JATENGPOS.CO.ID, UNGARAN– Peran perempuan sebagai ibu rumah tangga terkadang masih dipandang sebelah mata oleh masyarakat. Padahal Ibu rumah tangga memegang peranan kunci dalam tata kelola keluarga dan juga pendidikan yang baik untuk anak-anak.
Di Kabupaten Semarang peran ibu-ibu tersebut diwujudkan melalui kegiatan pemberdayaan pengelolaan Bank Sampah yang diinisiasi Coca Cola Europacific Patners (CCEP) Indonesia dengan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Semarang.
“Sampah rumah tangga sebagian besar berasal dari dapur, ada plastik-plastik bekas kemasan makanan, minuman dan bahan mentah yang disebut sebagai sampah anorganik. Kemudian dipilah yang bias didaur ulang dikumpulkan untuk diambil nilai ekonominya,” ujar Kabid Peningkatan Kapasitas Lingkungan DLH Kabupaten Semarang, Dwi Kuspriyati, SP, MH., dalam kunjungan bersama Forum Komunikasi Wartawan Kabupaten Semarang (FKWKS) di Bank Sampah Maju Lancar di Krajan, Desa Randugunting, Kecamatan Begas, Kabupaten Semarang, Minggu (20/3).
Menurutnya, peran ibu-ibu dalam pengelolaan sampah skala rumah tangga tak lepas dari aktifitas yang mereka lakukan setiap hari. “Pembelanjaan konsumsi sehari-hari mayoritas dilakukan oleh ibu rumah tangga, jika mereka sudah mempunyai kesadaran melakukan pengelolaan sampah, otomatis anggota keluarga lain akan mengikuti,” jelasnya.
Penggerak Bank Sampah Maju Jaya, Supriyati mengatakan ibu-ibu yang bergabung di Bank Sampah saat ini berjumlah 33 orang. Ia terus mengajak tetangganya memilah sampah menjadi beberapa kelompok, antara lain sampah plastik, kaca, logam, kardus, dan sampah lain yang masih mempunyai nilai jual.
Supriyati mengakui, awalnya banyak kendala dialami, namun dengan sosialisasi yang konsisten melalui rapat PKK, saat ini hampir seluruh warga di sekitar tempat tinggalnya telah menjadi nasabah Bank Sampah.
“Yang penting ikhlas mas, supaya hal positif yang kita lakukan untuk lingkungan itu nantinya bisa menjadi berkah untuk kita sendiri,” pesannya.

Sama halnya dirasakan Dyah Susilastuti, penggerak Bank Sampah Wanito Utomo di Dusun Krajan, Desa Randugunting. Di sela kesibukannya bekerja sebagai guru Taman Kanak–Kanak (TK), ia menyempatkan untuk melayani tetangganya yang menyetorkan sampah anorganik yang belum terpilah.
“Awalnya saya tidak mengambil untung, hanya membantu saja karena nilai jualnya lebih tinggi bila sampah sudah terpilah dengan baik,” ujarnya. Dyah yang juga aktif sebagai pengurus PKK Desa Randugunting menjelaskan, karena jumlah nasabah semakin bertambah, ia bersepakat dengan para nasabah Bank Sampah agar selisih nilai jualnya masuk ke kas pengurus.
Menurutnya, perempuan sebagai ibu menjadikannya faktor utama dalam penerapan edukasi pelestarian lingkungan, khususnya dalam pengelolaan sampah. ”Di sini yang mengasuh anak, dan mengurus rumah lebih banyak dari perempuan, karena yang laki–laki biasanya sibuk bekerja,” kata Dyah.
Karena itu, Dyah memilih untuk menyampaikan sosialisasi tentang pengelolaan sampah melalui kegiatan yang dilakukan oleh perempuan, seperti rapat PKK dan perkumpulan Dasawisma (Dawis)
“Pemilahan ini membutuhkan orang yang telaten, sehingga cocok dengan karakter yang dimiliki oleh perempuan,” tambahnya.
Sarmi, istri Ketua RT 03 RW 01 Desa Randugunting juga menyampaikan tantangan saat mengajak warganya untuk memilah sampah. “Dulu awalnya sulit mencari warga yang mau aktif untuk kegiatan sosial dan lingkungan,” tuturnya.
Sarmi mulai aktif mengajak tetangganya untuk membentuk Bank Sampah agar lingkungan sekitar rumahnya menjadi lebih bersih, sekaligus menjadi tambahan penghasilan.
Sedangkan, saat ini sudah ada 5 Bank Sampah di Desa Randugunting, di antaranya Kebonan Berseri, Maju Jaya, Wanita Utomo, Maju Makmur, dan Wijaya Kusuma yang seluruhnya digerakan oleh perempuan. Sebagai warga usaha yang berkomitmen terhadap pelestarian lingkungan, CCEP Indonesia menyadari pentingnya peran perempuan dalam mengurangi sampah.
Sejak tahun 2020 lalu CCEP Indonesia bersama warga mulai meluncurkan program pengelolaan sampah, melalui edukasi pembentukan bank sampah untuk merubah perilaku warga agar dapat mengelola sampah dengan baik.
Dari total 5 Bank Sampah tersebut, dapat terkumpul sekitar 6.000 Kg sampah ekonomis per tahun. “Kami berharap kegiatan ini dapat terus berkembang, sehingga dampak yang dirasakan masyarakat juga bertambah” kata Regional Corporate Affairs Manager-East Indonesia Region CCEPI Armytanti Hanum Kasmito. (biz/muz)