Antisipasi Penolakan, Pemkot Semarang Gencarkan Sosialisasi Penggunaan Nyamuk Wolbachia

OPTIMIS : Kegiatan sosialisasi nyamuk ber-Wolbachia (dok)

JATENGPOS.CO.ID,  SEMARANG – Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang terus melakukan upaya penanganan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD). Salah satunya penggunaan ber-Wolbachia yang mulai disebarkan ke beberapa wilayah.

Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu mengatakan, pihaknya terus mensosialisasikan penggunaan nyamuk ber-Wolbachia ke masyarakat.

Diketahui, Kota Semarang terpilih sebagai salah satu dari 5 Kabupaten/Kota dalam pilot project Penyelenggaraan Teknologi Nyamuk Aedes Aegypti Ber-Wolbachia. Penetapan ini tertuang dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/MENKES/1341/2022 tentang Penyelenggaraan Pilot Project Penanggulangan Dengue dengan Metode Wolbachia.

Dengan menggunakan tagline Wolbachia Ing Kota (Wingko) Semarang, Mbak Ita, sapaan akrab Hevearita Gunaryanti Rahayu meminta kepada Dinas Kesehatan (Dinkes) untuk gencar memberikan edukasi terkait manfaat nyamuk ber-Wolbachia. Hal ini dilakukan mengingat ada masyarakat yang menolak nyamuk penggunaan ber-Wolbachia.

iklan
Baca juga:  Penumpang Adukan Ketidakjelasan Jadwal KA, Ganjir Minta Rute Dialihkan Jalur Selatan saat Banjir

Menurutnya, penolakan dari masyarakat ini adalah kurangnya sosialisasi dari pemerintahan. “Sebenarnya kan mungkin di wilayah lain tidak ada sosialisasinya. Tapi selama di Semarang, kami gencar melaksanakan sosialisasi. Saya melihat di wilayah lain mungkin tidak jadi pilot project, tidak pakai tahapan-tahapan sosialisasi, sehingga langsung istilahnya dikasih bibit dan langsung seketika itu. Mungkin ada anggapan membawa bibit penyakit,” ujarnya, Minggu (19/11).

Pemkot Semarang telah beberapa kali melakukan sosialisasi terkait Wolbachia. Wilayah utama yang mendapatkan sosialisasi dari Dinkes Semarang adalah zona yang banyak kasus demam berdarah dengue.

“Masyarakat jangan khawatir akan penyebaran nyamuk Wolbachia. Kami lihat potensi wilayah penyebaran penyakit demam berdarah tinggi saat musim hujan yaitu di Banyumanik dan Tembalang. Intinya masyarakat jangan khawatir, jangan takut karena kalau program dari pemerintah itu tidak bakal menjerumuskan, tidak mungkin untuk membuat malah nambah banyak penyakit,” terangnya.

Baca juga:  Presiden Kunker Tinjau Pasar Djohar dan Kota Lama Semarang

“Justru pencegahan-pencegahan itu kan sebenarnya alami, tidak pakai zat kimia, karena ini kan nyamuknya membuat yang betina tidak bisa bertelur dan mengurangi nyamuk bertelur,” lanjutnya.

Di sisi lain, Mbak Ita meminta kepada masyarakat untuk tetap melaksanakan Pemeriksaan Jentik Nyamuk (PJN) dan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) di lingkungan rumah secara rutin, yakni dua kali dalam seminggu. Dirinya juga mendorong kepada ibu-ibu Dasawisma untuk ikut mensososialisasikan penggunaan nyamuk Wolbachia.

“Di Semarang selalu ada sosialisasi. Kemudian ibu-ibu kader Dasawisma diharap ikut mensosialisasikan program dari Kemenkes. Kami harapkan di Semarang, masyarakat tahu manfaatnya, paham, dan saya juga minta kepada Lurah dan Camat untuk membantu mensosialisasikan agar masyarakat paham,” imbuhnya.

Baca juga:  Pemkot Semarang Anggarkan Rp2,4 M Untuk Eskavator Mini

Sebagai informasi, Wolbachia sendiri adalah bakteri yang hanya dapat hidup di dalam tubuh serangga, termasuk nyamuk. Nyamuk yang sudah diberi Wolbachia ini akan dilepaskan untuk kawin dengan populasi nyamuk liar, menyebarkan bakteri Wolbachia yang disebut bisa menghalangi penularan demam berdarah dan penyakit lain yang dibawa nyamuk ke manusia.

Nyamuk Wolbachia yang diproduksi dan dikembangbiakkan oleh Miliarder asal Amerika Serikat (AS) Bill Gates tersebut membawa bakteri bernama Wolbachia yang menghalangi mereka menularkan demam berdarah dan virus lainnya, seperti Zika, chikungunya, dan demam kuning ke manusia. (sgt)

iklan