JATENGPOS.CO.ID, – Menahan diri adalah esensi puasa. Ketika pada hari-hari biasa kita menuruti kata hati dan nafsu, saat berpuasa segalanya itu mesti direm. Hal itulah yang kemudian mengajarkan kepada kita untuk selalu tahu batas.
Batas adalah titik paling akhir dari sebuah toleransi. Ketika setiap tindakan kita disertai batasan, maka potensi atas konflik, baik personal maupun eksternal, akan dapat diredam. Makna hakikat Ramadan pada akhirnya mengajarkan umat muslim untuk selalu mengendalikan diri dari hawa nafsu, termasuk nafsu konsumtif.
Dengan berpuasa, pola konsumsi setidaknya dapat dikendalikan. Untuk itu sebenarnya agak ironis ketika saat berpuasa justru manusia menjadi boros dan tidak terkendali dalam urusan kuliner. Ramadan mengajarkan nilai-nilai kesederhanaan. Tentu saja sejalan dengan gaya hidup ramah lingkungan.
Islam mengajarkan manusia sebagai khalifah di bumi yang memiliki tanggung jawab untuk menjaga dan merawat bumi, salah satunya dengan nilai-nilai “tahu batas”. Bahwa untuk terus memetik nilai-nilai Ramadan, manusia harus tahu batas dalam hal memanfaatkan alam beserta isinya.
Antara ‘puasa’ dan ‘kuasa’ hanya dibedakan satu huruf. Ini bisa kita maknai bahwa pada dasarnya, puasa adalah cara terbaik untuk meredam kuasa. Manusia adalah penguasa alam, tetapi bukan berarti semena-mena dalam mengeksplorasi kekayaan alam.
Momen puasa Ramadan ibarat menjadi momen refleksi untuk meningkatkan kesadaran ekologis. Umat Muslim dapat mengintegrasikan keberlangsungan ekologis dalam aktivitas ibadah. Puasa tidak hanya tentang menahan diri dari kebutuhan pribadi, tetapi juga tentang tanggung jawab sosial dan lingkungan.
Kita bisa lihat kasus-kasus mengenai kelestariam alam yang belakangan ramai di media sosial. Pada dasarnya hal itu mengiungatkan kita semua tentang pentingnya menahan diri. Jangan karena keinginan memanfaatkan alam, kita justru merugikan sesama, dan bahkan merusak alam itu sendiri.
Ketakwaan iman harus turut menyemai kesadaran ekologis. Hal ini merupakan aspek penting yang perlu diperhatikan selama Ramadan, di mana umat Muslim diharapkan untuk menjaga keseimbangan alam sebagai bagian dari iman.
Setiap hari kita bernapas dari udara yang sama. Mengingjak bumi dari tanah yang sama. Tidak ada alasan bagi kita untuk menyakiti ibubumi kita satu-satunya ini. (*)
Dr. Sri Suciati, M.Hum.
(Rektor Universitas PGRI Semarang)