Gerakan Revolusi Mental Baru Sebatas Slogan Politik

Gunawan salah satu perwakilan sipil pada FGD Capaian Gerakan Nasional Reformasi Mental di Kabupaten Wonogiri. FOTO : BAGUS SARENGAT/JATENGPOS

JATENGPOS.CO.ID, WONOGIRI — Kementrian Kooordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan bekerjasama dengan Universitas Seblas Maret (UNS) menggelar Fokus Grup Discussion (FGD) dengan tema “Capaian Gerakan Revolusi Mental,” di Kabupaten Wonogiri. FGD dilaksanakan di Hotel Indah Palace Solo, Selasa (22/11).

Peserta diskusi adalah perwakilan dari Kantor Satpol PP dan Linmas, Badan Kepegawaian Daerah (BKD), Dinas Kesehatan (DK), LSM, dan beberapa perwakilan wartawan dari tokoh masyarakat

Hadir sebagai pemandu acara DR. Mulyono ME dan Lilik Listiyanto selaku tim  penelitian Gerakan Nasional Refolusi Mental (GNRM) di wilayah Kabupaten Wonogiri, dan Kabupaten/Kota di wilayah eks Karisidenan Surakarta.

Poin utama GNRM yaitu Gerakan Indonesia Melayani, Bersih, Tertib, Mandiri dan Bersatu.

Dalam forum diskusi itu,  Wahono selaku perwakilan dari BKD, berpendapat bahwa untuk menyukseskan GNRM baru sebatas menerbitkan buku saku Revolusi Mental. Jumlah buku yang dicetak sebanyak 5.000 eks, dan telah didistribusikan kepada Aparatur Sipil Negara (ASN). Jumlah ASN di Kabupaten Wonogiri menurutnya ada sekira 10.500 orang. Lebih dari pada itu, menurut Wahono, BKD belum/tidak mempunyai program untuk menyukseskan GNRM.

Menurut Wahono, istilah Revolusi Mental, adalah istilah jaman kemerdekaan. Istilah itu dilontarkan Presiden RI pertama, Ir. Soekarno. “Apakah istilah itu tidak menjadi hambatan orang-orang dulu, dalam menyosialisasikan GNRM,?” kata Wahono bernada tanya.

Sementara itu Ponco perwakilan Satpol PP dan Linmas Kabupaten Wonogiri, mengkritisi istilah mental. “Kenapa gerakan reformasi mental? Kenapa tidak gerakan refolusi moral?,” kata Ponco.

Menurutnya dua istilah itu adalah hal sangat berbeda. Istilah mental cenderung kepada sikap dan tindakan yang mengesampingkan agama sebagai pedoman hidup.

Sedangkan moral cenderung kepada olah pikir, olah rasa, dan akhlak manusia yang dapat dibangun dengan dasar ideologi agama.

Sedangkan pendapat wartawan, bahwa pejabat saat ini justru merusak aturan dan program yang mereka buat sendiri.

Kesimpulannya, hasil FGD dengan tema capaian Gerakan Rolusi Mental hanya sebatas slogan dan pencintraan politik pemerintah. Gerakan ini belum sepenuhnya tersosialisasikan ke masyarakat, dan tidak ditindaklanjuti secara maksimal pemerintah daerah. Pemerintah sendiri tidak memberikan suri tauladan tentang konsep GNRM. Sehingga capaian GNRM tidak bisa maksimal, karena terbatasnya durasi kekuasaan. (bgs/saf/ct7)