28.5 C
Semarang
Rabu, 17 September 2025

Menggali Kearifan Lokal Joglo Pencu Gunungpati

JATENGPOS.CO.ID, SEMARANG – Bicara foklor bukan sekadar cerita rakyat. Bukan pula sekadar adat  istiadat. Menurut Alan Dundes (Danandjaja, 2007: 1-2), folk adalah sekelompok orang yang memiliki ciri-ciri pengenal fisik, sosial, dan kebudayaan, sedangkan lore adalah tradisi folk, yaitu sebagian kebudayaannya, yang diwariskan secara turun-temurun secara lisan atau melalui suatu contoh yang disertai dengan gerak isyarat atau alat pembantu pengingat (mnemonic device).

Berdasarkan konsep tersebut, kebudayaan, cerita atau peristiwa disebut foklor karena kebudayaan atau cerita yang ada di masyarakat diwariskan secara turun temurun dan diyakin. Nilai foklor  terinternalisasikan dalam kebudayaan masyarakat setempat.

Ada 3 jenis 3 folklor lisan (verbal folklor), folklor sebagian lisan (partly verbal folklor), dan  folklor bukan lisan (non verbal folklor  adalah folklor yang bentuknya memang murni lisan.

Salah satu bentuk foklor kategori bukan lisan bisa ditemukan di Gunungpati. Gunungpati kini masuk wilayah Kota Semarang. Kondisi geografis pegunungan dan banyaknya pepohonan di wilayah ini, menjadikan Gunungpati lebih dikenal

sebagai wilayah yang ‘adhem”. Bukan hanya itu saja, salah satu bentuk foklor non lisan bisa ditemukan di Gunungpati, yaitu Rumah Joglo Pencu Gunungpati.

 

Rumah Joglo Pencu Gunungpati

Salah satu ciri khas dari rumah adat ini adalah atapnya yang disebut “pencu”. Model rumah adat Gunungpati ini sudah mulai langka. Hanya tertentu masih digunakan sebagai tempat tinggal keluarga. Pada zamannya, rumah joglo pencu ini menjadi tempat berkumpulnya anggota keluarga. Mulai dari orangtua, anak, bahkan cucu atau ada pula anggota keluarga lain.

Baca juga:  Ganjar Ajak Pecinta Alam dan Warga Jaga Kelestarian Hutan Tawangmangu

Konsep dan paradigma orang Jawa yang memiliki pemahaman “mangan-ora mangan asal kumpul” diterapkan dalam bentuk tempat tinggal bersama. Dilihat dari bentuknya, rumah joglo pencu Gunungpati memiliki arsitektur kearifan lokal.

Di bagian rumah asli Gunungpati ini, ada kamar atau senthong, ruang tamu, teras, dan pawon. Lebih jelasnya bagian rumah joglo pencu Gunungpati memiliki bagian dalem, pawon, dan teras. Bentuk foklor non lisan ini menjadi bentuk budaya yang lahir dari masyarakat dan dipraktikkan dalam keseharian.

Menurut Indriastjario dan Bambang Adji Murtomo (2015),  selain ciri khas berupa atapnya, Joglo Pencu merupakan perpaduan dari gaya arsitektur budaya Jawa, Persia, Cina, dan Eropa. Model rumah ini diperkirakan mulai dibangun pada tahun 1500-an menggunakan bahan kayu jati asli.

Lebih lanjut menurutnya, keberadaan  arsitektur  rumah  tradisional “omah  pencu  Gunungpati”  yang  diduga berkaitan  dengan  “omah  pencu  Kudus” yang   persebarannya   meliputi   wilayah Karesidenan Pati (Demak, Pati, Kudus)

Rumah joglo pencu Gunungpati mirip dengan omah joglo pencu di Wilayah Pati, Kudus, dan Rembang. Rumah tradisional “Pencu Gunungpati”selain merupakan bangunan Arsitektur Tradisional yang mempunyai nilai sejarah yang tinggi juga. memiliki karakteristik khas dan unik .

Bagian pertama bentuk Arsitektur rumah terdapat 2 Massa bangunan yaitu ;Dalem dan Pawon, tatanan   ruang, Pawon dan menggunakan Struktur yang sama yaitu atap Limasan pada Dalem dan atap Kampung pada pawon.

Massa  bangunan  pada  rumah  pak  Seno terdapat  2  masa  bangunan ,  yaitu  massa bangunan  yang  berfungsi  sebagai  rumah  utama (dalem)  dan  massa  bangunan  berfungsi dapur (pawon) di mana atap dalem berbentuk pencu dan pawon  berbentuk  kampung  yang  memanjang ke belakang. Dahulu hanya terdapat 1 ruang besar yaitu Dalem. Sekarang dibagi menjadi 4 kamar yang menyesuaikan dengan penghuni rumah. Berdasarkan kondisi awal, rumah joglo pencu Gunungpati dulunya menggunakan dinding dari gedheg.

Baca juga:  Upaya Peningkatan Mutu Beras Padi Rojolele Menuju Kesinambungan Pasar

Pada tahun 1975 rumah ini dipugar. Kolom saka guru pada dapur masih sama pada awal pembangunannya. Tidak ada perubahan yang esensial.  Atap rumah juga menggunakan genteng tanah liat model lama. Halaman rumah ini dipertahankan masih berupa tanah. Bukan tanpa sebab, latar tanah bertujuan untuk penyerapan air. Selain itu membiarkan halaman rumah lebih luas, menjadi simbol luasnya pemiliknya dalam berbagai hal. Konsepsi luas dalam arti rezeki maupun luas dalam memberi maaf kepada kesalahan orang lain.

Rumah adat Pencu Gunungpati merupakan foklor non lisan yang diwariskan turun temurun. Bukti rumah penco tersebut saat ini sudah generasi kelima dan mengalami pemugaran di tahun 1975. Namun bentuknya sampai saat ini (Mei 2023) masih sama seperti aslinya.

Hal tersebut dibuktikan dengan bangunan dan bahan yang dikerjakan oleh tukang asli Gunungpati.  Tiangnya menggunakan kayu asli Gunungpati. Bisa dilihat pula bentuk interior rumah pencu di Kalisegoro Gunungpati berikut.

Untuk saka guru atau tiang utamanya juga menjadi karya seni sebagai bentuk kebudayaan. Bisa dilihat dari bentuk berikut.

 

 

Oleh. Tukijo

Mahasiswa Pascasarjana, PBSI, Universitas PGRI Semarang

 



TERKINI

Rekomendasi

Lainnya