JATENGPOS.CO.ID, SEMARANG – Puluhan pelaku ekonomi kreatif di Kota Semarang akan unjuk gigi memamerkan karyanya, melalui pasar luar jaringan/offline market, di Atrium Hotel MG Setos, Senin-Minggu (3-9/5). Kegiatan ini dinamai Semarang Local Market (Selamat), yang digelar mulai pukul 15.00-23.00.
Offline market, disebut penting, bagi para pelaku ekonomi kreatif, seperti fesyen, musik, perfilman, majalah, buku, fotografi, kuliner, kerajinan tangan , dan lain-lain.
“Teman-teman dari ekonomi kreatif ini ternyata sangat butuh market offline. Karena yang pengenalan dan penjualan secara daring sudah banyak yang berjalan. Namun secara market offline juga sangat butuh untuk mengenalkan karyanya,” jelas Anantya Seto, penanggung jawab kegiatan, saat temu media, di Hotel MG Setos, Sabtu (1/5).
Seto melanjutkan, setidaknya, akan ada 30 komunitas thrifting atau barang bekas, sepuluh stan kuliner, empat pelaku usaha merek lokal, sepuluh kerajinan tangan, serta dimeriahkan 27 musisi lokal Kota Semarang.
Pihaknya mengkurasi setiap peserta dari pelaku ekonomi kreatif. Peserta yang terlibat betul-betul harus dengan karyanya sendiri, atau setidaknya memiliki karya yang dipertunjukkan sebgai portofolio mereka.
“Kalau musisi ya bukan musisi yang meng-cover lagu-lagu orang lain. Atau memang setidaknya juga memiliki karya sendiri. Lalu nanti ada kerajinan tangan seperti aksesoris jam, tali masker, kerajinan tangan kertas, lukis bahan kain, lukis sepatu, dan lain-lain,” jelasnya.
Seto melanjutkan, dengan adanya pasar offline, juga akan menggerakkan ekonomi pendukung atau sekitar. Hal ini mendorong masyarakat untuk datang ke lokasi, maka dia ada yang mengenakan transportasi umum. Artinya dengan pergerakan itu, ekonomi juga berputar.
Kemudian, di dalam pasar offline, juga melibatkan fotografer dan videographer maupun kelompok seni lain. Mereka juga akan memiliki pendapatan dengan keahliannya itu.
Sementara itu, General Manager Hotel dan Office Building MG Setos, Wuryanto, mendukung penuh pasar ekonomi kreatif Semarang pada khususnya. Pihaknya menyediakan tempat, dengan mengedepankan pembatasan sosial yakni protokol kesehatan di masa pandemic Covid-19 ini.
“Kami punya tempat yang bisa digunakan itu 2.500 meter persegi luasnya. Ini bisa digunakan sektar 150 orang dalam waktu bersamaan. Itu pun masih 30 persen kapasitas, artinya sangat cukup untuk kegiatan tersebut,” jelasnya.
Lebih jauh, melihat minimnya, pasar ekonomi kreatif offline di Kota Semarang, pihaknya merasa untuk lebih bisa mendukung ke depannya. Agenda-agenda tersebut dirasa sangat perlu untuk mengenalkan pelaku ekonomi kreatif di Kota Semarang. (Sgt)