JATENGPOS. CO. ID, SEMARANG – Geger video viral yang memperlihatkan adanya Bongpay (Batu Nisan Makam Tionghoa) yang dijadikan penutup selokan di Jalan Saputan Raya, Jomblang, Candisari Semarang, ternyata itu video sudah dua tahun lalu.
Dalam video tersebut, mendapat berbagai respon negatif dari netizen yang menganggap perbuatan tersebut kurang baik karena Bongpay bukan ditempatkan sebagai penutup selokan.
Menanggapi hal tersebut, Lurah Jomblang, Henry Nurcahyo menegaskan, masalah tersebut sudah terselesaikan dengan melakukan pembongkaran.
“Langsung kami lakukan pembongkaran pada Jumat lalu, ada sebanyak 17 Bongpay yang langsung diserahkan kepada Paguyuban Tionghoa. Sedangkan penutup selokan tersebut juga sudah diganti dengan penutup beton selayaknya,” kata Henry saat dikonfirmasi JATENG POS, Minggu (17/3).
Dijelaskan, bahwa pemakaian Bongpay itu, dikarenakan ketidaktahuan warga yang sudah lama tinggal di wilayah tersebut.
Henry meyebut saat ini pemakaman Tionghoa di daerah itu juga sudah tidak ada.
“Yang punya rumah juga nggak tahu, karena itu merupakan warisan dari moyangnya dan sudah dikembalikan dengan kesadaran sekalian memberi edukasi. Sekarang kuburan Tionghoa itu juga sudah nggak ada. Berpuluh-puluh tahun yang lalu itu memang di sini memang makam Cina dan era sekarang sudah nggak ada,” jelasnya.
Henry juga mengatakan, Paguyuban Tionghoa juga sudah berterimakasih karena sudah memberikan 17 Bongpay tersebut. Bahkan, menurut paguyuban itu, itu adalah murni bukan kesalahan warga.
“Mereka intinya terima kasih dengan tindak lanjut di wilayah yang kita lakukan. Dan mereka sendiri juga menyadari dan tidak ada unsur kesalahan di warga kita, karena ketidaktahuan dan itu sudah berlangsung lama. Dari tahun 60-an mungkin itu dulu di sini, udah lama banget,” tutup Henry Nurcahyo.
DUA TAHUN LALU
Senada, Dewan Pakar Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI), Dewi Susilo Budiharjo mengatakan, sebenarnya tidak ingin masalah tersebut menjadi viral.
“Harapannya tidak viral. Saya yakin warga tidak salah, bahwa video yang beredar viral di media sosial itu sudah dua tahun lalu ketika ada peneliti yang membahas soal peranakan Tionghoa di Semarang,” kata Dewi saat dikonfirmasi.
Dijelaskan, ada orang yang meneliti peninggalan peranakan Tionghoa. Dia temukan Bongpay. Sudah dishare di Youtube dua tahun lalu
“Kenapa baru viral sekarang? Kami berharap masalah ini tidak dibesar – besarkan sudah selesai,” tegasnya.
Ia juga ingin ada edukasi lagi ke warga karena bisa saja Bongpay itu jadi sejarah masuknya warga Tionghoa ke Semarang. Karena dari informasi, Bongpay tersebut dari abad 16-17. (ucl/jan)