JATENGPOS.CO.ID, JAKARTA — Presiden Nusantara Foundation Imam Shamsi Ali mengaku, kecewa dengan tindakan atau kebijakan sebagian pihak, baik dalam negeri maupun luar negeri, terhadap Ustaz Abdul Somad.
Menurutnya, kejadian Bali dan Hongkong beberapa hari lalu sangat bertentangan dengan nilai-nilai yang dibanggakan oleh dunia, khususnya penganut paham demokrasi dengan kebebasan (freedom) sebagai esensi dasarnya.
“Apapun alasannya, pencekalan itu, baik oleh oknum masyarakat maupun pemerintah, sangat tidak sejalan dengan semangat kebebasan dan keragaman,” ujarnya, Minggu (31/12).
Shamsi menjelaskan, di dunia demokrasi seperti Amerika, kebebasan ekspresi, berbicara, dan berpendapat adalah hak asasi manusia yang sangat dihormati. Dan tidak akan dianggap ancaman selama itu masih dalam batas opini atau bicara (speech).
Bahkan, mengeritik presiden sekalipun adalah hal wajar selama tidak ada ancaman, apalagi tindakan kekerasan (violence).
“Sejujurnya saya belum terlalu lama mengenal Ustaz Abdul Somad MA. Baru sekitar Juli lalu saya kembali ke Jakarta dan salah seorang pengurus Islamic Center Jakarta memberikan usulan agar ceramah-ceramah saya direkam,” ucapnya.
Saat itu pengurus masjid mengatakan jika ada seorang ustaz yang menjadi ‘magnet’, maka disenangi di mana-mana. Dia pun menyebutkan nama itu, Ustaz Abdul Somad.
“Dari situlah saya menjadi ingin tahu siapa gerangan sosok itu. Saya cari beliau di youtube, dan subhanallah, beliau adalah sosok ulama yang luar biasa,” kesannya.
Shamsi Ali mengaku, tidak terlalu tertarik dengan kepopulerannya. Apalagi, bintang film juga banyak yang populer, politisi juga demikian. Baginya, banyak cara untuk populer. “Teroris juga populer karena kejahatannya,” kata dia.
Justru yang membuat dirinya terkagum dengan Ustaz Somad adalah keseimbangan dalam memahami Islam. Mungkin bahasa populernya sangat moderat dalam pemahaman. “Tidak ekstrim ke samping mana saja, baik kiri maupun kanan,” ungkapnya.
Tapi, menurutnya, yang lebih penting adalah keluasan ilmu dan referensi agama yang beliau miliki. “Sungguh saya senang ketika seseorang beragumentasi dan menyampaikan argumentasi dengan referensi dan pemahaman yang luas, ucapnya.
Maka, ceramah-ceramah yang diselingi dengan humor-humor yang sesuai dan mengena bagi saya memang sangat wajar jika memiliki daya atraksi yang tinggi. Sehingga di mana-mana beliau dicari, diterima oleh massa yang sangat besar.
Imam Shamsi Ali memiliki kekaguman tersendiri terhadap Ustaz Abdul Somad (UAS). Kata dia, hal yang paling dikagumi dari UAS adalah kesederhanaan, apa adanya, dan insya Allah mengatakan dan melakukan semuanya tanpa dipoles-poles.
“Beliau melakukan dakwah tanpa pilih, di kota besar atas undangan pejabat besar atau dipelosok desa atas undangan rakyat kecil. Bagi beliau semuanya punya hak yang sama,” ujar Shamsi Ali
Shamsi Ali mengaku, melalui berbagai ceramah di youtube, diam-diam dirinya merasa jatuh hati baik oleh pemikiran dan pendapat keagamaan UAS maupun cara penyampaian yang berkarakter dan menyegarkan. “Bahkan jujur saya banyak menimba ilmu baru dan segar dari ceramah-ceramah beliau,” ungkapnya.
Oleh karenanya, Shamsi memutuskan untuk mengundang UAS. Dirinya, mencari kontak UAS dan mengontaknya.
“Subhanallah beliau dengan sangat hormat dan lapang dada merespons dengan positif undangan kami ke AS, insya Allah,” pungkasnya.
“Keinginan saya untuk mengundang beliau adalah selain memberikan tausiah-tausiah ke masyarakat Indonesia di Amerika, sekaligus memberikan akses global,” tutur Shamsi.
Shamsi menekankan, bahwa keluasan ilmu agama menjadi sangat penting untuk dibarengi oleh pengalaman yang lebih banyak sehingga wawasan akan semakin menjadi luas pula. “Maka, saya berusaha menemui beliau saat ada kesempatan kembali ke Tanah Air. Kesempatan itupun terjadi di tempat Ustaz Arifin Ilham, Sentul. Subhallah saya menemukan sosok yang luar biasa dalam kesederhanaan, kesahajaan, tapi memilii kharisma dalam kata dan penyampaian,” ungkapnya.
Dirinya juga mengaku kagum betapa Ustaz Somad dikarunia Allah kemampuan keilmuan dan daya tarik sehingga massa begitu berlimpah untuk mendengarkan tausiah-tausiahnya. Karenanya, Shamsi merasa kecewa ketika ada berita penolakan dan pencekalan, entah kepada siapa.
“Walau saya sadar bahwa dawah itu alamiahnya pasti akan tertantang. Saya bukan mempermasalahkan itu. Tapi mereka yang menolak atau mencekal dengan tuduhan-tuduhan yang jahat, bahkan tanpa ada bukti,” ucapnya.
Sempurnahkan Ustaz Abdul Somad? Apakah beliau bersih sama sekali dari kekurangan dan kesalahan? Kata orang Amerika, who the hell is perfect? Siapa yang sempurna? “Tapi, jika seorang Abdul Somad yang sopan, santun, imbang dan moderat, menghormati perbedaan, cinta sesama Muslim dan sesama manusia, dan cinta damai dicekal? Lalu siapa lagi yang dianggap tidak radikal? Apakah menyampaiakan Islam dengan jujur dan apa adanya itu radikal?,” tegas Shamsi
Kalau ternyata radikalisme itu dipahami demikian, maka Shamsi pun mengatakan tidak setuju dengan konsep moderasi, ucapnya. Jika moderasi berarti menyembunyikan kebenaran, mengesampingkan keadilan, maka masanya perlu merumuskan konsep moderasi yang berbeda.(rep/udi)