budaya yang dikemas dengan standar nasional.
“Kalteng harus bangkit dan berkibar seperti daerah lain. Konsep acaranya sudah bagus. Sekarang yang dibutuhkan adalah branding secara masif. Kemenpar akan bantu itu. Tapi, penyelenggara festival ini juga harus aktif. Manfaatkan semua jenis media, termasuk media sosial,” terangnya.(rif)