JATENGPOS.CO.ID, SEMARANG– Dewan Kesenian Jawa Tengah (DKJT) memberikan masukan dan usulan isu strategis tentang kebudayaan guna menjadi bahan kegiatan Debat Pasangan Calon Gubernur Jawa Tengah. Masukan itu diberikan secara tertulis dan lisan dalam Focus Group Discussion (FGD) di Hotel Patra & Convention, Semarang, Jumat, 11 Oktober 2024.
Ketua Umum DKJT Gunoto Saparie mengapresiasi langkah Komisi Pemilihan Umum (KPU) Jawa Tengah yang menyelenggarakan kegiatan FGD tersebut. Karena dari kegiatan tersebut dapat dirumuskan materi debat Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Tengah 2024. Kegiatan tersebut memang bertujuan menggali isu-isu strategis yang akan diangkat dalam debat Pilgub Jateng 2024 guna menyuarakan visi dan misi calon terkait pembangunan provinsi.
Menurut Gunoto, terabaikannya pengarusutamaan kebudayaan dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan di Jawa Tengah layak diangkat sebagai materi debat para cagub-cawagub tentang kebudayaan. Pemerintah Provinsi Jawa Tengah selama ini terkesan mengabaikan pengarusutamaan kebudayaan dalam kebijakan pembangunannya.
Dimensi kebudayaan, demikian Gunoto, tidak dijadikan sebagai sumber nilai-nilai pengembangan karakter, etika, moral, dan tata krama, serta sopan santun dalam perilaku, kekaryaan, sumber kesejahteraan, dan tata kehidupan masyarakat. Pengarusutamaan kebudayaan dapat dilakukan melalui pendidikan dan pemberdayaan ekosistem budaya untuk mencapai pemajuan kebudayaan.
“Kami mengapresiasi pengesahan Peraturan Daerah tentang Pemajuan Kebudayaan oleh DPRD Jawa Tengah. Namun, perda itu harus ditindaklanjuti dengan aturan pelaksanaan berupa Peraturan Gubernur. Karena itu siapa pun gubernurnya nanti harus segera melakukan sosialisasi Perda tersebut dan membuat peraturan turunannya, agar regulasi itu dapat dilaksanakan,” ujarnya.
Kepala Divisi Data dan Informasi KPU Jawa Tengah Paulus Widiyantoro menekankan mengenai pentingnya FGD sebagai forum diskusi untuk menyusun topik debat yang relevan dengan tantangan pembangunan di Jawa Tengah. Kegiatan ini bertujuan untuk menggali dan belanja masalah dan memperjelas visi misi program yang akan dibahas dalam debat.
Dalam FGD tersebut, demikian Paulus, para peserta dibagi ke dalam tiga kelompok diskusi yang masing-masing bertugas menyusun ide dan isu utama debat. Tiga kelompok itu adalah Kelas Tata Kelola Pemerintahan, Kelas Kesejahteraan Sosial dan Budaya, dan Kelas Perekonomian, Pembangunan dan Lingkungan Hidup.
Paulus menuturkan, peserta diskusi mencakup perwakilan dari universitas, organisasi masyarakat, dan instansi terkait. Antara lain dari Jateng Corupption Watch (JCW), Perrisai Demokrasi Bangsa (Pemantau Pemilu dan Demokrasi), Pattiro Semarang, LBH Semarang, LRC-KJHAM Semarang, SG Sekartaji Semarang, LBH APIK Semarang, Sammi Institute Semarang, IPPI Jawa Tengah, SPRT Merdeka Semarang, Yayasan Setara Semarang, PKBI Jawa Tengah, HDWI Jawa Tengah, Komunitas Sahabat Difabel (KSD) Roemah Difabel Semarang, Kalandara Semarang, Yayasan ELSA Semarang, Pelita (Persaudaraan Lintas Agama) Semarang, Dewan Kesenian Jawa Tengah, LP Ma’arif NU Jawa Tengah, Center for Literary and Cultural Studies (CLCS) Semarang, Wanita Katolik RI DPD Jawa Tengah, HIPSI Jawa Tengah, Reksobhumi Jawa Tengah, Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Jawa Tengah, Front Nahdliyin untuk Kedauatan Sumber Daya Alam (FKNSDA), dan lain-lain.
Kepala Divisi Sosialisasi, Pendidikan Pemilih, dan Partisipasi Masyarakat (Sosdiklihparmas), KPU Jawa Tengah Akmaliyah berharap, agar hasil FGD mendukung terpilihnya pemimpin yang mampu menyuarakan aspirasi masyarakat Jawa Tengah. Dalam FGD ini para peserta menyampaikan naskah usulan isu strategis sesuai dengan bidangnya masing-masing berdasarkan Rancang Awal RPJPD Jawa Tengah Tahun 2025 – 2045.
“Semoga terpilih pemimpin yang benar-benar bisa merealisasikan harapan kita semua,” ujarnya. (has/rit)