Belajar Mengidentifikasi Karakteristik Geografis Indonesia dengan Model Jigsaw Berbuah Manis

Indonesia sebagai negara kepulauan/maritim dan agraris tentunya memiliki karakteristik yang beragam. Sebagai salah satu materi pada muatan pelajaran IPS, siswa dituntut memiliki kompetensi mengidentifikasi karakteristik geografis Indonesia sebagai negara kepulauan/maritim dan agraris. Cakupan materi IPS memang sangat luas dan terkadang jauh dari lingkungan siswa. Perlu adanya inovasi dalam pembelajaran dari metode ceramah yang menyebabkan tingkat aktivitas belajar siswa rendah kemudian mulai beralih pada pembelajaran yang kreatif dan inovatif. Oleh karena itu, seorang guru harus senantiasa kreatif dalam menciptakan kondisi pembelajaran yang melibatkan aktivitas siswa secara optimal.

Pada Pembelajaran IPS di SDN 03 Tegalsari Kelas V semester I Kompetensi Dasar mengidentifikasi karakteristik geografis Indonesia sebagai negara kepulauan/maritim dan agraris serta pengaruhnya terhadap kehidupan ekonomi,sosial,budaya, komunikasi serta transportasi  belum dapat mencapai hasil yang maksimal. Saat pembelajaran,  siswa terlihat kurang antusias. Mereka cenderung pasif dan kurang tertarik dengan materi yang disampaikan oleh guru. Akibatnya ketika diakhir pembelajaran diberi umpan balik berupa latihan soal hanya beberapa siswa saja yang dapat mencapai ketuntasan minimal atau KKM.

Melihat kondisi tersebut, Guru  mencoba menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Jigsaw adalah tipe pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Elliot Aronson’s, (Aronson, Blaney, Stephen, Sikes, and SNAPP, 1978). Model pembelajaran ini didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut kepada kelompoknya.

Pembelajaran Model kooperatif  tipe Jigsaw dapat diawali dengan pengenalan topik “Pulau-pulau di Indonesia” yang disampaikan guru. Pengenalan topik tersebut untuk mengaktifkan agar siap mengikuti pembelajaran. Kemudian siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok heterogen (kelompok asal )yang beranggotakan 4 – 6 siswa.  Jumlah anggota kelompok asal tergantung banyaknya materi yang akan dipelajari. Guru membagikan materi yang berbeda pada setiap anggota kelompok asal.

Kegiatan selanjutnya guru akan membentuk kelompok ahli. Anggota kelompok ahli berasal dari kelompok asal yang berbeda-beda. Masing-masing kelompok ahli bertanggung jawab atas sebuah materi atau pokok bahasan . Kelompok ahli berdiskusi membahas materi yang diberikan dan saling membantu untuk menguasai materi tersebut. Setelah memahami materi, kelompok ahli menyebar dan kembali ke kelompok asal masing-masing kemudian menjelaskan materi kepada rekan kelompoknya.    Setelah semua materi sudah selesai disampaikan, tiap kelompok memperesentasikan hasil diskusinya. Pada akhir pembelajaran guru memberikan tes individual tentang materi yang telah didiskusikan. Siswa mengerjakan tes individual yang mencakup semua topik materi guna mengukur tingkat pemahaman siswa .

Penerapan model jigsaw pada pembelajaran IPS di SDN 03 Tegalsari memberikan dampak positif yang luar biasa. Selama kegiatan pembelajaran terlihat adanya peningkatan aktivitas siswa. Semua siswa terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran. Jika proses pembelajaran terasa bermakna dan menyenangkan bagi siswa maka mereka akan menjalani proses pembelajaran tersebut dengan senang hati. Perasaan senang inilah yang akan memudahkan siswa dalam menyerap materi pembelajaran dan tentunya akan mendapatkan hasil yang memuaskan, sesuai seperti yang diharapkan yaitu mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal atau KKM ketika mengerjakan tes. Adanya kelompok asal dan kelompok ahli dalam model jigsaw dapat mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran.

 

 

Oleh: Windriati, S.Pd.SD

Guru SDN 03 Tegalsari, Kec. Ampelgading, Kab. Pemalang