Berdamai dengan Covid19, Berdayakan Ketahanan Pangan Dengan KWT

Dian Dewanti (43), seorang ibu warga Badran RT 4/1 Triyagan, Mojolaban, Sukoharjo, mendadak menjadi petani hidroponik karena pandemi Covid 19. Foto : Ade Ujianingsih/Jateng Pos

JATENGPOS.CO.ID, SUKOHARJO – Menjadi petani tanaman hidroponik, bukan menjadi cita cita Dian Dewanti (43), seorang ibu warga Badran RT 4/1 Triyagan, Mojolaban, Sukoharjo. Namun ibu satu anak ini memutar otak kreatifnya dan dengan didukung suami, ia berhasil membuat kebun hidroponik sederhana di halaman rumahnya lalu menanam aneka tanaman. Seperti aneka sawi, bayam, kangkung hingga aneka selada.

“Awalnya untuk konsumsi sendiri, tapi saat saya posting di media sosial banyak yang ingin beli. Berkah masa pandemi Covid19 ini saya nyambi jadi petani dadakan,” kata Dian, Senin (10/8/2020).

Kini setiap pagi dan sore ia sibuk mengirimkan pesanan sayuran organik sehat yang bebas pestisida ke sejumlah tempat.

Dian merupakan contoh salah satu ibu rumah tangga yang berdamai dengan Covid19, dengan kreatif hingga berdaya mandiri. Mampu mencukupi kebutuhan pangan keluarga, bahkan sampai dijual hingga bisa menambah penghasilan untuk ekonomi keluarga.

iklan
Baca juga:  Marimas Ajak Warga Jaga Ketahanan Pangan

Di masa pandemi Covid19 ini Pemkab Sukoharjo gencar mengajak masyarakat Sukoharjo untuk berdamai dengan Covid19, selain menjaga kesehatan dengan protokol kesehatan Covid19, juga penguatan ketahanan pangan keluarga.

Melalui kolaborasi Dinas Pertanian dan Perikanan, Dinas Pangan dan didukung TP PKK Kabupaten, mengembangkan Pekarangan Pangan Lestari (P2L) dengan memberdayakan KWT (Kelompok Wanita Tani).

Kepala Dinas Pangan Kabupaten Sukoharjo, Ir Netty Harjianti, melalui Kabid Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan, Sutopo, mengatakan saat ini mulai gencar melakukan program P2L.

“Menurut data kami tercatat ada 200 lebih KWT di Sukoharjo, masing-masing desa minimal sudah ada 1 KWT. Tujuannya agar masyarakat berdamai dengan Covid19, berdaya di rumah di masa pandemi. Melalui penyediaan pangan keluarga dengan memanfaatkan lingkungan halaman.” Kata Sutopo, ditemui di Kantor Dinas Pangan, Senin.

Baca juga:  XL Axiata Operasikan BTS USO di Kawasan Timur Indonesia

Diakui Sutopo, tingkat keberhasilan KWT berbeda-beda, ditentukan dengan motor penggerak. Baik dari warga sendiri maupun didukung PPL dan pemerintah desa.

Selain itu output yang didukung desa dengan membuat pasar tani di tingkat desa, dimana ibu ibu warga desa tersebut bisa memasarkan hasil kebun pekarangan masing-masing untuk menambah penghasilan keluarga.

Beberapa desa sudah membuat pasar tani tingkat desa. Sebelumnya, sudah di-launching pasar tani di desa Grajegan kecamatan Tawangsari. Juga dipasarkan melalui pasar tani di BPP Bendosari dan Nguter. Pemasaran juga dilakukan di halaman Setda Pemkab Sukoharjo setiap hari Jumat.

Pemberdayaan perempuan atau ibu rumah tangga tersebut diapresiasi oleh Ketua TP PKK kabupaten Sukoharjo, Etik Suryani, yang melalui PKK terus mendorong dan memberi semangat ibu ibu untuk tangguh dalam ketahanan pangan dimasa pandemi Covid19.

Baca juga:  CIMB Niaga Optimalkan Pertumbuhan Bisnis Syariah dan Implementasi Keberlanjutan

“Semangat para KWT di desa yang ada di Kecamatan Tawangsari sudah kreatif dan inovatif. Semoga pasar tani ini makin ngremboko dan maju, Hingga bisa diikuti kecamatan lainnya,” ungkap Etik Suryani.

Kabupaten Sukoharjo yang juga dikenal sebagai salah satu lumbung pangan Nasional. Dengan lahan Lestari seluas 23.742 ha, menjadi modal yang cukup untuk ketahanan pangan.

Dengan program P2L pemberdayaan KWT, diharapkan masyarakat Sukoharjo lebih tangguh berdamai dengan Covid19. (dea/bis/rit)

 

iklan