32.4 C
Semarang
Jumat, 8 Agustus 2025

Masyarakat dan Industri Didorong Terapkan Ekonomi Sirkular

Lewat Pemanfaatan Sampah

JATENGPOS.CO.ID,  SEMARANG – Masyarakat dan sektor industri di Jawa Tengah didorong untuk bisa menerapkan prinsip ekonomi sirkular lewat pemanfaatan sampah. Langkah tersebut menjadi salah satu strategi untuk mengurangi jumlah sampah yang masuk ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA).

Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Provinsi Jawa Tengah, Widi Hartanto mengatakan, sampai saat ini masih ada 37% sampah yang terbuang ke lingkungan, masih ada pembakaran sampah, dan sampah yang ditimbun di pekarangan. Adapun komposisi produksi sampah di Jawa Tengah masih didominasi sampah organik berupa sampah makanan 40%, sampah plastik 20%, dan sisanya sampah kertas serta karton.

“Perlu ada treatment khusus dalam penanganan sampah ini di kalangan masyarakat maupun industri. Dan ini perlu didorong dari sisi ekonominya,” kata Widi, dalam acara ‘Circular Economy Forum 2025’, yang digelar di Kota Semarang, Rabu (16/7/2025).

Widi menjelaskan, dengan menerapkan prinsip ekonomi sirkular, tumpukan sampah itu sebetulnya masih memiliki nilai ekonomi tersendiri. Misalnya, botol minuman kemasan itu bisa dijual, termasuk kertas, koran itu bisa.

Baca juga:  Usung Tema ‘Energizing the Nation’, 297 Jurnalis Jateng & DIY Ikuti AJP

“Sebenarnya semua bernilai ekonomi, hanya tinggal kita mau enggak untuk melakukan pemilahan di rumah,” jelas Widi.

Widi pun memberikan apresiasi atas inisiatif penyelenggaraan Circular Economy Forum 2025. Forum ini dinilai menjadi langkah yang strategi dalam menumbuhkan ekonomi sirkular.

“Saya memberikan apresiasi atas forum yang diinisiasi oleh para pelaku usaha ini,” ucapnya.

Prof. Amin Pujiati, Pakar Ekonomi Lingkungan sekaligus Wakil Dekan Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) Universitas Negeri Semarang (Unnes), menuturkan, ekonomi sirkular dapat menjadi alternatif solusi pengelolaan sampah di Jawa Tengah. Namun demikian, prinsip tersebut masih menyisakan sejumlah tantangan untuk bisa diterapkan.

“Kendala terbesar saat ini adalah keterbatasan sumber daya manusia dan kesadaran. Jadi, penanganan limbah ini paling banyak dibuang, yang dikelola hanya sedikit saja. Dalam konteks ekonomi sirkular pada sektor pangan, yang sudah banyak dilakukan itu adalah repurpose,” ujarnya.

Menurutnya, kendala itu pula yang menjadikan implementasi ekonomi sirkular terkesan tidak banyak memberikan dampak positif.

Baca juga:  Menteri Airlangga : Opini WTP Harus Diimbangi 'Good Governance'

“Ekonomi sirkular ini sebetulnya besar sekali dampaknya. Data PDRB itu nilai tambah dari ekonomi sirkular itu ada, tetapi karena ini belum serentak semua maka dampaknya secara spasial terlihat kecil,” ungkapnya.

Sementara, Coca-Cola Europacific Partners (CCEP) menjadi salah satu perusahaan yang telah berhasil menerapkan prinsip ekonomi sirkular tersebut. Sepanjang 2024, CCEP berhasil mengelola 30.000 ton sampah plastik yang dikumpulkan melalui fasilitas Collection Center tersebut.

Regional Public Affairs Manager CCEP Indonesia, Armytanti Hanum Kasmito, mengungkapkan, mekanisme pengelolaan sampah kemasan di perusahaan itu dimulai dengan upaya untuk mengumpulkan kembali plastik kemasan yang diproduksi melalui Collection Center yang dibangun di beberapa lokasi. Ada 36 Collection Center yang telah dibangun CCEP di Indonesia, 3 di antaranya berada di Jawa Tengah.

“Itu sudah lebih dari 50% total kemasan plastik yang kami produksi. Tetapi, kami tidak bisa bilang semua itu kemasan plastik dari kami, karena kami tidak eksklusif dalam mengolah limbah,” tandas Armytanti.(aln)


TERKINI

Polres Demak Tangkap Pelaku Prostitusi Anak

Jay Idzes Gabung Torino

Rekomendasi

Lainnya