29.2 C
Semarang
Minggu, 6 Juli 2025

Buntut Buang Limbah Nuklir ke Laut, Jepang Tuai Kecaman

JATENGPOS.CO.ID, – Langkah Pemerintah Jepang merealisasikan kebijakan pembuangan limbah Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) ke laut pada Agustus 2023 lalu menuai kecaman ratusan aktivis lingkungan hidup di seluruh dunia, salah satunya dari Friends of The Earth Australia. Apapun alasannya, ulah Jepang tersebut dapat memunculkan resiko radiologis dan akumulasi biologis melalui rantai makanan dalam jangka panjang. Berikut wawancara Alfi Izza Billa dengan Aktivis Nuklir Nasional Friends of The Earth Australia, Jim Green B.Med.Sci.(Hons.),PhD

Sebagaimana kita ketahui, Jepang saat ini menerapkan kebijakan pembuangan limbah Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) ke laut dari PLTN Fukushima yang hancur sejak Kamis (24/8/2023) pekan lalu. Bagaimana pendapat Anda?- 

Friends of the Earth Australia dan ratusan aktivis lingkungan hidup di seluruh dunia menentang pembuangan air limbah yang terkontaminasi ini, dikarenakan berbagai alasan seperti resiko radiologis dan resiko akumulasi biologis melalui rantai makanan. Persoalan yang penting adalah mempertimbangkan langkah alternatif yang sederhana yaitu terus menyimpan air yang terkontaminasi dan membiarkan proses peluruhan radioaktif secara alami dalam beberapa dekade ke depan. Resikonya lebih kecil dan air limbah dapat dibuang, tetapi masalah paling mendasar adalah kurangnya rasa percaya.

Kita harus ingat tentang korupsi TEPCO (Tokyo Electric Power Company), perusahaan yang mengoperasikan pabrik di Fukushima. Selain itu juga korupsi yang dilakukan oleh Pemerintahan Jepang lah yang menyebabkan bencana di Fukushima. Saya tidak percaya kepada TEPCO ataupun Pemerintah Jepang dalam mengelola kampanye pembuangan air limbah dengan aman dan bertanggung jawab. Selain itu saya juga tidak percaya pada IAEA (Badan Energi Atom Internasional) karena IAEA mencatumkan promosi industri nuklir ke dalam piagamnya. Selain itu IAEA tidak melakukan apapun terhadap korupsi yang terjadi dalam industri nuklir Jepang.

Menjelang terjadinya bencana Fukushima, IAEA lebih proaktif dibandingkan saat bencana Fukushima yang mungkin tidak pernah terjadi sebelumnya. Saya tidak percaya kepada TEPCO, pemerintah Jepang dan juga IAEA.

Jepang beralasan lebih dari 1.000 tangki telah terisi, dan Jepang mengatakan bahwa mereka membutuhkan lahan yang ditempati oleh tangki-tangki tersebut untuk membangun fasilitas baru guna menonaktifkan pembangkit listrik tersebut dengan aman. Mereka juga menunjukkan kekhawatiran bahwa tank-tank tersebut bisa runtuh jika terjadi bencana alam, apakah alasan ini masuk akal?

Saya rasa tidak, saya pernah pergi kesana dan pertama kali yang saya temukan adalah tangki dengan kualitas yang sangat buruk dan diketahui bahwa tangki tersebut bocor dan menjadi masalah yang besar. Namun kualitas tangki telah ditingkatkan dan dapat dipantau dengan cermat. Jika perlu mereka dapat meningkatkan kualitas dan stabilitas tangki-tangki tersebut karena masih tersedia lahan di dalam maupun di sekitar Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Fukushima.

Jim Green B.Med.Sci.(Hons.),PhD – Aktivis Nuklir Nasional Friends of The Earth Australia

Jadi, saya tidak menerima argumen itu karena menurut saya intinya adalah TEPCO akan mengeluarkan banyak biaya untuk membuang air limbahnya. Dan menurut saya itulah alasan utama mereka melakukan pembuangan limbah nuklir ini. Selain itu, argumen yang mereka kemukakan sangat lemah.

Baca juga:  Sekolah Tatap Muka di Kabupaten Kudus Masih Menunggu Kebijakan Pemerintah

Menurut Kementerian Ekonomi, Perdagangan dan Industri Jepang  Jepang bukan negara satu-satunya, banyak negara seperti Prancis, Kanada, Romania, Korea Selatan, Amerika Serikat, Taiwan, Spanyol dan sejumlah negara lain melakukan hal yang sama. Bagaiamana pendapat Anda?

Menurut saya ini adalah masalah bagi seluruh dunia dan 31 negara yang mengoperasikan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir, sehingga perlu adanya sikap yang lebih bertanggung jawab terhadap pelepasan radiasi nucleoid, baik itu tritium atau radiasi nucleoid lainnya. Menurut saya, industri ini tidak diawasi atau diatur dengan baik, di beberapa negara hal ini lebih baik dibandingkan negara lain. Namun bukan berarti bahwa Jepang dapat membuang air limbah yang telah terkontaminasi dalam jumlah besar secara cepat.

Perbedaan utamanya adalah kuantitas jumlah radiasi nucleoid dan semua radioaktif dalam air limbah Jepang jauh melebihi jumlah yang biasanya dibuang oleh Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir di seluruh dunia.

Dalam jangka panjang dampak apa yang akan terjadi jika praktik ini dibiarkan ?

Salah satu yang dikhawatirkan adalah hal ini bisa menjadi sebuah contoh, hal ini akan menimbulkan masalah yang lebih buruk untuk seluruh dunia karena Jepang akan menjadi acuan dalam kuantitas lapisan radiasi nucleoid ke dalam laut. Itu adalah salah satu kekhawatiran, namun tentu saja ada kekhawatiran yang lebih mendesak.

Saya turut sedih kepada industri perikanan di Jepang dan khususnya di sekitar PLTN Fukushima. Industri ini hampir mati karena bencana yang terjadi di Fukushima, namun mereka mampu bangkit kembali, tetapi kemudian mereka kembali mengalami pukulan besar. Saya tahu bahwa China telah mengimpor ikan dari wilayah Fukushima dan negara lain juga melakukannya selama bertahun-tahun.

Ada berbagai macam masalah dan salah satunya yang membuat saya penasaran adalah meskipun ada alasan ekonomi bagi TEPCO untuk membuang air limbah ini ke laut, hal ini sangat merugikan Industri nuklir Jepang yang memiliki lebih dari 50 reaktor sebelum PLTN Fukushima meledak. Bahkan pernah mengalami kebakaran, ledakan dan kehancuran. Sekitar 11 reaktor yang dioperasikan dari total ada 50 lebih reaktor.

Industri Jepang akan mengalami kesulitan yang jauh lebih besar untuk memenangkan perhatian publik terhadap pembangunan reaktor baru sehingga hal ini dapat digambarkan sebagai tujuan yang keras. Hal ini merugikan diri sendiri dan bahkan pihak lain tidak tertarik untuk melihat industri nuklir Jepang.

Jepang menyatakan pembuangan tersebut telah sesuai dengan standar keselamatan Internasional dan petunjuk IAEA. Mereka mengatakan dampak terhadap manusia dan lingkungan dapat diabaikan. Bagaimana pendapat Anda?

Menurut saya pernyataan itu tidak benar untuk beberapa konteks dan latar belakang tertentu kita perlu melihat apa yang terjadi pada Jepang setelah bencana Fukushima. Telah terdapat prinsip dan standar yang telah lama ditetapkan, bahwa masyarakat tidak boleh menerima dosis lebih dari 1 juta  kecuali paparan radiasi yang dari publik yang berasal dari sumber antropogenik. Tetapi batas tersebut meningkat menjadi 20 juta setelah terjadinya bencana di Fukushima.

Baca juga:  70 Persen Guru di Semarang Sudah Jalani Vaksinasi COVID-19
Protes menuntut penghentian keputusan Jepang melepaskan air radioaktif yang telah diolah ke laut dari pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima dilakukan oleh aktivis lingkungan hidup di Korea Selatan Kamis (24/8/2023)

Mereka telah menetapkan paten untuk mengabaikan standar peraturan dan keselamatan. Saya khawatir hal itulah yang dilakukan dan melibatkan kita dalam masalah teknis. Saya tidak akan merincikannya tetapi saya khawatir mereka belum memperhitungkan dengan benar proses akumulasi, dimana radiasi nucleoid dapat terakumulasi dan terkonsentrasi melalui rantai makanan. Mereka juga tidak menguji semua jenis radiasi nucleoid yang berbeda, mereka melakukan pengujian untuk titrium dan beberapa lainnya. Dari data teknis yang pernah saya baca, ada lebih dari 60 jenis radiasi nucleoid dalam air yang dapat mengkontaminasi, sedangkan mereka hanya menguji kurang dari 10 jenis dan ini juga menjadi masalah.

Negara yang bereaksi keras, salah satunya adalah China. Hal ini terkait dengan kekhawatiran dampak nuklir terhadap ekosistem laut. Apakah ada kemungkinan negara-negara lain juga melakukan penentangan terhadap langkah ini ?

Tentu saja saya berada di Negara Kepulauan Pasifik yang bersih. Pemerintah Korea Selatan sudah lama menentang dan melarang impor ikan dari wilayah Fukushima yang telah berubah dalam beberapa tahun terakhir. Namun tetntunya masyarakat Korea Selatan sangat kesal dengan hal terebut dan terjadi protes besar-besaran di Korea Selatan.

Forum Kepulauan Pasifik menugaskan pelaporan teknis dari lima ahli dan kritik ini sangatlah kuat. Pelapor khusus PBB mengkritik keras rencana tersebut sehingga terdapat banyak kekhawatiran di seluruh dunia dari masyarakat, pemerintah, serta badan-badan teknis.

Menurut Anda saat ini, cara apa yang paling efektif untuk menghentikan kebijakan pembuangan limbah nuklir ke laut tersebut?

Ini sangat sulit, telah terjadi protes besar-besaran di seluruh dunia dan hal itu tidak dapat menghentikannya, banya orang dan kelompok yang terus memperjuangkan masalah ini. Saya mengharapkan Pemerintah Jepang akhirnya sadar dan menghentikan pembuangan limbah air.

Pilihan lainnya adalah mereka setidaknya membatasi pembuangan limbah radioaktif, jadi mereka membuat rencana untuk melakukan pembuangan selama beberapa dekade. Mungkin saja mereka dapat dibujuk untuk membatasi pembuangan air limbah, sehingga mereka dapat memelihara tangka-tangki yang mereka miliki dan membangun lebih banyak lagi. Sehingga ada solusi dimana masih ada pembuangan air limbah namun besarnya tidak sama seperti yang telah direncanakan.

Apa rencana Anda berikutnya dalam menyikapi peristiwa ini ?

Saya baru saja datang akhir pekan ini, dan akan ada ribuan orang di seluruh dunia melakukan protes. Kami akan melakukan protes di Australia dan menyampaikan solidaritas kepada semua orang di Jepang yang memerangi pembuangan air limbah radioaktif dan memerangi industri nuklir Jepang secara umum. (sdq)

TERKINI

Rekomendasi

Lainnya