JATENGPOS.CO.ID, JAKARTA – Melalui situs resmi corona.jakarta.go.id sampai pada Minggu (22/3) pukul 18.00 WIB, kasus orang yang positif virus Corona di Indonesia ada 307 orang, 180 di antaranya dirawat, sembuh 21, isolasi 77 dan meninggal 29 orang.
Salah satu keluarga yang terkena pandemi virus corona ini adalah keluarga Eva Rahmi Salama. Eva berbagi cerita sedih soal ayah dan ibunya yang meninggal karena virus Corona hingga ketika dikuburkan tak ada pelayat yang hadir selain dia dan dua adiknya. Kisah sedih yang diunggahnya ke Instagram ini viral dan mendatangkan banyak empati netizen.
Dikonfirmasi, Eva pun memberikan penjelasan lengkap mengenai kejadian pilu yang menimpa keluarganya. Saat kedua orangtuanya meninggal, Eva dan kedua adiknya merasakan kesedihan yang amat mendalam bukan hanya karena kepergian mama dan papa mereka.
Yang membuat mereka semakin sedih karena mereka tak bisa melihat mama dan papa mereka untuk terakhir kalinya. Eva terakhir melihat mamanya ketika sang mama masuk ke RS Persahabatan. Dan setelahnya bahkan hingga sang mama menghembuskan nafas terakhirnya, dia tidak bisa melihat jenazahnya.
“Sama sekali nggak bisa disentuh. Jadi dari masuk persahabatan sampai hari Kamis mama meninggal aku nggak melihat sama sekali. Kebayang nggak itu. Mereka nggak mau fotoin, nggak tahu kenapa. Makanya sedih banget nggak bisa melihat mama untuk yang terakhir kalinya,” ujar Eva dengan menangis tersedu-sedu.
Virus corona ini menurutnya bermula dari sang adik. Sang adik rupanya berada di tempat yang sama dengan pasien corona nomer 1 dan nomer 2 di Depok yang kini sudah sembuh.
“Awalnya adik saya terpapar dari kasus yang sama dengan suspect nomer 1 nomer 2 di depok. Nah itu adikku ikut acara itu terpaparlah dia di situ. Setelah itu dia sakit tiga hari dan nggak masuk kerja. Terus kebetulan mama waktu itu juga abis jenguk papa yang udah sakit, sakitnya jantung sudah sebulan malah,” kata Eva saat dihubungi oleh Wolipop melalui telpon, Minggu (22/3).
Eva menceritakan adiknya awalnya tak menyadari kalau dia sudah terinfeksi virus Corona. Dalam ketidaktahuannya itu, sang adik pun berpergian ke berbagai tempat, termasuk mengunjungi ayahnya yang dirawat di rumah sakit bersama Eva dan sang mama.
“Kita jenguk terus sepertinya mama habis telat makan sampai rumah malam-malam karena keretanya trouble. Dan dari situ dia typus dan mungkin habis itu ketularan dari adikku yang sudah sakit duluan tapi nggak tahu kalau dia sebenarnya sudah terpapar corona. Tanggal 29 Februari mama sakit, tanggal 6 Maret dia baru berobat ke dokter,” jelas Eva.
Saat memeriksakan diri ke dokter, sang mama disebut dokter positif typus. Mamanya baru ke dokter di tanggal 6 Maret karena khawatir berpergian jauh di tengah pandemi corona ini. Sakitnya tak membaik, mama Eva akhirnya harus dirawat di sebuah rumah sakit di Jakarta.
“Aku jenguk ke sana kok mama bilang dia nyesek. Dan kalau typus nggak ada nyesek. Mama gak punya history ini, punya penyakit paru atau nyesek sebelumnya. Kok aku curiga gejalanya sama kayak virus corona,” ungkap Eva curiga.
Saat Eva memberitahukan pada sang adik bahwa ibunya merasa sesak nafas, barulah adiknya bercerita kalau dia sempat mengikuti acara yang dihadiri pasien virus Corona pertama di Indonesia. Eva pun terkaget-kaget dan langsung meminta pada dokter surat rujukan agar ibunya bisa menjadi pasien di rumah sakit penanganan corona yang ditunjuk pemerintah.
“Akhirnya mama aku dapat di Rumah Sakit Persahabatan. Itu juga setelah dua hari, sulit banget ternyata nggak segampang itu kayak masukin mama padahal kondisinya sudah parah. Terus Jumat (13/8) mama sudah di SWAB test, baru masuk ke rumah sakit Rabu (18/3) dan dikabarkan positif, Kamisnya (19/3) mama meninggal,” kisahnya dengan menahan kesedihan.
“Habis itu papa akhinya aku suruh SWAB test juga. Karena selama ini kan cuman jantung doang sudah sebulan dan semakin lama papa semakin terasa sesak, makanya aku suruh SWAB test. Dan seminggu SWAB test, kemarin siang, Sabtu (21/3) baru dapat hasilnya positif terus sorenya meninggal,” lanjut Eva berbagi cerita dengan nada lemas.(dot/udi)