spot_img
27.7 C
Semarang
Jumat, 27 Juni 2025
spot_img

Pendekatan Konseling Behavioral dalam Konseling Kelompok Atasi Kesulitan Belajar Siswa

JATENGPOS.CO.ID,   Dalam pembelajaran di sekolah, karakteristik siswa beraneka ragam. Ada siswa yang belajarnya lancar dan berhasil tanpa mengalami kesulitan. Banyak  pula siswa yang dalam belajarnya mengalami berbagai kesulitan, sehingga prestasi belajarnya tidak dapat optimal.

Menurut Akhmad Sudrajat (2011:5) masalah kesulitan belajar siswa mencakup: 1) learning disorder, 2) learning disfunction, 3) underachiever,         4) slow learner, dan 5) learning disabilities. Siswa yang mengalami kesulitan belajar tampak dari berbagai gejala yang dimanifestasikan dalam perilakunya yaitu: 1) menunjukkan hasil belajar yang rendah di bawah rata-rata nilai yang dicapai kelompoknya atau di bawah potensi yang dimilikinya, 2)  hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang telah dilakukan, 3) lambat dalam melakukan tugas-tugas kegiatan belajarnya dan selalu tertinggal dari kawan-kawannya dari waktu yang disediakan, 4) menunjukkan sikap-sikap yang tidak wajar, 5) menunjukkan perilaku yang berkelainan, dan 6) menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar

Hasil pengamatan di SMP Negeri 28 Purworejo Tahun Pelajaran 2019/2020, ditemukan sejumlah siswa dalam mengikuti kegiatan belajar menunjukkan sikap dan perilaku yang berkelainan. Ini merupakan gejala bahwa siswa mengalami kesulitan belajar. Kesulitan belajar tersebut disebabkan siswa memiliki perilaku mal-adaptif yakni memiliki kebiasaan-kebiasaan negatif. Untuk membantu mengatasi kesulitan belajar siswa tersebut dengan konseling kelompok menggunakan pendekatan konseling Behavioral.

Pendekatan konseling Behavioral didasari aliran Behaviorisme yang mengkaji perilaku individu dari setiap aktifitas individu yang dapat diamati, bukan pada peristiwa hipotesis yang terjadi dalam diri individu. Behaviorisme memandang bahwa pola-pola perilaku itu dapat dibentuk melalui proses pembiasaan dan penguatan (reinforcement) dengan mengkondisikan atau menciptakan stimulus-stimulus (rangsangan) tertentu dalam lingkungan.

Menurut Akhmad Sudrajat (2011:46) Konseling Behavioral mengasumsikan perilaku bermasalah sebagai berikut. 1) Perilaku bermasalah adalah perilaku yang tidak tepat, yaitu perilaku yang tidak sesuai dengan tuntutan lingkungan atau kebiasaan-kebiasaan negative. 2) Perilaku yang salah hakikatnya terbentuk dari cara belajar atau lingkungan yang salah. 3) Manusia bermasalah karena mempunyai kecenderungan merespon perilaku negative dari lingkungannya, dan kesalahpahaman dalam menanggapi lingkungan dengan tepat. 4) Seluruh perilaku manusia didapat dengan cara belajar. 5) Perilaku tersebut dapat diubah dengan menggunakan prinsip-prinsip belajar.

Tehnik yang digunakan dalam Konseling Behavioral adalah 1) Latihan Asertif, untuk melatih konseli yang mengalami kesulitan untuk menyatakan diri bahwa tindakannya adalah layak atau benar. 2) Disensitisasi Sistematis, merupakan tehnik konseling behavioral yang memfokuskan bantuan untuk menenangkan konseli dari ketegangan yang dialami dengan cara mengajarkan konseli untuk rileks. 3) Pengkondisian Aversi, untuk menghilangkan kebiasaan buruk dan untuk meningkatkan kepekaan konseli dengan mengamati respons pada stimulus yang disenanginya dengan kebalikan stimulus tersebut. 4) Pembentukan Perilaku Model, untuk membentuk perilaku baru dan memperkuat  perilaku yang sudah terbentuk.

Langkah-langkah dalam konseling behavioral adalah: 1) Assesment, bertujuan untuk mengeksplorasi dinamika perkembangan konseli (untuk mengungkapkan kesuksesan dan kegagalannya, kekuatan dan kelemahannya, pola hubungan interpersonal, perilaku penyesuaian, dan area masalahnya). 2) Goal setting, yaitu menyusun dan  merumuskan tujuan yang ingin dicapai dalam konseling. 3) Technique implementation, yaitu menentukan dan melaksanakan tehnik konseling untuk mencapai perilaku yang diinginkan yang menjadi tujuan konseling. 4) Evaluation termination, yaitu melakukan penilaian apakah kegiatan konseling mengarah dan mencapai hasil sesuai dengan tujuan konseling.              5) Feedback, yaitu memberikan dan menganalisis umpan balik untuk memperbaiki dan meningkatkan proses konseling selanjutnya.

Konseling kelompok dilakukan melalui empat tahap, yaitu tahap pembentukan, tahap peralihan, tahap pelaksanaan kegiatan, dan tahap pengakhiran.

       Kesulitan belajar yang dialami siswa SMP Negeri 28 Purworejo disebabkan siswa memiliki perilaku mal adaptif (perilaku bermasalah).

Setelah mendapatkan layanan konseling kelompok dengan pendekatan konseling  behavioral, siswa mengalami perubahan perilaku belajar yang positif. sehingga prestasi belajarnya menjadi meningkat.

 

SUMARNI, S.Pd

GURU BK SMP NEGERI 28 PURWOREJO

spot_img

TERKINI