GNPIP Terbukti Kendalikan Inflasi Jateng

GNPIP- Penguatan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) mampu kendalikan inflasi. FOTO : DOK.

JATENGPOS.CO.ID,  SEMARANG – Gabungan kota IHK di Provinsi Jawa Tengah kembali mengalami deflasi. Pada Juni 2024, gabungan kota di Jawa Tengah mengalami deflasi sebesar 0,28% (mtm) atau lebih dalam dari deflasi nasional sebesar 0,08% (mtm).

Plh. Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Tengah, Nita Rachmenia mengatakan, secara tahunan, inflasi gabungan kota di Jawa Tengah yaitu sebesar 2,22% (yoy), juga lebih rendah dibandingkan inflasi nasional yang sebesar 2,51% (yoy) dan berada di rentang sasaran target inflasi 2,5±1%. Secara spasial, seluruh kota pantauan inflasi di Jawa Tengah mengalami deflasi. Deflasi terdalam berlangsung di Kabupaten Wonogiri yang pada periode laporan mencatatkan deflasi sebesar 0,41% (mtm).

“Inflasi yang terjaga ini merupakan hasil dari konsistensi eratnya sinergi pengendalian inflasi antara Bank Indonesia dan Pemerintah Daerah dalam Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) melalui penguatan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP),” katanya.

Pada periode laporan, lanjutnya, penurunan tekanan inflasi terutama dipengaruhi oleh Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau, sejalan dengan penurunan harga komoditas pangan utama. Penurunan tekanan inflasi terdalam bersumber dari komoditas bawang merah yang mengalami penurunan harga seiring dengan sejumlah daerah sentra yang mulai memasuki masa panen, baik di Jawa Tengah (Brebes, Kendal) maupun di luar Jawa Tengah (Nganjuk, Cirebon, dan Bojonegoro).

“Penurunan harga selanjutnya bersumber dari komoditas daging ayam ras dan telur ayam ras seiring dengan penurunan harga jagung sebagai komponen utama bahan pakan ternak,” ujarnya.

Penurunan harga lebih lanjut juga terjadi pada tomat dan bawang putih. Harga tomat turut mengalami penurunan harga pada periode laporan seiring dengan ketercukupan pasokan di Jawa Tengah.

“Adapun harga komoditas bawang putih mencatatkan penurunan seiring dengan peningkatan impor bawang putih dari Tiongkok yang mulai membanjiri pasar,” tukasnya.

Berdasarkan data Kementerian Perdagangan Republik Indonesia, realisasi impor bawang putih per Mei 2024 yaitu sebanyak 133.690 ton atau 38,27% dari Persetujuan Impor (PI) yang telah diterbitkan dengan volume 342.127 ton.

Di sisi lain, penurunan inflasi dari Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau tertahan oleh kenaikan harga beberapa komoditas lainnya. Cabai rawit tercatat mengalami peningkatan harga yang didorong oleh kenaikan permintaan masyarakat pada momentum Idul Adha. Harga Sigaret Kretek Mesin (SKM) juga turut mencatatkan kenaikan harga.

“Peningkatan harga tersebut merupakan strategi produsen rokok sebagai respon atas kenaikan Cukai Hasil Tembakau (CHT) sebesar 10% pada awal tahun 2024 lalu,” ungkapnya.

Kedepan, untuk menjaga inflasi tetap berada pada rentang sasaran 2,5±1% pada 2024 dan 2025, Bank Indonesia bersama dengan para pemangku kepentingan di daerah yang tergabung dalam Forum TPID Provinsi Jawa Tengah dan Kabupaten/Kota akan terus berkoordinasi dan bekerja sama melaksanakan berbagai program pengendalian inflasi yang mengacu pada koridor 4K (Keterjangkauan Harga, Ketersediaan Stok, Kelancaran Distribusi, dan Komunikasi Efektif) yang dilaksanakan melalui program GNPIP.(aln)