DPRD: Jangan Semua Informasi Ditelan Mentah

JADI NARASUMBER: Wakil Ketua DPRD Ferry Wawan Cahyono menjadi narasumber dalam Dialog Parlemen “Kenali Disinformasi dalam Ruang Digital” di Studio Berlian TV, Sekretariat DPRD.(foto: dok humas dprd jateng)

JATENGPOS.CO.ID, SEMARANG – Perkembangan teknologi di era digital saat ini memberikan akses kepada seseorang untuk mendapatkan informasi dengan sangat mudah. Kemudahan mendapatkan informasi akhirnya sulit untuk memilih dan memilah informasi. Akibatnya muncul hoaks, disinformasi maupun misinformasi.

Wakil Ketua DPRD Jateng Ferry Wawan Cahyono menyatakan, sudah saatnya semua pemangku kebijakan untuk memberi penjelasan dan pengertian kepada masyarakat supaya tidak menelan mentah-mentah segala informasi yang masuk dalam media sosial.

“Sulit sekarang ini mana informasi yang direkayasa, mana yang memutarbalikkan fakta dan mana informasi yang benar. Menjadi tugas kita semua untuk memberi literasi, pemahaman informasi yang benar kepada masyarakat. Menjadi bahaya manakala informasi yang sesat justru dijadikan alat pembenaran,” ucapnya dalam Dialog Parlemen “Kenali Disinformasi dalam Ruang Digital” di Studio Berlian TV, Sekretariat DPRD Jateng, Selasa (31/8).

Baca juga:  Kebakaran Gudang Rosok Joyosudiran, 304 Warga Terdampak Mengungsi

Ia menjelaskan, semula informasi hanyalah sebuah alat untuk membantu kebutuhan manusia. Seiring perkembangan zaman, makna informasi menjadi luas, mulai dari hal untuk memenuhi kebutuhan manusia, dengan memudahkan orang berinteraksi dan bersosialisasi sampai sebuah alat propaganda baik positif maupun negatif. Karena itulah, masyarakat harus diberi pemahaman mengenai informasi yang benar.


Kabid Humas Polda Jateng Kompes KombesPol. M. Iqbal Alqudusy SH, S.I.K dengan menggunakan aplikasi Zoom Meeting menyatakan, pentingnya memberikan literasi digital kepada masyarakat, terutama kalangan milenial.

“Ini patut kita antisipasi supaya kalangan muda benar-benar sadar dapat memilih dan memilah informasi yang benar. Jangan sampai mereka menjadi bingung dengan informasi,” jelasnya.

Lintang Ratri, dosen Ilmu Komunikasi FISIP Undip juga secara virtual memberi paparan, tanpa ada literasi yang kuat maka pengguna internet di Indonesia bisa dengan mudah terpengaruh pada isu-isu sensitif seperti agama, politik. Saat pandemi saja, ruang digital Tanah Air tercatat banyak bermunculan hoaks terkait Covid-19. Paling banyak muncul di kanal Youtube.

Baca juga:  Pemkot Semarang Terus Berupaya Cegah Pernikahan Dini

Dari pengamatannya dalam ruang digital era dewasa ini terbilang sangat super sibuk. Membanjirnya informasi itulah, lanjut dia, akhirnya menjadikan orang mudah terjebak. Dengan membaca judul saja, langsung bisa menyimpulkan.

“Cara-cara inilah yang juga turut membahayakan. Saat Covid-19 mulai ditetapkan menjadi pandemi, setiap saat pasti ada bermunculan obat-obat yang diklaim bisa menyembuhkan Covid-19. Termasuk vaksinasi pun banyak disinformasi yang membuat orang takut disuntik,” ucap dia.

Agus Widyanto pun menegaskan disinformasi menjadi sebuah kejahatan siber yang patut ditakutkan. Ia mendorong kepolisian termasuk DPRD supaya membuat kebijakan yang benar-benar mendorong adanya literasi media digital.

Keempat narasumber itu sepakat pentingnya sebuah gerakan untuk menguatkan literasi bermedia. Bagi Ferry Wawan Cahyono, lembaga perwakilan rakyat akan mendorong pemerintah supaya perlu ada kebijakan yang bisa menyadarkan orang mengenai bahaya disinformasi.

Baca juga:  UMK Kudus Disepakati Naik 8,51 Persen Tahun Depan

“Cek dulu kebenaran. Jangan buru-buru dibagikan atau dishare, terutama pada masalah sensitif seperti agama juga pada masalah kesehatan,” ungkapnya.(adv/udi)