spot_img
28.5 C
Semarang
Jumat, 27 Juni 2025
spot_img

Ngojek Buat Kuliah Anak

Ellyawati Agustiningrum

JATENGPOS.CO.ID,  SEMARANG – Tidak semua ibu menjalani takdirnya duduk manis menikmati fasilitas dari suami. Ada, sebagian yang harus banting tulang mencukupi kebutuhan anak dan keluarganya.

Itu pula yang dialami MC ELLYAWATI AGUSTININGRUM. Wanita asli Semarang yang akrab disapa Elly ini tiap hari harus keluar rumah. Berangkat pagi pulang petang untuk menjadi deiver ojek online (ojol). Itu dilakukanya karena terpaksa. Harus menghidupi diri dan seorang anaknya.

“Gimana ya, dibilang single parent tidak, karena saya di KTP tertulis masih punya suami. Tetapi nyatanya saya harus cari penghidupan sendiri,”katanya, saat posdcast dengan JatengPos TV, 21 Desember 2022 lalu, di rumahnya Pendrikan Kidul Semarang Tengah.

Menurut Elly, Hari Ibu 22 Desember, selayaknya dimaknai hari yang sakral dan menguatkan kaum wanita. Terutama wanita single parent yang harus bekerja sendiri. Jangan pernah merasa lemah dan terbuang. Seorang ibu harus tegar dan berjuang untuk diri dan anak-anaknya.

“Kawan-kawan yang terpaksa single parent jangan menyerah ya. Ayo bangkit berjuang untuk kaluarga dan anak kita, kalau orang lain bisa, kita juga harus bisa,” kata Ketua Srikandi Gojek Semarang itu.

Meski harus menjadi tukang ojekpun, bagi Elly, wanita harus mau. Tidak usah malu. Bahkan karena kegigihanya itu, Elly mampu menyekolahkan putri semata wayangnya hingga kuliah di Udayana Bali.

“Biarlah saya jadi tukang ojek, tetapi anak saya harus sekolah tinggi,”kata driver Ojol sejak 2017 itu.

Dari ngojek saban hari itu, Elly mengku bisa mengantarkan putrinya meraih cita-cita bisa kuliah. Padahal kuliah di Bali tidak murah. Selain biaya kuliah, harus kirim uang untuk kos dan makan.

“Saya harus memutar otak, gimana caranya bisa nyisihkan hasil ngojek tiap hari untuk kuliah anak dan biaya sehari-hari. Sebenarnya, rata-rata hasil ngojek bisa dapat Rp 3 juta per bulan. Tetapi kebutahan semakin banyak,”katanya.

Meski jadi tukang ojek, menurutnya banyak tantanganya. Elly sendiri pernah mengalamai suka duka selama 5 tahun mengis uang di jalanan. Pernah dapat orderan fiktif. Pernah juga sehari muter-muter tidak dapat orderan. Bahkan yang paling menyakitkan dia pernah dapat penumpang iseng.

“Ada penumpang cowok, saat di perjalanan tiba-tiba menempelkan bagian terlarangnya ke pantat saya. Saya sampai terasa ada yang aneh. Lalu saya menghindar maju sampai ujung jok depan. Eh…tetap saja ditekan-tekan,”kata Elly, yang pernah kerja di perbankan itu.

Karena makin kurang ajar, Elly akhirnya menurunkan penumpang tersebut. Dengan bahasa halus, dia pura-pura harus segera pulang dan tidak bisa mengantar sampai tujuan.

Begitupun yang dialami driver cewek lainya di komunitas Srikandi. Teman-temanya juga ada yang mau dibegal saat mengantar penumpang malam hari. Untungnya ada komunitas dan aplikasi pengamanan yang bagus di Gojek. Jika terjadi sesuatu bisa sharelock atau info minta pengamanan sehingga bisa mencegah kejahatan.

Elly yang mengaku semakin tidak muda berharap untuk bisa tetap menjadi mitra Gojek. Tetapi diakuinya semakin hari peraturanya berubah-ubah. Membuat pendapatanya terus berkurang. Selain karena makin banyak saingan karena banyak driver, makin banyak potongan yang memberatkan.

“Saya semakin tua, mau kerja apa? Saya jadi driver ini total bukan sampingan, makanya kalau banyak potongan membuat pendapatan saya makin kecil. Padahal biaya hidup makin banyak,”tutupnya. (jan)

 

spot_img

TERKINI