JATENGPOS.CO.ID, – Sains atau Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang mempelajari fenomena alam, gejala alam, dan interaksinya. Menurut Patta Bundu, kata “sains” diterjemahkan yaitu berasal dari kata Natural dan Science. Natural berarti alamiah dan Science artinya ilmu pengetahuan, sehingga sains secara harfiah disebut sebagai ilmu pengetahuan tentang alam atau yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam.
Hakikat IPA dibangun atas dasar sikap ilmiah, proses ilmiah, dan produk ilmiah. Chiappetta & Koballa membagi dimensi IPA ke dalam empat macam yaitu IPA sebagai cara berpikir, IPA sebagai cara untuk melakukan investigasi, IPA sebagai pengetahuan, serta IPA yang hubungannya dengan teknologi dan masyarakat. IPA sebagai cara berpikir dapat dipahami juga sebagai sikap ilmiah yang diperlukan dan dikembangkan dalam mempelajari IPA. Melalui proses berpikir, sikap ilmiah akan berkembang sebagai efek pengiring (nurturant effect) pada saat memahami fakta, konsep, hukum dan prinsip maupun teori yang ada dalam IPA. Chiappetta & Koballa menyatakan bahwa sikap ilmiah yang bisa dibangun dalam memahami IPA di antaranya kepercayaan, rasa ingin tahu, sikap kritis, objektif, dan sikap terbuka.
Pendidikan IPA dapat mempersiapkan individu untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Hal ini dimungkinkan karena dengan pendidikan IPA peserta didik dibimbing untuk berpikir kritis, memecahkan masalah, dan membuat keputusan-keputusan yang dapat meningkatkan kualitas hidupnya menuju masyarakat yang terpelajar secara keilmuan. Sedangkan dalam UUSPN, 2016 disebutkan bahwa pendidikan IPA dimaksudkan untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman dan kemampuan analisis peserta didik terhadap lingkungan alam dan sekitarnya. Fakta, konsep, hukum dan prinsip maupun teori yang ada dalam IPA dihasilkan dari proses investigasi. Proses investigasi ini dikenal dengan metode ilmiah.
Chiappetta & Koballa menyatakan bahwa IPA sebagai cara untuk melakukan investigasi merupakan sebuah pendekatan dalam mengkonstruksi pengetahuan. IPA pada dasarnya memiliki banyak metode dalam mencari solusi atas permasalahan yang terjadi. Sebagai contoh, ahli astronomi dan ekologi menggunakan observasi dan prediksi sebagai pendekatan dalam mencari solusi atau jawaban atas masalah. Pendekatan lain yaitu studi pustaka yang dipakai untuk menyelidiki hubungan sebab akibat.
IPA sebagai pengetahuan juga sebagai produk ilmiah yang dihasilkan dari proses investigasi. Produk yang dihasilkan berupa fakta, konsep, hukum dan prinsip, teori maupun model. Fakta dalam IPA merupakan landasan dari konsep, prinsip, maupun teori. Fakta merupakan kebenaran yang terjadi dan menggambarkan sesuatu yang kita terima melalui indra maupun alat yang dianggap reliabel. Konsep merupakan abstraksi dari kejadian, objek, maupun fenomena yang terjadi. Konsep memiliki lima unsur penting yaitu nama, definisi, sifat, nilai, dan contoh. Hukum dan prinsip lebih umum dibandingkan dengan fakta dan konsep, tetapi dibatasi pada kondisi serta dihubungkan ke fenomena yang dapat teramati. Teori merupakan sebuah penjelasan dari fenomena yang terjadi di alam. Model merupakan sebuah representasi dari fenomena yang tidak dapat kita lihat atau amati secara langsung.
Berdasarkan uraian mengenai sains atau Ilmu Pengetahuan Alam dan hakitat IPA di atas dapat disimpulkan bahwa hakekat IPA merupakan ilmu yang mempelajari fenomena alam, gejala alam beserta interaksinya yang memuat elemen proses, produk, sikap yang kaitannya dengan teknologi dan masyarakat. Pembelajaran IPA IPA atau sains merupakan pengetahuan yang tersusun secara sistematis, dan penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam. Perkembangan IPA selanjutnya tidak hanya ditandai oleh adanya kumpulan fakta saja, tetapi juga ditandai oleh munculnya “metode ilmiah” (scientific methods) yang terwujud melalui suatu rangkaian “kerja ilmiah” (working scientifically), nilai dan “sikap ilmiah (scientific attitudes). Sejalan dengan pengertian IPA tersebut, James B. Conant mendefinisikan IPA sebagai suatu rangkaian konsep yang saling berkaitan dengan bagan-bagan konsep yang telah berkembang sebagai suatu hasil eksperimen dan observasi yang bermanfaat untuk eksperimentasi dan observasi lebih lanjut.
Pembelajaran IPA adalah “Pembelajaran sains di sekolah yang hendaknya tidak mengarahkan peserta didik untuk menyiapkan melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, namun yang lebih penting adalah menyiapkan peserta didik untuk:
- a) mampu memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari dengan menggunakan konsep-konsep sains yang telah peserta didik pelajari,
- b) mampu mengambil keputusan yang tepat dengan menggunakan konsep-konsep ilmiah, dan
- c) mempunyai sikap ilmiah dalam memecahkan masalah yang dihadapi sehingga memungkinkan peserta didik untuk berpikir dan bertindak secara ilmiah.
Menurut Jerome Brunner, belajar adalah proses yang bersifat aktif, yaitu peserta didik berinteraksi dengan lingkungannya melalui eksplorasi dan manipulasi obyek, membuat pertanyaan dan menyelenggarakan eksperimen. Teori ini menyatakan bahwa cara terbaik bagi seseorang untuk memulai belajar konsep dan prinsip dalam diri peserta didik adalah dengan mengkonstruksi sendiri konsep dan prinsip yang dipelajari itu.
Pembelajaran IPA terpadu merupakan salah satu model implementasi kurikulum yang dianjurkan untuk diaplikasikan di jenjang pendidikan dasar yaitu SD dan SMP. Pelaksanaan pembelajaran IPA terpadu membutuhkan profesionalisme guru yang memadai. Guru harus memiliki cukup ilmu dalam menyampaikan pengetahuan IPA secara utuh. Selain itu, dalam penyampaian IPA secara terpadu diperlukan suatu sarana yang berupa model pembelajaran beserta perangkat pembelajaran yang sesuai.
Pada dasa Pembelajaran dalam Kurikulum Ilmu Pengetahuan Alam Sekolah Menengah Pertama sebaiknya ditekankan dengan tiga komponen yaitu:
- a) Pengajaran IPA harus merangsang pertumbuhan intelektual dan perkembangan peserta didik.
- b) Pengajaran IPA harus melibatka peserta didik dalam kegiatan-kegiatan praktikum/percobaan tentang hakikat IPA.
- c) IPA pada Sekolah Menengah Pertama seharusnya mendorong dan merangsang terbentuknya sikap ilmiah, mengembangkan kemampuan penggunaan keterampilan IPA, menguasai pola dasar pengetahuan IPA, dan merangsang tumbuhnya sikap berpikir kritis dan rasional.
Berdasarkan pendapat beberapa ahli terkait dengan pembelajaran IPA, pembelajaran IPA yang baik yaitu proses pembelajaran dimana peserta didik ditekankan pada proses mendapatkan ilmu pengetahuan, tidak diberikan pengetahuan konten secara langsung, sehingga peserta didik dapat menemukan pengetahuannya sendiri melalui beberapa aktivitas ilmiah. Pembelajaran IPA dapat lebih bermakna jika dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari.
Oleh
Nurhamudin, S.Pd,
Pascasarjana Pendidikan Sains Universitas Sebelas Maret Surakarta 2023