Pembelajaran Prakarya adalah suatu rangkaian kegiatan yang dilaksanakan oleh guru dan siswa untuk menciptakan karya melalui pemikiran kreatif dan tindakan inovatif serta kemampuan berkreatif siswa. Pembelajaran prakarya disekolah secara umum dirancang untuk membekali siswa agar mampu menemukan, membuat, merancang dan mengembangkan produk berupa kerajinan, rekayasa, budidaya dan pengolahaan produk yang bermanfaat dalam kehidupan sehari – hari yang nantinya dapat menciptakan peluang pasar.
Dikutip dari buku Pendidikan Karakter konsep dan implementasinya (2016) karya Aisyah prakarya terdiri dari empat aspek, yaitu: (1) Kerajinan, (2) Rekayasa, (3) Budidaya dan (4) Pengolahan. Pembelajaran prakarya sering dianggap sebagai pelajaran yang mudah, tapi susah dan membosankan, daya kreatif rendah, sehingga siswa kurang antusias dan bahkan siswa acuh tak acuh. Hal ini dimungkinkan karena strategi pembelajaran dan penyampaian materi oleh guru kurang menarik, metode kurang bervariasi sehingga timbul kebosanan dari siswa yang berdampak pada hasil belajar siswa. Upaya yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan menghindari keadaan duduk, dengar, catat dan hapalkan adalah dengan menggunakan model pembelajaran CORE ( Connecting, Organizing, Refleting, Extending).
Calfee et al. (Jacob, 2005: 13) mengusulkan suatu model pembelajaran yang menggunakan metode diskusi untuk dapat mempengaruhi perkembangan pengetahuan dengan melibatkan siswa disebut model CORE (Connecting, Organizing, Refleting, Extending) yaitu model pembelajaran yang menekankan kemampuan berpikir siswa dalam menghubungkan, mengorganisasikan, mendalami, mengelola dan mengembangkan informasi yang didapat. Menurut Harmsen (2005) menyatakan bahwa elemen-elemen tersebut digunakan untuk menghubungkan informasi lama dengan informasi baru, mengorganisasikan materi yang bervariasi, merefleksikan segala sesuatu yang siswa pelajari dan mengembangkan lingkungan belajar. Pelaksanaan pembelajaran dikelas VIII D SMP Negeri 2 Geyer pada mata pelajaran prakarya KI 3.1 Memahami rancangan, pembuatan, penyajian dan pengemasan aneka olahan bahan pangan serealia dan umbi menjadi makanan berdasarkan konsep dan prosedur berkarya sesuai wilayah setempat dengan model CORE adalah: 1) guru mengelompokkan siswa dan salah satu siswa yang mempunyai kemampuan lebih baik untuk menjadi tutor sebaya; 2) guru menyampaikan tujuan pembelajaran terkait materi memahami rancangan, pembuatan, penyajian dan pengemasan aneka olahan bahan pangan serealia dan umbi menjadi makanan; 3) siswa diminta mencari informasi tentang rancangan, pembuatan, penyajian dan pengemasan aneka olahan bahan pangan serealia dan umbi menjadi makanan yang dipimpin tutor sebaya (Connecting); 4) tutor sebaya mengarahkan kelompoknya untuk mengorganisasikan informasi yang diperoleh, seperti konsep apa yang diketahui, konsep apa yang dicari, dan konsep yang ditemukan pada tahap Connecting untuk dapat membangun pengetahuannya sendiri (Organizing); 5) siswa memikirkan kembali informasi yang sudah didapat, untuk melangkah selanjutnya (Reflecting); 6) siswa memperluas pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh dengan cara menggunakan konsep yang telah didapatkan ke dalam situasi baru sebagai aplikasi konsep yang dipelajari (Extending); 7) siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompok dan kelompok lain menanggapi; 8) guru memberikan refleksi dan penguatan.
Kelebihan model CORE yaitu: 1) siswa aktif dalam belajar; 2) melatih daya ingat siswa tentang suatu konsep/informasi; 3) melatih daya pikir kritis siswa terhadap suatu masalah; 4) memberikan siswa pembelajaran yang bermakna. Penerapan model CORE membuat siswa tidak bosan karena siswa dapat berhubung dengan materi sebelumnya dan aktif dalam belajar, melatih daya ingat siswa, melatih daya pikir kritis siswa terhadap suatu masalah dan memberikan siswa peluang memperluas pembelajaran, sehingga siswa termotivasi mengikuti pembelajaran prakarya. Dalam diskusi siswa saling bersaing untuk mengingat materi sebelumnya untuk menuangkan konsep dan ide-ide barunya, siswa dituntut aktif dan kreatif agar dapat memperluas pengetahuan dan ketrampilannya. Maka bisa disimpulkan bahwa model CORE dapat dijadikan salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan oleh guru yang memungkinkan siswa belajar lebih rileks, menumbuhkan rasa tanggung jawab, kerja sama dan keterlibatan belajar, sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat.
Oleh
Karsilah, S.Pd
SMP Negeri 2 Geyer, Kab. Grobogan