Lailatul Qadar, Keutamaan dan Doanya

M. Sa'dullah (Pengajar di PP. Ath-Thohiriyah Parakanonje Banyumas & Founder Samawi)

JATENGPOS.CO.ID,   –  Apa yang dimaksud dengan Lailatul Qadar?Membicarakan Lailatul Qadar, ada baiknya menilik sejumlah keterangan yang disampaikan oleh para ulama salaf. Antara lain keterangan dalam kitab Syarh As Sudur Bidzikri Lailatil Qadari, karya Al Imam Waliyuddin bin Hafidz Az Zaini Al Iraqi, terbitan Dar Al Karim.

Makna Lailatul Qadar

Lailatul Qadar merupakan salah satu dari malam-malam bulan Ramadhan. Pada malam Ramadhan Allah Swt menurunkan Al-Qur’an kepada Rasulnya, yakni Kanjeng Nabi Muhammad Saw. Keberadaan Lailatul Qadar merupakan hari raya turunnya Al-Quran Al-Karim. Oleh karenanya, Lailatul Qadar dikenal dengan sebutan Al Mala’u Al A’la (malam yang dipenuhi dengan keluhuran), dan Al ‘Ufuqu Al-A’la (cakrawala tertinggi).

Secara khusus, makna Lailatul Qadar yaitu malam ketaatan, nikmat yang berkesinambungan, kebaikan yang menyeluruh, balasan yang berlimpah, dan pujian yang agung. Kemudian, makna yang lebih umum, Lailatul Qadar bermakna malam yang mempunyai kemulian, keagungan dan penentuan pelbagai perkara serta putusannya.


Baca juga:  Dokter Sebut Salah Pola Asuh Bisa Sebabkan Obesitas pada Anak

Mengapa dinamakan Lailatul Qadar? Ulama Sufi yang lahir di Kota Termet, Iran dan tinggal di Negeri Balkan, Syaikh Abu Bakar Al-Warraq (L.280/893) mengatakan, bahwasanya dinamakan Lailatul Qadar karena orang yang belum punya ketentuan (qadar), pada malam Lailatul Qadar ia akan memilikinya jika menghidupkan malam itu.

Keutamaan Lailatul Qadar

Banyak hadis Kanjeng Nabi dan atsar sahabat yang bertebaran, yang di dalamnya membicarakan tentang sisi keutamaan Lailatul Qadar yang agung. Antaranya adalah hadis yang diriwayatkan oleh sahabat Abu Hurairah, bahwasanya Kanjeng Rasulullah bersabda: “Barangsiapa melakukan qiyam Ramadhan karena iman dan mencari pahala, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Riwayat Ibn Jarir dari Sufyan As Stauri, ia berkata: “Aku meriwayatkan dari Imam Mujahid bahwa yang dimaksud ayat, lailatul qadri khairun min alfi syahr, yaitu beramal baik, berpuasa dan beribadah di bulan Ramadhan itu lebih baik ketimbang beribadah seribu bulan”.

Ad Dhahak berkata: “Allah Swt tidak menentukan putusan pada malam itu kecuali sebuah keselamatan, dan di malam-malam lainnya Allah putuskan beberapa cobaan dan keselamatan.”

Baca juga:  Pesan Zainut Tauhid Saadi MUI Soal Malam Lailatul Qadar

Imam Mujahid berkata: “Lailatul Qadar adalah malam penyelamatan, di mana pada malam itu syaitan tidak mampu berbuat keburukan dan tidak pula berbuat merugikan.”

Al-Farra’ berkata; “Allah Swt menentukan putusan-Nya pada malam Lailtul Qadar sebuah kebahagiaan dan kenikmatan, akan tetapi pada malam-malam lainnya Allah menentukan putusan-Nya beberapa cobaan dan kemurkaan.”

Amalan di Malam Lailatul Qadar

Mengingat betapa agungnya malam Lailatul Qadar, sudah sepatutnya kita sebagai orang Muslim untuk mengetahui betapa Lailatul Qadar –diibaratkan sebagai– rampasan perang yang agung. Apabila tidak ikut mengambil bagian di dalamnya saat ini, maka akan terjadi sebuah kerugian yang terlewat begitu saja. Apalagi muncul kekhawatiran yang akan menghantui, yaitu masihkah bertemu dengan bulan Ramadhan yang akan datang?

Oleh karena itu, mari singsingkan lengan, hilangkan rasa malas, bangkitkan semangat pada malam Lailatul Qadar dengan bermunajat kepada-Nya melalui istihgfar, taubat, tasbih, tahmid, tahlil, bershalawat, membaca Al-Qur’an dan memperbanyak doa.

Baca juga:  Exist Modeling Bangkitkan Eksistensi Dua Artis Senior Era 90 an

Lalu doa apa yang dipanjatkan Kanjeng Rasulullah ketika malam Lailatul Qadar? Doa yang sebaiknya dipanjatkan adalah memohon ampun (‘afuwwun) dan kesehatan (‘aafiyah). Sebagaimana sabda Kanjeng Rasulullah yang berasal dari Ummul Mukminin, Sayyidah Aisyah, ketika bertanya kepada Kanjeng Rasulullah, bagaimana yang harus dilakukan ketika menemui malam Lailatul Qadar. Lantas Kanjeng Rasulullah memerintahkan beliau untuk sering-sering berdoa sebagaimana berikut: “Ya Allah, Sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf dan menyukai permohonan maaf, maka maafkanlah aku”, (Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibu al-‘afwa fa’fu ‘anni).

Selain itu, mari kita bersedekah sesuai dengan kemampuan, menjaga anggota fisik dari berbagai kemaksiatan, berusaha untuk selalu shalat berjamaah, dan semangat dalam menghidupkan malam-malam Ramadhan dengan shalat tarawih, shalat tasbih, shalat tahajud dan diakhiri dengan shalat witir.

Wallahu A’lam. Semoga beranfaat.

 

Oleh: M. Sa’dullah
Pengajar di PP. Ath-Thohiriyah Parakanonje Banyumas & Founder Samawi